Senin, 16 Desember 2013

Filled Under:
,

Pengepungan Baghdad (1258)

Pengepungan Baghdad (1258)


Pengepungan Baghdad (1258)
Bagian dari Invasi Mongol
Bagdad1258.jpg
Pasukan Hulagu mengepung tembok Baghdad.
Tanggal 29 Januari – Februari, 1258
Lokasi Baghdad, Irak modern
Hasil Kemenangan telak Mongol
Pihak yang terlibat
*White Sulde of the Mongol Empire.jpg Kekaisaran Mongol Black flag.svg Kekhalifahan Abbasiyah
Komandan
Hulagu Khan
Arghun
David VII dari Georgia
Baiju
Buqa-Temur
Sunitai
Kitbuga
Koke Ilge[1]
KhalifahAl-Musta'sim #
Mujaheduddin
Sulaiman Shah #
Qarasunqur.
Kekuatan
120.000[2]-150.000[3] total
(40.000+ prajurit Mongol[4], infantri Georgia,
12.000 kavaleri Armenia,[2]
1.000 juru bom Cina,[3]
dan prajurit Turk, Persia dan Georgia)
50.000 prajurit
Korban
Tidak diketahui tapi dipercaya minimal 50.000 prajurit,
100.000+(sumber non-Arab)
2.000.000 penduduk sipil (sumber Arab)[5]
Pengepungan Baghdad, yang terjadi pada 1258, adalah sebuah invasi, pengepungan, dan penghancuran kota Baghdad, ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah ketika itu dan ibu kota Irak modern, oleh pasukan Ilkhanate Mongol bersama pasukan sekutu-sekutu mereka di bawah pimpinan Hulagu Khan. Tujuan utama ekspedisi Hulagu ke Timur Tengah adalah untuk mendirikan imperial kokoh (kini Toluid) yang mengedalikan daerah ini dan memperluas kekaisaran namun tidak secara langsung menggulingkan Abbasiyah yang sebelumnya telah tunduk kepada mereka.[6] Jika Kalifah Abbasiyah hanya menolak menyerah dan mengirimkan pasukan, Khagan menyuruh saudaranya, Hulagu, untuk menghancurkannya.

Setelah invasi dan penghancuran ini, kota Baghdad berada dalam keadaan hancur total. Perkiraan jumlah penduduk yang dibantai selama invasi bervariasi menurut beberapa pendapat dari seratus ribu sampai satu juta orang. Kota itu dihancurkan dan dibakar. Bahkan perpustakaan-perpustakaan di Baghdad, termasuk Bait al Hikmah, tidak luput dari serangan pasukan Ilkhanate, yang menghancurkan perpustakaan-perpustakaan dan membuang buku-bukunya yang berharga ke sungai Tigris[rujukan?].

Akibat dari penghancuran ini, kota Baghdad menjadi reruntuhan dan penduduknya menjadi tersisa sedikit selama beberapa abad, dan peristiwa ini banyak disebut sebagai akhir Zaman Kejayaan Islam.[7]

Pengepungan

Sebelum melaksanakan pengepungan terhadap Baghdad, Hulagu Khan dengan mudahnya menghancurkan Lurs, Khwarezm-Shah dan Bukhara. Sebagai tanggapan atas Invasi Mongol, mahaguru Hashshashin di Alamut, Imam ‘Ala al-Din Muhammad (1221–1255), mengirim prajuritnya untuk membunuh Möngke Khan dan Kitbuqa namun kedua usaha gagal. Hulagu Khan dan ratusan ribu pasukan Mongol kemudian memulai penyerangan terhadap pegunungan di dekat Alamut. Setelah menangkap lusinan benteng pengalih perhatian, pasukan Mongol akhirnya menggempur Alamaut dan membunuh Imam Rukn al-Din Khurshah (1255–1256). Hulagu Khan dan pasukannya kini tak lagi terancam dan mereka pun memulai serangannya ke Baghdad.

Mongke Khan memerinthakan saudaranya untuk mengampuni Khalifah jika dia mmenyerah kepada kekausaan Khanate Mongol. Ketika mendekati Baghdad, Hulagu menuntut supaya kota itu menyerah; sang khalifah, Al-Musta'sim, menolak. Dalam banyak sumber, Al-Musta'sim sebenarya tidak bersiap untuk diserang; dia tidak mengumpulkan pasukan dan tidak memperkuat tembok kota. Dia hanya tidak mau menyerahkan kota Baghdad kepada "orang barbar kafir" (Mongol) dan dia percaya bahwa jikapun dia menyerah, pasukan Mongol itu akan tetap membantai penduduk kota. Begitu mendengar penolakan kahlidfah, Hulagu sangat marah dan bersumpah bahwa kota itu akan dihancurkan.[8]

Hulagu menempatkan pasukannya di kedua sisi Sungai Tigris, membagi mereka untuk membentuk manuver penjepit di sekitar kota. Pasukan Khalifah memukul mundur serangan pertama dari pasukan Mongol yang menghantam pasukan utama dan menyerang dari barat, namun mereka dikalahkan pada pertempuran berikutnya. Baiju menghancurkan beberapa tanggul dan membanjiri tanah di belakang pasukan khalifah, mengepung mereka. Akhirnya banyak pasukan khalifah yang dibantai dan ditenggelamkan.

Pasukan utama Mongol tiba dan kemudian mengepung kota mulai dari 29 Januari, membangun palisade dan parit, dan mengerahkan mesin kepung dan katapel tempur. Pertempuran ini cukup mudah bagi pasukan Mongol; pada tanggal 5 Februari pasukan Mongol berhasil menembus tembok pertahanan.Al-Musta'sim dipaksa untuk berunding tapi dia tidak mau.

Pada tanggal 10 Februari, Baghdad menyerah. Pasukan Mongol menyerbu ke dalam kota pada tanggal 13 Februar dan dimulailah satu minggu pembantaian dan penghancuran.

Penghancuran

Banyak sumber sejarah yang mengisahkan kekejaman pasukan Mongol:
  • Perpustakaan Agung Baghdad, yang menyimpan banyak sekali dokumen sejarah dan buku yang sangat berharga dalam berbagai bidang mulai dari pengobatan sampai astronomi, dihancurkan. Orang-orang yang selamat melaporkan bahwa air sungai Tigris menjadi hitam akibat tinta dari banyak sekali buku yang dibuang ke sungai itu dan juga menjadi merah akibat darah dari para ilmuwan dan filsuf yang dibunuh di sana.
  • Para penduduk berusaha kabur namun mereka dicegat oleh pasukan mongol dan dibantai tanpa ampun. Martin Sicker menyebutkan bahwa hampir sembilan puluh ribu orang mungkin dibantai.[9] Beberapa pekiraan lainnya jauh lebih tinggi. Wassaf mengklaim bahwa korban jiwa mencapai beberapa ratsu ribu. Ian Frazier dari The New Yorker mengatakan bahwa perkiraan korban jiwa bervariasi dari dua ratus ribu hingga satu juta orang.[10]
  • Pasukan Mongol menjarah dan kemudian menghancurkan masjid, istana, perpustakaan, dan rumah sakit. Bangunan-bangunan besar yang merupakan hasil karya beberapa generasi dibakar sampai habis.
  • Khalifah dipaksa menonton ketika penduduknya dibantai dan harta bendanya dirampas. Menurut sebagian besar sumber, khalifah dibunuh dengan cara diinjak-injak oleh kuda. Pasukan mongol menggulung khalifah dalam sebuah karpet, dan mereka lalu menunggang kuda di atas badannya, karena mereka percaya bahwa bumi akan marah jika ada darah penguasa yang ditumpahkan. Semau putraya dibunuh kecuali satu orang, yang kemudian dikirim ke Mongolia, di sana para seajarawan Mongolia melaporkkan bahwa dia menikah den memiliki anak, namun dia tidak terlibat apa-apa lagi dalam perkembangan Islam.
  • Hulagu harus memindahkan perkemahannya ke luar dari kota akibat bau busuk yang sangat menyengat di dalam kota.
  • Jumlah penduduk Baghdad jauh berkurang dan kota itu menjadi reruntuhan selama beberapa abad berikutnya dan hanya secara perlahan pulih dan memperoleh sedikit dari kejayaan lamanya.

Catatan kaki

  1. ^ John Masson Smith, Jr. - Mongol Manpower and Persian Population, pp.276
  2. ^ a b L. Venegoni (2003). Hülägü's Campaign in the West - (1256-1260), Transoxiana Webfestschrift Series I, Webfestschrift Marshak 2003.
  3. ^ a b National Geographic, v. 191 (1997)
  4. ^ John Masson Smith, Jr. - Mongol Manpower and Persian Population, pp.271-299
  5. ^ The different aspects of Islamic culture: Science and technology in Islam, Vol.4, Ed. A. Y. Al-Hassan, (Dergham sarl, 2001), 655.
  6. ^ Peter Jackson, “The Dissolution of the Mongol Empire,” Central Asiatic Journal 32 (1978): 186-243
  7. ^ Matthew E. Falagas, Effie A. Zarkadoulia, George Samonis (2006). "Arab science in the golden age (750–1258 C.E.) and today", The FASEB Journal 20, hlm. 1581–1586.
  8. ^ Nicolle
  9. ^ Sicker 2000, hlm. 111
  10. ^ Ian Frazier, Annals of history: Invaders: Destroying Baghdad, The New Yorker 25 April 2005. p.4

Referensi

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.