Kamis, 27 Maret 2014

Filled Under:

Kebijakan AS dari Suriah ke Ukraina

Apakah sikap AS dalam krisis Ukraina, dan krisis Suriah sebelumnya menunjukkan pada tren kebijakan luar negeri AS untuk tidak melakukan intervensi luar, atau ada wacana-wacana lain?

Opsi AS untuk dua masalah yang lagi hangat, Ukraina dan Suriah, menjadi topik dalam program  “Dari Washington” dalam episode 25/3/2014.

Mantan Duta Besar AS untuk Ukraina John Edward Herbst  membedakan antara dua krisis Suriah dan Ukraina. Ia mengatakan bahwa Bashar al-Assad telah terbukti menjadi seorang diktator. Namuan sayangnya tidak ada oposisi yang kuat dan efektif, dan Sementara kaum ekstremis adalah yang terkuat. Sehingga apabila mereka yang mengambil alih kekuasaan, maka mereka akan menekan rakyat seperti Bashar, katanya.

Adapun krisis Ukraina, menurut pendapatnya, bahwa para kritikus Obama paling keras, mereka tidak meminta Obama untuk intervensi secara militer, melainkan menghukum Rusia. Namun demikian Herbst percaya bahwa reaksi presiden AS terhadap Rusia adalah kuat dengan menarik seluruh Eropa bergerak ke arah yang tepat untuk melawan apa yang disebutnya “agresi Rusia di semenanjung Krimea”.

Opini Publik Amerika

Dalam membaca opini publik Amerika, Herbst mengatakan bahwa rakyat tidak ingin AS terisolasi dari urusan internasional, namun rakyat tidak ingin AS melakukan intervensi militer setelah dua pengalaman pahit di Irak dan Afghanistan.

Sementara itu, perwakilan dari Koalisi Nasional Suriah di Washington, Najib Al-Ghodban menanggapi apa yang dikatakan Herbst, bahwa ketika revolusi Suriah berlangsung damai, kami menyeru AS dan PBB untuk membela rakyat seperti yang terjadi di Libya, dimana pada saat itu belum ada kelompok jihadis. Namun demikian, ia menambahkan bahwa karakter umum oposisi adalah bahwa mereka kelompok moderat, begitu juga dengan 11 juta orang pengungsi yang keluar melawan pemerintahan Bashar al-Assad, katanya.

Ghodban menegaskan bahwa rakyat Suriah tidak ingin intervensi militer AS di Suriah. Namun apa yang terjadi, yaitu pembantaian yang dilakukan oleh rezim Assad, maka ini membutuhkan sikap dari negara yang mengklaim sebagai pemimpin dunia bebas, dan dari 114 negara teman Suriah dengan mencegah rezim Assad dari penggunaan senjata udara, jika mereka tidak melakukan, maka mereka harus menyediakan senjata anti serangan udara pada tentara pembebasan Suriah.

Sedangkan, mantan duta besar Lebanon untuk Polandia dan negara-negara Baltik, Mas’ud Ma’luf mengatakan bahwa solusi untuk krisis Suriah perlu konsensus antara Rusia dan AS. Namun ia menyatakan keyakinannya bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan memberikan bantuan dalam penyelesaian masalah Suriah setelah krisis di Ukraina, dan sikap AS terhadapnya.

Dalam krisis Suriah, Ma’luf mengatakan bahwa kekuatan militer akan membantu dari sisi prinsip pada solusi diplomatik. Akan tetapi intervensi militer Amerika di Suriah tidak mungkin pada tahap ini, sebab rakyat Amerika, Presiden dan bahkan golongan elang seperti John McCain tidak siap untuk aksi militer apapun di luar AS (aljazeera.net, 26/3/2014).


Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.