Kamis, 12 Desember 2013

Filled Under:

Zaman Es Kedua dan Bumi Arab

Zaman Es Kedua dan Bumi Arab



es The second Ice Age dan Petunjuk Zaman di Bumi Arab (1)


Oleh: Amri Hatta, Lc.

HARI Akhir atau Hari Kiamat merupakan sunnatullah yang digariskan oleh Sang Maha Kuasa yang wajib kita Imani. Kita percaya bahwa disana terdapat hukum sebab-akibat dalam setiap peristiwa dan kejadian yang diskenariokan untuk seluruh ciptaan-Nya. Begitu juga dengan tanda-tanda dan petunjuk yang telah diperlihatkan-Nya, sebelum menyingkap kebenaran Nubuwat-nubuwat Ilahi, agar manusia mempelajari dan menangkap sinyal Nubuwat yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Sesungguhnya perubahan ekstrim cuaca yang sedang dialami Planet kita merupakan permasalahan global serius dan gawat, bahkan lingkungan, tumbuhan dan hewan-hewan ikut menerima efek negatif yang dihasilkan perubahan drastis ini. Tetapi tidakkah kita menganggap bahwa fenomena ini bukan sekedar ancaman klimatologi yang mencemaskan banyak Ilmuwan ahli ilmu cuaca dan oseanologi (kelautan)? Hingga sempat didokumentasikan dalam salah satu film Hollywood. Atau adakah sesekali merenungkan bahwa perubahan alam ini merupakan salah satu sinyal yang sangat relevan dengan informasi yang diabadikan selama lebih dari seribu empat ratus tahun yang lalu, petunjuk zaman dari Allah SWT yang disampaikan lewat lisan Rasulullah SAW:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ ” لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ …حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا “

Kiamat tidak akan terjadi….sampai dataran Arab kembali menjadi dataran berpadang rumput dan dipenuhi dengan sungai-sungai.” (HR. Muslim)

Beranjak dari teori-teori para ilmuwan, berbagai bukti ilmiah dan isu-isu politik dunia yang akan diulas dalam pembahasan sangat singkat ini, penulis berusaha meramu kesimpulan dari setiap aspek masing-masing hingga mengkaitkan peristiwa-peristiwa akhir zaman yang kelak akan dilalui ummat manusia.

Benua Atlantik Utara dan The Great Ocean Conveyor Belt
Dalam dekade terakhir ini, isu pemanasan global telah banyak menguras perhatian para Ilmuwan klimatologi yang dari waktu ke waktu semakin memprihatinkan. Pemicu timbulnya pemanasan global dikarenakan adanya karbondioksida dengan jumlah yang sangat besar di atmosfer serta adanya gas-gas lain bereaksi yang menyebabkan lubang di lapisan ozon. Fenomena ini sudah mulai dua dekade yang lalu di mana berdampak pada daerah es yang terletak di Arktik wilayah benua Atlantik Utara, hal tersebut telah terdokumentasikan secara ilmiah.

Pencairan es tersebut berdampak negatif pada iklim wilayah Atlantik Utara karena berakibat meningkatkan proporsi air tawar dan mengurangi jumlah kadar air asin pada Samudera Atlantik, seperti yang terjadi di Selat Denmark dan Laut Labrador.

Penurunan jumlah es menyebabkan perluasan wilayah laut, dan hal itu akan mengundang terjadinya proses penguapan secara besar-besaran, yang akan diikuti dengan curah hujan setelahnya. Dengan kata lain jumlah air tawar akan terus bertambah dan kadar keasinan air laut terus berkurang di wilayah ini. Sebagaimana yang diketahui bahwa sebagian dari samudera laut di bumi kita ini dalam kondis membeku, dan ketika air laut (air asin) membeku menjadi es maka es itu telah menjadi air tawar. Fenomena ini sering dimanfaatkan di beberapa daerah dingin dalam proses desalinisasi (proses pembuatan air laut menjadi tawar), dengan mencairkan es dari air laut.

Ketika mencairnya es tersebut maka akan meningkatkan proporsi air tawar. Semua faktor ini akan mengurangi salinitas air permukaan di wilayah Atlantik Utara.

Dan yang menjadi poin penting dari fenomena ini adalah seperti yang diketahui secara ilmiah bahwa air tawar lebih ringan dari air garam sehingga mengapung di permukaan.

Para ilmuwan memperkirakan tingkat penurunan es 9-14 % setiap sepuluh tahun. Di sisi lain kita akan melihat jumlah air lautan dan samudera akan terus-menerus bertambah hingga menutupi beberapa bagian daratan rendah. Hingga kini tidak sedikit penduduk di sejumlah pulau menghadapi masalah dari fenomena ini. Bahkan jika hal ini tidak berakibat menenggelamkan bagian daratan di suatu wilayah, kenaikan permukaan laut akan merusak tanah pertanian disebabkan karena kadar garam pada air laut. Dengan meningkatnya permukaan lautan akan mendukung terjadinya peningkatan penguapan pula, dan penguapan air ini menjadi salah satu faktor utama terjadinya pemanasan pada lapisan atmosfer.



abrupthouse The second Ice Age dan Petunjuk Zaman di Bumi Arab (2)


TERDAPAT fenomena lain yang ditemukan para Ilmuwan dalam beberapa waktu lalu selain mencairnya es di kutub, yaitu terdapat gelombang laut yang sangat besar, yang mengalami putaran gelombang di antara samudera-samudera, berfungsi membawa air dengan suhu panas dari tepi laut Afrika Utara ke Atlantik Utara. Fenomena ini disebut The Great Ocean Conveyor Belt.

great ocean conveyor belt The second Ice Age dan Petunjuk Zaman di Bumi Arab (2)

Dalam gambar ini kita melihat arus pergerakan gelombang, warna merah mewakili arus gelombang yang membawa suhu panas air, dan warna biru mewakili gelombang suhu dingin. Juga diketahui bahwa prinsip gerak gelombang ini berlangsung dengan proses penurunan gelombang panas berasal dari Afrika menuju arah selatan dengan membawa sejumlah besar makanan bagi ikan dan dan organisme laut.

Dalam keadaan normal, gerakan ini akan terus berlanjut sepanjang tahun dan suhu panas air laut akan terus tersalurkan ke Eropa. Para ilmuwan memperkirakan jumlah panas ini dalam setahun setara dengan yang dihasilkan oleh jutaan pabrik penghasil energi atom. Begitulah yang terjadi jika dalam kondisi normal. Namun dalam periode ini dan di tahun-tahun mendatang, para ilmuwan khawatir dengan peningkatan proporsi air tawar di Atlantik Utara yang akan menyebabkan penghentian mekanisme gelombang ini. Karena seperti yang disebutkan sebelumnya, air tawar lebih ringan dari air asin dan proses penurunan gelombang air menuju ke bawah akan berhenti. Mengenai teori ini film “The Day After Tomorrow” juga memaparkan fenomena ilmiah ini, tetapi belum mencapai kerincian klarifikasinya.

Dengan terhentinya gerakan besar ini, secara tidak langsung akan menghentikan proses transfer sejumlah besar panas ke Eropa utara dan bagian daerah di Amerika dan Kanada bagian timur. Disusul dengan penurunan suhu di Eropa seperti yang diperkirakan oleh para ilmuwan dari 5 sampai 10 derajat Celcius.
Gagasan teori ini diakui oleh banyak Ilmuwan ahli kelautan dan berkata bahwa fenomena alam ini sudah terjadi sejak (kurang lebih) 20 tahun silam, tetapi ada beberapa Ilmuwan mengingkarinya dan mengatakan bahwa fenomena ini tidak akan sampai menghentikan arus gelombang tersebut tetapi hanya akan melambatkan mekanismenya. Tetapi pada akhir dekade ini kebenaran teori tersebut mulai memperlihatkan wujudnya, tepat setahun setelah dirilisnya film “The Day After Tomorrow.”

Para ilmuwan menemukan reduksi pesat pada The Great Ocean Conveyor Belt tersebut, seperti yang diterbitkan Koran Inggris The Independent pada tahun 2005 yang menjelaskan tentang penelitian mengenai arus gelombang samudera Atlantik, hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal “Nature” yang menyimpulkan bahwa arus ini telah menurun 30 % sejak tahun 1992.

Para ilmuwan memprediksikan bahwa penurunan ini akan menyebabkan reduksi kadar rata-rata suhu panas di Inggris dengan ukuran satu sampai dua derajat Celcius. Seorang profesor fisika kelautan dari Universitas Cambridge, juga memperkirakan dampak dari perubahan ini akan sangat mengerikan untuk Inggris dan Eropa dalam beberapa tahun mendatang, entah Eropa akan membeku atau hanya menjadi sangat dingin.
Dan diketahui bahwa belum pernah terjadi perubahan pesat terhadap gelombang tesebut selama lima puluh tahun terakhir. Untuk informasi lebih lanjut tentang pergerakan arus gelombang besar ini bisa dilihat pada video dokumenter yang bertema tentang fenomena The Great Conveyor Belt dan dampaknya terhadap iklim Eropa, dipublikasikan pada bulan desember tahun 2004 di situs Discovery atau bisa dicari Yotube, tetapi sangat disayangkan juru bicara Profesor Harry Bryden tidak menyebutkan dalam rekaman itu dampak fenomena ini bagi tanah Arab.



arab bersalju The Second Ice Age dan Petunjuk Zaman di Bumi Arab (3)

MENGENAI fenomena yang terjadi di bumi saat ini, pemanasan global, mencairnya es di kutub dan juga gelombang panas yang disebut dengan The Great Conveyor Belt. Sebuah film Hollywood berjudul The Day After Tomorrow pernah menyinggungnya.

Apakah film dengan judul The Day After Tomorrow ini hanya sekedar fiksi ilmiah?

Dalam memahami sebuah rencana atau Hidden agenda oknum-oknum yang memusuhi Islam, yang bermain di balik nama Hollywood, kita harus menempatkan diri kita pada posisi sebagai reviewer. Artinya kita menerima informasi, mengelola, membandingkan, dan menarik kesimpulan dari informasi. Maka tujuan kita menghadirkan film propaganda produk Amerika ini bersamaan dengan Ayat suci dan Sabda Rasulullah Saw. tidak lain untuk mempelajari tanda-tanda atau petunjuk-petunjuk dari peristiwa yang diskenariokan oleh Sang Maha Kuasa melaui hukum sebab-akibat.

Memang tidak dipungkiri sebagian besar film produk Hollywood banyak disisipi pesan-pesan konspirasi, bahkan sindiran sosial tentang suatu masyarakat juga kadang disajikan, termasuk dalam film The Day After Tomorrow. Film ini sudah tertinggal delapan tahun yang lalu, sebuah film fiksi ilmiah tetapi tidak demikian bagi ahli geologi dan klimatologi yang mempelajari fakta-fakta sejarah.

Dalam film ini dipaparkan kesimpulan ilmiah dari seorang Paleoclimatologist bahwa 10.000 tahun yang lalu pemanasan global mengubah iklim bumi ke zaman es. Dan hal itu bisa terjadi lagi mungkin 100 sampai 1.000 tahun lagi jika polusi atmosfer dapat dihentikan. Film ini juga memberitahukan bahwa mencairnya es di kutub telah menuangkan air tawar ke dalam lautan dan mengurangi tingkat kegaraman yang menyebabkan suhu arus laut turun 13 derajat. Film ini diakhiri dengan adegan dua astronot menatap bumi dari Stasiun Antariksa Internasional, menunjukkan sebagian besar belahan bumi utara tertutup es, termasuk seluruh Amerika Serikat di utara negara bagian selatan, dan penurunan besar dalam polusi.

Dan poin terpenting yang harus digarisbawahi dari film ini yaitu tentang isu pemanasan global, mencairanya es benua Atlantik Utara, dan yang terakhir adalah prediksi kedatangan zaman es kedua.

Dari semua keterangan ilmiah ilmuwan klimatologi mengenai data-data prediksi cuaca dunia di internet, sangat jarang dari mereka menerangkan kondisi cuaca di tanah Arab, seakan mereka diam dengan fenomena penurunan suhu panas di sana. Ataukah mungkin fakta cuaca di tanah Arab sengaja ditutup-tutupi? Wallahu A’lam. Dan lebih disayangkan para peneliti Muslim di bidang klimatologi seakan acuh tak acuh untuk mengkaji seluk beluk fenomena perubahan cuaca di sana dan mengaitkannya dengan Nubuwat Rasulullah Saw.

Beranjak dari semua pembahasan benua Atlantik Utara, fenomena The Great Ocean Conveyor Belt, dan pemanasan global. Maka apakah yang akan terjadi jika arus gelombang yang sangat besar ini terhenti? Dan konsekuensi apa yang akan ditanggung oleh cuaca tanah Arab jika proses transfer kadar panas air Laut dalam jumlah sangat besar terhenti?



salju di arab The Second Ice Age dan Petunjuk Zaman di Bumi Arab (4 Habis)

BERANJAK dari semua pembahasan benua Atlantik Utara, fenomena The Great Ocean Conveyor Belt, dan pemanasan global. Maka apakah yang akan terjadi jika arus gelombang yang sangat besar ini terhenti?
 Dan konsekuensi apa yang akan ditanggung oleh cuaca tanah Arab jika proses transfer kadar panas air Laut dalam jumlah sangat besar terhenti?

Analogi yang paling dekat untuk mengambarkan hal ini yaitu jika salah satu di antara kita duduk dalam ruang kantor yang dingin berAC, kemudian AC ini berhenti. Apa yang akan terjadi setelah itu disebut dengan retensi atau kongesti temperatur.

Maka arus gelombang yang membawa kadar panas Laut yang sangat besar, jika terhenti maka terhenti pula proses transfer suhu panas atau hangat laut Utara. Dan hal itu akan menjadikan suhu panas tertahan di samudera pada dua area yang sangat penting bagi tanah Arab, area pertama adalah Samudera Atlantik di wilayah yang berdekatan dengan pantai Afrika Barat dan wilayah kedua adalah Samudera Hindia selatan Semenanjung Arab.

Dengan terhentinya arus gelombang ini, proses transfer kadar dingin air laut yang melewati pantai Amerika Selatan juga akan terhenti dan tertahan hingga terjadinya kongesti temperatur. Terkadang hal yang serupa terjadi di Samudera Pasifik, tatapi hal ini tidak penting untuk dibahas disini.

Secara rasionalnya yang menjadi pertanyaan penting sekarang, apa yang akan terjadi jika kongesti temperatur lautan berlangsung di semua wilayah tersebut ? Jawaban logisnya, tentu saja akan terjadi peningkatkan penguapan sehingga udara menjadi jenuh dengan uap air, dan proses penguapan ini merupakan tahap pertama dari pembentukan hujan.

Maka kesimpulan klimatologinya adalah wilayah Atlantik Utara akan menjadi daerah paling dingin di permukaan bumi dan tumpukan es salju perlahan-lahan akan menyebar menuju Selatan menutupi bagian utara Eropa, dan bagian timur Kanada dan Amerika Serikat.

Sementara wilayah tengah (mencakup wilayah laut Maroko dan Mauritania bagian Barat dan selatan, hingga ke garis Khatulistiwa, dan juga di Samudera Hindia selatan Semenanjung Arab) akan dilanda penguapan besar-besaran hingga udara jenuh dengan uap air.

Gejala-gejala prediksi ilmiah ini sudah bisa disaksikan dalam dekade terakhir ini, apakah film fiksi ilmiah buatan Hollywood tadi merupakan sindiran sosial untuk masyarakat di wilayah yang dimaksud ? Jika benar fenomena alam ini menjadi ancaman bagi mereka, bagaimana tidakan para diplomat-diplomat negara kedepan, apakah ikut-ikutan melantunkan slogan film ini “Where will you be ?”

Sebelum menghadirkan berbagai spekulasi dan Inisiatif para diplomat, politikus, hingga kementerian pertahan negara. Ada baiknya sejenak menyegarkan hati dan pikiran, dengan merenungkan Kebesaran Allah Saw lewat untaian sabda Rasullah Saw., menghayati sisi kebenaran Nubuwatnya melaui kesimpulan ilmiah para Ilmuwan dan fakta-fakta histori, pada bagian tulisan selanjutnya. Wallahu A’lam Bish Shawwaab. []

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.