Kiamat yang Melanda Atlantis
Saya tidak bersuami.
Pada waktu itu, orang-orang tidak ada ikatan perkawinan. Jika Anda
bermaksud mengikat seseorang, maka akan melaksanakan sebuah upacara
pengikatan. Pengikatan tersebut sama sekali tidak ada efek hukum atau
kekuatan yang mengikat, hanya berdasarkan pada perasaan hati. Kehidupan
seks orang Atlantis sangat dinamis untuk mempertahankan kesehatan. Saya
memutuskan hidup bersamanya berdasarkan kesan akan seks, inteligensi dan
daya tarik. Di masa itu, seks merupakan sebuah bagian penting dalam
kehidupan, seks sama pentingnya dengan makan atau tidur. Ini adalah
bagian dari “keberadaan hidup secara keseluruhan”, lagi pula tubuh kami
secara fisik tidak menampakkan usia kami, umumnya kami dapat hidup
hingga berusia 200 tahun lamanya.
Ada juga yang orang berhubungan
seks dengan hewan, atau dengan setengah manusia separuh hewan,
misalnya, tubuh seekor kuda yang berkepala manusia. Di saat itu, orang
Atlantis dapat mengadakan transplantasi kawin silang, demi keharmonisan
manusia dan hewan pada alam, namun sebagian orang melupakan hal ini,
titik tolak tujuan mereka adalah seks. Orang yang sadar mengetahui bahwa
ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada masyarakat kami,
orang-orang sangat cemas dan takut terhadap hal ini, tetapi tidak ada
tindakan preventif. Ini sangat besar hubungannya dengan keyakinan kami,
manusia memiliki kebebasan untuk memilih, dan seseorang tidak boleh
mengganggu pertumbuhan inteligensi orang lain. Orang yang memilih hewan
sebagai lawan main, biasanya kehilangan keseimbangan pada jiwanya, dan
dianggap tidak matang.
Teknologi Maju yang Lalim
Pada
masa kehidupan saya, kami tahu Atlantis telah sampai di pengujung ajal.
Di antara kami ada sebagian orang yang tahu akan hal ini, namun, adalah
sebagian besar orang sengaja mengabaikannya, atau tidak tertarik
terhadap hal ini. Unsur materiil telah kehilangan keseimbangan.
Teknologi sangat maju. Misalnya, polusi udara dimurnikan, suhu udara
disesuaikan. Majunya teknologi, hingga kami mulai mengubah komposisi
udara dan air. Terakhir ini menyebabkan kehancuran Atlantis.
Empat
unsur pokok yakni: angin, air, api, dan tanah adalah yang paling
fundamental dari galaksi dan bumi kami ini, basis materiil yang paling
stabil. Mencoba menyatukan atau mengubah unsur pokok ini telah melanggar
hukum alam. Ilmuwan bekerja dan hidup di bagian barat Atlantis, mereka
“mengalah” pada keserakahan, demi kekuasaan dan kehormatan pribadi
bermaksud “mengendalikan” 4 unsur pokok. Kini alam tahu, hal ini telah
mengakibatkan kehancuran total. Mereka mengira dirinya di atas orang
lain, mereka berkhayal sebagai tokoh Tuhan, ingin mengendalikan unsur
pokok dasar pada bintang tersebut.
Menjelang Hari Kiamat
Ramalan
“kiamat” pernah beredar secara luas, namun hanya orang yang pintar dan
yang mengikuti jalan spritual yang tahu penyebabnya. Akhir dari
peradaban kami hanya disebabkan oleh segelintir manusia! Ramalan
mengatakan: “Bumi akan naik, Daratan baru akan muncul, semua orang mulai
berjuang lagi. Hanya segelintir orang bernasib mujur akan hidup, mereka
akan menyebar ke segala penjuru di daratan baru, dan kisah Atlantis
akan turun-temurun, kami akan kembali ke masa lalu”. Menarik pelajaran,
Lumba-lumba pernah memberitahu kami hari “kiamat” akan tiba, kami tahu
saat-saat tersebut semakin dekat, sebab telah dua pekan tidak bertemu
lumba-lumba. Mereka memberitahu saat kami akan pergi ke sebuah tempat
yang tenang, dan menjaga bola kristal, lumba-lumba memberitahu kami
dapat pergi dengan aman ke barat.
Banyak orang meninggalkan
Atlantis mencari daratan baru. Sebagian pergi sampai ke Mesir, ada juga
menjelang “kiamat” meninggalkan Atlantis dengan kapal perahu, ke daratan
baru yang tidak terdapat di peta. Daratan-daratan ini bukan merupakan
bagian dari peradaban kami, oleh karena itu tidak dalam perlindungan
kami. Banyak yang merasa kecewa dan meninggalkan kami, aktif mencari
lingkungan yang maju dan aman. Oleh karenanya, Atlantis nyaris tidak ada
pendatang. Namun, setelah perjalanan segelintir orang hingga ke daratan
yang “aneh”, mereka kembali dengan selamat. Dan keadaan negerinya
paling tidak telah memberi tahu kami pengetahuan tentang kehidupan di
luar Atlantis.
Saya memilih tetap tinggal, memastikan kristal
energi tidak mengalami kerusakan apa pun, hingga akhir. Kristal selalu
menyuplai energi ke kota. Saat beberapa pekan terakhir, kristal ditutup
oleh pelindung transparan yang dibuat dari bahan khusus. Mungkin suatu
saat nanti, ia akan ditemukan, dan digunakan sekali lagi untuk maksud
baik. Saat kristal ditemukan, ia akan membuktikan peradaban Atlantis,
sekaligus menyingkap misteri lain yang tak terungkap selama beberapa
abad.
Saya masih tetap ingat hari yang terpanjang, hari terakhir, detik
terakhir, bumi kandas, gempa bumi, letusan gunung berapi, bencana
kebakaran. Lempeng bumi saling bertabrakan dengan keras. Bumi sedang
mengalami kehancuran, orang-orang di dalam atap lengkung bangunan
kristal bersikap menyambut saat kedatangannya. Jiwa saya sangat tenang.
Sebuah gedung berguncang keras. Saya ditarik seseorang ke atas tembok,
kami saling berpelukan. Saya berharap bisa segera mati. Di langit asap
tebal bergulung-gulung, saya melihat lahar bumi menyembur, kobaran api
merah mewarnai langit. Ruang dalam rumah penuh dengan asap, kami sangat
sesak. Lalu saya pingsan, selanjutnya, saya ingat roh saya terbang ke
arah terang. Saya memandang ke bawah dan terlihat daratan sedang
tenggelam. Air laut bergelora, menelan segalanya.
Orang-orang lari ke
segala penjuru, jika tidak ditelan air dahsyat pasti jatuh ke dalam
kawah api. Saya mendengar dengan jelas suara jeritan. Bumi seperti
sebuah cerek air raksasa yang mendidih, bagai seekor binatang buas yang
kelaparan, menggigit dan menelan semua buruannya. Air laut telah
menenggelamkan daratan.
Sumber Kehancuran
Lewat ingatan Inggrid Benette,
diketahui tingkat perkembangan teknologi bangsa Atlantis, berbeda sekali
dengan peradaban kita sekarang, bahkan pengalamannya akan materiil
berbeda dengan ilmu pengetahuan modern, sebaliknya mirip dengan ilmu
pengetahuan Tiongkok kuno, berkembang dengan cara yang lain. Peradaban
seperti ini jauh melampaui peradaban sekarang.
Mendengarnya saja seperti
membaca novel fiktif. Bandingkan dengan masa kini, kemampuan jiwa
bangsa Atlantis sangat diperhatikan, bahkan mempunyai kemampuan
supernormal, mampu berkomunikasi dengan hewan, yang diperhatikan orang
sekarang adalah pintar dan berbakat, dicekoki berbagai pengetahuan,
namun mengabaikan kekuatan dalam.
Bangsa Atlantis mementingkan
“inteligensi jiwa” dan “tubuh” untuk mengembangkan seluruh potensi
terpendam pada tubuh manusia, hal ini membuat peradaban mereka bisa
berkembang pesat dalam jangka panjang dan penyebab utama tidak
menimbulkan gejala ketidakseimbangan. Mengenai punahnya peradaban
Atlantis, layak direnungkan orang sekarang. Plato menggambarkan
kehancuran Atlantis dalam dialognya sebagai berikut:
“Hukum yang
diterapkan Dewa Laut membuat rakyat Atlantis hidup bahagia, keadilan
Dewa Laut mendapat penghormatan tinggi dari seluruh dunia, peraturan
hukum diukir di sebuah tiang tembaga oleh raja-raja masa sebelumnya,
tiang tembaga diletakkan di tengah di dalam pulau kuil Dewa Laut. Namun
masyarakat Atlantis mulai bejat, mereka yang pernah memuja dewa palsu
menjadi serakah, maunya hidup enak dan menolak kerja dengan hidup
berfoya-foya dan serba mewah.”
Plato yang acap kali sedih terhadap sifat manusia mengatakan:
“Pikiran
sekilas yang suci murni perlahan kehilangan warnanya, dan diselimuti
oleh gelora nafsu iblis, maka orang-orang Atlantis yang layak menikmati
keberuntungan besar itu mulai melakukan perbuatan tak senonoh, orang
yang arif dapat melihat akhlak bangsa Atlantis yang makin hari makin
merosot, kebajikan mereka yang alamiah perlahan-lahan hilang, tapi
orang-orang awam yang buta itu malah dirasuki nafsu, tak dapat
membedakan benar atau salah, masih tetap gembira, dikiranya semua atas
karunia Tuhan.”
Hancurnya peradaban disebabkan oleh segelintir
manusia, banyak yang tahu sebabnya, akan tetapi sebagian besar orang
mengabaikannya, maka timbul kelongsoran besar, dalam akhlak dan tidak
dapat tertolong. Maka, sejumlah kecil orang berbuat kesalahan tidak
begitu menakutkan, yang menakutkan adalah ketika sebagian besar orang
“mengabaikan kesalahan”, hingga “membiarkan perubahan” selanjutnya
diam-diam “menyetujui kejahatan”, tidak dapat membedakan benar dan
salah, kabar terhadap kesalahan mengakibatkan kesenjangan sifat manusia,
moral masyarakat merosot dahsyat, mendorong peradaban ke jalan buntu.
Kita
sebagai orang modern, dapatlah menjadikan sejarah sebagai cermin
pelajaran, merenungi kembali ilmu yang kita kembangkan, yang mengenal
kehidupan hanya berdasarkan pengenalan yang objektif terhadap dunia
materi yang nyata, dan mengabaikan hakikat kehidupan dalam jiwa. Makna
kehidupan sejati, berangsur menjadi bisnis memenuhi nafsu materiil,
seperti ilmuwan Atlantis, segelintir orang tunduk pada keserakahan,
tidak mempertahankan kebenaran, demi kekuasaan dan kemuliaan,
mengembangkan teknologi yang salah, merusak lingkungan hidup. Apakah
kita sedang berbuat kesalahan yang sama?
Sumber
Kamis, 30 Januari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar