Jumat, 13 Desember 2013

Filled Under:

Kabbalah: Antara Mistisisme dan Materialisme

Kabbalah: Antara Mistisisme dan Materialisme


kabbala Kabbalah: Antara Mistisisme dan Materialisme

PERBINCANGAN mengenai seluk beluk kaum Yahudi saat ini bagaimanapun terasa kurang lengkap jika tidak menyinggung Kabbalah. Dipopulerkan oleh ratu music pop, Madonna, Kabbalah diperbincangkan lewat banyak media dan forum diskusi. Pun demikian masih banyak yang menganggap bahwa Kabbalah adalah esoterik yang hanya berkaitan tentang sihir dan magic, atau bahkan menganggapnya sebagai ajaran  yang sudah lama ada bahkan sebelum kaum Yahudi sendiri eksis.

Konsep Dasar
Walau Kabbalah yang berkembang saat ini terlihat seperti sintesa dari berbagai macam kepercayaan, bentuk utamanya sebagai ajaran mistik Judaisme tentunya tidak dapat dipisahkan dari Judaisme itu sendiri[1]. Inspirasi mistik dalam Kabbalah biasanya bersumber dari teks-teks biblical, contoh yang paling terkenal adalah “Penglihatan Yehezkiel”

Pada tahun ketiga puluh, dalam bulan yang keempat, pada tanggal lima bulan itu ketika aku bersama-sama dengan para buangan berada di tepi sungai Kebar, terbukalah langit dan aku melihat penglihatan-penglihatan tentang Allah”
-Yehezkiel 1:1

Pengalaman mistik Yehezkiel inilah yang menjadi inspirasi dan motivasi bagi para rabbi-rabbi yahudi untuk membentuk ritual serta kiat-kiat mistik tertentu agar mendapat pencerahan rohani paling tinggi, bertemu dengan tuhan.

Kabbalah sendiri pada awalnya ditujukan hanya untuk kaum agamawan elit, karena masyarakat awam tidak memiliki akses yang cukup baik terhadap Torah sebagai sentra utama ajaran Judaisme yang dipegang dan dikuasai secara penuh oleh otoritas kerabbian. Inilah salah satu sebab mengapa Kabbalah menggunakan banyak sekali metaphor dan allegori dalam setiap konsep ajarannya.

Kabbalah sendiri pada perkembangannya bukan hanya berkutat pada pencarian pengalaman mistis. Sekitar abad ke-12 dan 13 masehi, ketika banyak komunitas yahudi mendapat tekanan sosio-politik dari masyarakat setempat, Kabbalah menjadi popular sebagai solusi spiritual dari jiwa masyarakat yang tertekan oleh kondisi sekitar[2].

Tafsir Mistik Terhadap Bible; Awal Materialisme
Maha Benar Allah yang telah mengabarkan kegemaran orang yahudi akan berdusta[3]. Zohar sebagai kitab sentral mengenai Kabbalah setelah sefer yetzirah menyampaikan statement yang sangat radikal tentang proses penciptaan.

Pada bagian pertama dari Kitab Kejadian atau Genesis disebutkan bahwa “Pada awalnya Tuhan Mencipta…” (In the beginning God created…). Disini posisi Tuhan sebagai subjek yang mencipta dapat jelas dipahami, tapi dalam Zohar, posisi Tuhan sebagai subjek berubah menjadi objek penciptaan. Merujuk kepada teks berbahasa Ibraninya “Beresheit bara Elohim”, Zohar menafsirkan bahwa beresheit (awal mula/kekosongan) bara (mencipta) Elohim (Tuhan)[4].

Daniel C. Matt, Professor dari Berkeley yang konsern terhadap penerjemahan buku Zohar dari berbagai bahasa menyatakan bahwa tuhan yang bisa kita pahami bukanlah tuhan yang sejati. Lewat penerjemahan lewat nalar mistis ini, tuhan yang sejati adalah sosok tuhan yang infinite, tak terpahami dan tak tersebut secara jelas.

Namun anehnya, ketika menjelaskan tentang pengusiran Adam dan Hawa dari surga. Zohar justru menyatakan bahwa yang terusir dari surga adalah tuhan itu sendiri[5], sedangkan Adam dan Hawa tetap berada di surga (di bumi), tapi mengalami amnesia bahwa saat itu mereka masih berada dalam surga karena putusnya hubungan rohaniah keduanya disebabkan  perginya tuhan meninggalkan mereka.

Tafsir Kabbalah terhadap teks-teks biblical jauh melampaui teori-teori heurmeneutika, bahkan mungkin inilah cikal-bakal dari filsafast dekonstruksi Derrida yang merusak semua tatanan baku ilmu pengetahuan saat ini dengan postmodernisme yang khas dengan tafsir “suka-suka” bin nyeleneh.

Dari dua kisah penting dalam Genesis yang ditafsirkan Zohar inilah kita dapati semangat yang kuat dalam Kabbalah akan materi. Ketika konsep tuhan dirobohkan menjadi konsep yang tidak jelas, bahkan dapat dipengaruhi oleh manusia sedangkan surga adalah dunia yang fana ini. Maka tidak mengherankan jika generasi yahudi kini begitu tamak akan materi dan harta.

Dan tidaklah mengherankan jika di zaman kontemporer saat ini pengikut ajaran Kabbalah adalah para pesohor dan selebriti papan atas, seperti Material Girl Madonna, yang beralasan mencari pengalaman spiritual lewat ajaran Kabbalah, padahal sesungguhnya mencari pembenaran “spiritual” terhadap kerakusan mereka terhadap materi.
[eza/islampos]

Catatan kaki:
[1] Byron Sherwin, “on kabbalah’s relationship to Judaism”, secret of kabbalah-additional educational interview. History Channel
[2] Yechiel Shalom Goldberg, “Spiritual Leadership and Popularization of Kabbalah in Medieval Spain”, Journal For The Study Of Sephardic & Mizrahi Jewry (winter, 2009)
[3] Al Qur’an Surat Ali Imron ayat 183-184
[4] Daniel Matt, “on the Zohar”. secret of kabbalah-additional educational interview. History Channel
[5] Decoding The Past – Secret of Kabbalah (menit ke 13.03). History Channel

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.