ADAT ISTIADAT BUGIS PAGATAN
A. BUDAYA KEKERABATAN
Hubungan
kekerabatan dikalangan Bugis Pagatan tergolong sangat rakat menjaga
kerukunan kekeluargaan antara sesamanya, serta mempunyai perasaan
solidaritas cukup tinggi menjaga sesama kesukuannya. Oleh karena itu
perkawinan seringkali terjadi menjalin hubungan dengan keluarga dekat
sebagai prioritas utama dalam mencari pasangan hidup. Disamping itu
system kekerabatan juga sangat dipengaruhi oleh kebiasaan adat yang
diteruskan secara turun temurun dan oleh agama Islam, oleh karena itu
kedua unsure adat dan agama ini terjalin erat.
Setiap kali
penyelenggaraan suatu acara, maka dalam pelaksanaan selalu terdapat
unsure – unsure budaya dan agama. Berikut ini akan digambarkan beberapa
tatacara penyelenggaraan suatu acara yang mempererat hubungan
kekerabatan.
1. Perkawinan (Mappabotting)
Perkawinan adalah
persoalan yang serius untuk dapat mewujudkan suatu rumah tangga yang
meliputi suasana kasih sayang. Bagi Bugia Pagatan perkawinan merupakan
suatu pengalaman yang luhur dan agung, Oleh kerana itu setiap
penyekengaraan perkawinan hendaklah dapat menciptakan suasana hikmat dan
saklar sehingga dapat memupuk makna yang dalam untuk selalu dikenang
seumur hidup bagi mempelai. Proses penyelenggaran perkawinan adalah
sebagai berikut :
a. Mammanu – manu
Mammanu – manu adalah suatu
tahap awal orang tua yang berusaha mencari calon menantu anak laki –
lakinya dengan jalan menyebarkan para keluarga dekat yang dapat
dipercaya mencari informasi seoarang gadis yang dapat dijadikan calon
mempelai. Dikatakan mammanu – manu yang berarti burung, jadi keluarga
yang disebar tadi bagaikan burung yang mengintai dan tanpa diketahui
oleh yang diperhatikan. Keluarga tadi hinggap dari suatu tempat ke
tempat yang lain, sampai berhasil menemukan calon mempelai yang bisa
dijadikan pasangan hidup yang baik.
Sementara anak laki – laki yang
ingin ducarikan pasangan jodoh oleh orangtuanya biasanya menerima saja
segala pilihan dan keputusan keluarga, oleh kerana itu dalam musyawarah
keluarga harus dapat menemukan calon yang sesuai selera anak laki – laki
tadi.
Biasanya kalu anak laki – laki yang telah dipilihkan caoln
isteri, apabila dia setuju dengan pilihan orangtua akan dapat diketahui
melalui mana kala anak laki – laki tadi semakin bersemangat dalam
membantu pekerjaan orangtuanya, rajin mengerjakan segala pekerjaan, dan
sebaliknya. Seorang anak yang baik tidak akan melakukan bantahan atas
keinginan orangtua, tinggal bagaiman kemampuan orangtua berlaku secara
bujaksana.
Kalau sudah yakin, bahwa anak laki – lakinya menuruti saja
keinginan orangtua, barulah dicoba melakukan tahap perkenalan kepada
keluarga calon mantu, dengan cara berkirim salam atau mengutus salah
satu keluarga untuk melakukan kunjungan silaturrahmi, agar dapat melihat
secara dekat calon mantu. Yang penting diperhatikan adalah; bagaimana
sopan santunnya, caranya menjemur pakaian, caranya menyelesaikan
persoalan dapur, dan caranya berpakaian, dan bagaimana kehidupan
keluarganya.
b. Mattangke.
Kalau keluarga yang diutus telah
melihat dari dekat calon mantu, kemudian dirundingkan segala informasi
yang telah diperoleh itu. Kalau semuanya sesuai dengan keinginan, dan
juga adanya tanda – tanda bahwa keluarga calon mantu juga kelihatannya
besar kemungkinan akan menerima, maka langkah berikutnya dilakukan
adalah Mattangke.
Mattangke adalah menjalin hubungan antara kedua
calon mempelai, sebagai langkah awal untuk tahap pengenalan antara kedua
belah pihak satu sama lain sebelum mewujudkan mahligai rumah tangga.
Tata
cara pelaksanaannya adalah orangtua calon mempelai pria mengutus
beberapa orang keluarganya untuk melakukan kunjungan kepada keluarga si
gadis. Sesampainya di sana untuk bertamu, lalu menyampaikan maksud
kedatangannya baik secara kiasan maupun sacara terang – terangan.
Setelah gayung bersambut, barulah dibicarakan lagi usaha untuk saling
mengenalkan kedua calon mempelai yang senantiasa diarahkan dan
dibimbing oleh masing – masing keluarga. Setalah adanya Sitangke ini,
keluarga calon mempelai perempuan tidak akan lagi menerima lamaran orang
lain, sebab sudah ada keluarga yang ingin meminangnya.
c. Madduta
Selama
dalam proses berjalannya tahap pengenalan kedua calon mempelai, dapat
berjalan dengan baik sebagaimana diharapkan. Kemudian keluarga calon
mempelai pria berkirim lagi salam kepada keluarga calon mantu, tentang
adanya rencana dalam waktu dekat berkunjung untuk melanjutkan
pembicaraan, pembicaraan seperti ini nantinya disebut sebagai acara
Madduta.
Sebelum acara Madduta berlangsung yang biasanya diadakan
pada waktu malam hari dirumah keluarga calon wanita. Maka masing –
masing keluarga melakukan berbagai persiapan terutama mengumpulkan para
keluarga yang dapat dilibatkan dalam pembicaraan dan masing – masing
mempersiapkan materi pembicaraan yang diinginkan.
Biasanya para
keluarga yang terlibat nantinya dalam pembicaraan dalah mereka yang
ditokohkan dalam setiap keluarga, serta mempunyai wibawa dan mahir dalam
menyampaikan tutur bahasa yang baik.
Pada saat berlangsungnya acara
Madduta, materi pembicaraan yang terpenting adalah masing – masing
keluarga sepakat untuk menyelenggarakan perkawinan, setelah itu barulah
dibicarakan waktu penyelenggaraan akad nikah, seterusnya dana dan
prasarana yang harus dipersiapkan keluarga calon mempelai pria.
Madduta
adalah proses berlangsungnya pinangan keluarga calon mempelai pria
kepada keluarga mempelai wanita yang akan membicarakan berlangsungnya
penyelenggaraan perkawinan.
d. Mappenredui.
Setelah
Madduta keluarga mempelai pria mulai mempersiapkan segala yang diminta
keluarga mempelai wanita, biasanya berupa ; beras, uang, gula, sapi,
perlengkapan pakaian wanita, dan perlengkapan prabot kamar pengantin.
Sebelum ini diantar dalam suatu acara khusus yang berlangsung dirumah
mempelai wanita. Keluarga mempelai pria juga menyerahkan beberapa
perlengkapan lain yang punya makna tersirat, seperti ; Beras kuning yang
diberiakn aroma wewangian daun pandan yang diracik, nantinya dimasukan
kedalam kempu bersama uang yang diperluakan, juga disertakan rekko ota,
kunyit, dan kayu manis setelah itu dibungkus kain kuning.
Kemudian
terdapat juga bungkusan lain yang berwarna putih berisikan, yaitu ;
sebuah cobek bermakna agar mempelai wanita dapat mengerti permasalahan
dapur, Bunga Penno – peno berpasangan bermakna agar keduanya nanti
mendapatkan rezekinya yang berkecukupan, Bunga Parerenreng bermakna agar
keduanya senatiasa mesra menjalin kasih sayang dan saling merindukan,
Bawang putih bermakna agar hatinya ikhlas suci dan murni, Pittamarola
agar selalu menumbuhkan kesan untuk saling membutuhkan satu sama lain,
Senang agar keduanya senantiasa lapang dada, Gula Merah agar keluarga
senantiasa manis dan harmonis, dan Kelapa agar kelihatan nikmat
kehidupan rumah tangga.
Kemudian setelah sudah disiapkan semuanya
pada waktu yang telah disepakati bersama, barulah mengundang para
keluarga handaitaulan untuk mengantarkan perlengkapan yang dimaksudkan
diatas keruamah keluaraga mempelai wanita. Sementara keluarga mempelai
wanita juga mengundang para keluarga dan handaitaulan untuk menyambut
kedatangan rombongan keluarga mempelai dan selanjutnya dilaksanakan
dengan pembacaan doa selamat.
Acara Mappenredui ini ditata dan
dilaksanakan oleh perempuan atau acara perempuan, tamu pria hanya
mengikuti saja jalannya acara tidak mempunyai peranan khusus. Sebelum
acara bubar biasanya ada sedikit musyawarah antara kedua keluarga untuk
mempermantap kesiapan menyelenggarakan acara berikutnya, yaitu
Menrekawing.
e. Menrekawing
Menrekawing adalah mengantar calon
mempelai pria untuk melangsungkan akad nikah di tempat calon mempelai
wanita. Penyelengaraan acara ini biasanya berlangsung pada waktu malam
hari dalam acara akad nikah ini juga diselingi beberapa acara adat,
serta dilengkapai dengan kesenian Massukkiri atau Al Barzanji.
Menjelang
berlangsungnya penyelanggaraan akad nikah, maka keluarga mempelai
wanita mengutus beberapa orang untuk Madduppa ( menjemput ) dan
menberitahukan kepada keluarga mempelai pria bahwa acara sebentar lagi
akan dimulai. Kemudian mempelai pria segera diantar bersama pada’nya (
rambongan pengantin ) ketempat berlangsungnya upacara akad nikah,
beberapa orang dari rombongan itu ada yang membawa bungkusan kuning yang
berisikan beras kuning, racikan daun pandan yang beraroma, dan uang
mahar pengantin yang dimasukan ke dalam kempu lalu dibungkus kain
kuning, atau dapat juaga berupa perlengkapan sholat sebagai mahar
perkawinan.
Setelah mempelai pria tiba di depan tangga, maka segera
disambut dengan pembacaan syalawat kemudian dipersilakan memasuki
ruangan utama dan duduk diatas Leppi Lipa ( sarung yang dilipat
sedemikian rupa ). Selanjutnya menyusul undangan yang lainnya juga naik
untuk turut menyaksikan acara akad nikah. Adapun rangkaian acara dalam
penyelenggaraan Mappenrekawing ini adalah ;
f. Mappanredewata.
Sebelum
akad nikah berlangsung, ke dua mempelai dianjurkan mengikuti upacara
Mappanredewata secara bergantian yang dipimpin oleh seorang Sandro.
Mappanredewata
adalah suatu upacara adat yang bertujuan memperkenalkan bayangan semu
ke dua mempelai sebelum saling mengenal secara nyata. Upacara ini
berlangsung di dalam kamar di atas ranjang pengantin, dengan menghadapi
sajian upacara berupa ketan berwarna merah, hitam, kuning, dan putih
juga terdapat panggang ayam, pisang raja, telur dan lain – lain.
g. Mappakawing.
Berlangsung
acara akad nikah yang dipimpin seorang Pua Imang ( Imam atau guru agama
), serta terdapat dua orang saksi dari masing – masing pihak. Acara
akad nikah ini sebagaimana ketentuan agama Islam.
Setelah selesai
akad nikah, maka mahar yang dibungkus kain kuning tadi salah seorang
mempersilahan mempelai pria menemui isterinya, sekaligus membawa
maharnya untuk diserahkan secara langsung kepada mempelai wanita.
h. Makkarawa.
Setelah mahar sudah diterima mampelai wanita, kemudian mempelai pria
dipersilakan memegang salah satu bagia anggota badan isterinya,
sekaligus memasangkan salah satu benda yang berharga untuk isterinya,
biasanya berupa cincin, gelang, dan rantai.
Sementara bagian tubuh
yang biasanya dipegang mempelai pria adalah bagian - bagian yang berisi,
seperti susu, lengan atau pantat. Acara inilah yang dimaksud dengan
Makkarawa.
j. Makkabettang.
Usai acara Makkarawa dilanjutkan
lagi dengan acara Makkabettang. Makkabettang adalah suatu acara
memperlombakan kedua mempelai, caranya ke dua mempelai duduk
berdampingan dengan kaki ancang – ancang berdiri. Setelah pemimpin acara
mengalungkan sebuah sarung kepada kedua mempelai setelah ada aba – aba
kedua mempelai serentak berlomba berdiri. Menurut perkiraan siapa yang
duluan berdiri , maka ialah yang sangat mempengaruhi corak rumah
tangganya.
Setelah selesai acara Makkarawa dan Makkabettang, maka
mempelai pria dipersilakan kembali duduk ditempat semula untuk mengikuti
pembacaan Al Barzanji atau mendengarkan kesenian Massukkiri yang juga
menyanyikan syair Al Barzanji sambil menikmati suguhan yang disajikan
keluarga mempelai untuk semua undangan yang hadir. Usai acara ini
selesailah seluruh rangkaian acara Menrekawing.
k. Situdangeng Botting.
Situdangeng
Baotting adalah merayakan hari bersandingnya kedua mempelai yang
berlangsung di tempat mempelai wanita, waktu bersanding biasanya mulai
jam 10.00 – 14.00 atau sampai habis waktu undangan yang datang. Adapun
busana yang digunakan pada saat bersanding ini adalah untuk mempelai
wanita menggunakan pakaian pengantin yang dinamakan Simpolong Tettong,
sedangkan untuk mempelai pria menggunakan pakaian pengantin yang
dinamakan Sigera’.
Sementara para muda – mudi yang bertugas melayani
para undangan, yaitu pemudanya menggunakan busana baju belanga sedangkan
pemudinya menggunakan busana baju bodo.
Tata cara Mappenre Botting
untuk bersanding di tempat mempelai wanita adalah, sebelum rombongan
mempelai pria berangkat dia harus menunggu dulu Padduppa ( utusan ) dari
keluarga mempelai wanita, setelah sudah tiba utusan barulah mempelai
pria diarak menuju tempat dilangsungkan perayaan hari perkawinan.
Setelah undangan sudah mulai berkurang untuk menghadiri perayaan perkawinan, maka dilanjutkan lagi acara sebagai berikut :
l. Mammatua
Mammatua
adalah kedua mempelai diberangkatkan menuju rumah keluarga mempelai
pria, untuk memperkenalkan mempelai perempuan dengan mertuanya, serta
melakukan sujud terhadap mertua. Setibanya dirumah mempelai pria
mempelai wanita disambut ibu mertuanya, sekaligus akan diberikan hadiah
atau cendramata dapat berupa cincin, kalung, atau gelang yang terbuat
dari emas atau batu yang berharga. Ditempat ini juga dihadiri para
undangan dan ada acara suguhan sekaligus ke dua mempelai kembali
dipersandingkan hingga menjelang malam. Setelah selesai acara mammatua
ke dua mempelai kembali diantar keruamah wanita untuk mengikuti acara
selanjutnya.
m. Botting Silellung
Botting Selellung adalah
suatu rangkaian acara hiburan yang diselenggarakan dirumah mempelai
wanita. Permainan kejar – mengejar mempelai dimaksudkan dalam acara ini
agar ke dua mempelai dapat segera lebih akrab, sekaligus menciptakan
suasana penuh canda dan tawa di masing – masing keluarga yang hadir pada
malam itu.
Permainan Botting Silellung dibagi dua bentuk pormasi
kejar – kejaran pengantin, yaitu : pormasi permainan Makkiti – kiti dan
pormasi permainan Mebelle – belle. Cara permainannya adalah ;
1) Makkiti – kiti :
Permainan
ini dimulai dengan sekelompok perempuan yang mengenakan sarung yang
sama dan menutup sekujur tubuhnya dengan sarung, kemudian bergerak
dengan berdongkok bagaikan kumpulan itik. Lalu mempelai pria berusaha
dengan cermat menebak sekaligus menangkap isterinya yang ada diantara
rombongan Makkiti – kiti, apabila salah tangkap akan didenda dengan
memberikan suatu barang kepada orang yang ditangkapnya. Permainan
Makkiti – kiti baru akan berakhir setelah mempelai pria dapat menemukan
pasangannya yaitu mempelai wanita.
2) Mabelle - belle
Permainan
ini dilakukan sekelompok muda – mudi yang saling bergandeng tangan
membuat suatu pormasi lingkaran, kemudian ke dua mempelai dipisahkan.
Mempelai wanita dimasukan dalam lingkaran dan mempelai pria diluar
lingkaran, kemudian mempelai pria berusaha menangkap isterinya dengan
melewati lingkaran tadi, manakala mempelai pria masuk dalam lingkaran
maka mempelai wanita cepat – cepat menghindar keluar demikian seterusnya
sampai suaminya dapat mendekapnya dan berakhir pula permainan ini.
3) Masukkiri Maddutung.
Setalah
permainan Botting Silellung, maka ke dua mempelai duduk lagi bersanding
ditengah – tengah undangan yang hadir untuk mengikuti acara pembacaan
Al Barzanji, biasanya pembacaan syair – syair Al Batzanji dilakukan oleh
sekelompok kesenian masukkiri.
Dengan berkumandangnnya bahana
permaina Masukkiri Maddatung maka hiasan – hiasan ditempat
penyelenggaraan mulai dibuka, menandakan bahwa penyelengaraan acara
Mappabotting telah selesai. Setelah menerima suguha makanan kue
tradisional, seperti kanrejawa pute, burasa, ppu pesse, cicuru tellu,
baulu, nennu – nennu, agara, dan lain – lain. Maka para undangan
memberikan salam kepada mempelai dan pamit pulang masing – masing.
4) Mappatidro Botting.
Setelah
para undangan masing – masing pulang, waktu juga sudah larut malam,
maka mempelai wanita diperintahkan untuk beristirahat diranjang
pengantin didampingi salah seorang orangtua yang dekat dengannya untuk
tidur. Setelah mempelai wanita tidur nyenyak, maka orangtua yang
menemani tadi segera keluar dari kamar sraya memerintahkan suaminya
pelan – pelan masuk dalam pengantin untuk tidur berdua bersama
isterinya. Disinilah dituntut kemampuan seorang laki – laki untuk dapat
menjinakkan isterinya, sebab kalau tidak mempunyai strategi yang baik
bisa – bisa isterinya akan berteriak atau mengusirnya.
n. Marola Tellumpenni
Setalah
menginap satu malam di rumah keluarga mempelai wanita, kemudian ke dua
mempelai diantar oleh keluarganya untuk menginap tiga malam ditempat
keluarga mempelai pria. Kehadiran menantu perempuan dirumah ini juga
akan diberikan benda – benda berharga. Setelah tiga malam menginap untuk
langkah selanjutnya sepenuhnya kedua mempelailah yang mengatur diri
atau keluarganya, kalau belum mempunyai rumah sendiri terserah
kesepakatan dia dimana mau tinggal untuk sementara, apakah dirumah
mempelai pria atau dirumah mempelai wanita.
Demikian tatacara
penyelenggaraan Mappabitting ( Perkawinan ) budaya Bugis Pagatan yang
melalui perjalanan yang panjang dan persiapan yang matang, baik kedua
keluarga mempelai selaku pelaksana, maupun ke dua mempelai yang akan
bersiap – siap membentuk suatu mahligai rumah tangga yang bahagia dan
sejahtera. Pleh karena itu, menurut pendapat orang bijak bahwa seorang
yang ingin memasuki rumah tangga hendaknya dapat mengelilingi dapur
tujuh kali. Maksud kiasan ini seorang perempuan garus dapat mengerti
tanggung jawab sebagi seorang isteri, dan seorang suami mampu menjadi
pemimpin dalam rumah tangganya.
Selain penyelenggara Mappabotting,
berikut ini akan dilanjutkan menggambarkan secara global saja, tentang
beberapa rangkaian penyelenggaraan adat yang dilaksanakan didalam
lingkungan keluarga.
2. Pelaksanaan Massola
Masola adalah
suatu rangkaian acara yang dilakukan daalm keluarga, setiap kali ada
seorang isteri yang untuk peertama kalinya mengalami kehamilan. Pada
saat hamil tujuh bulan, akan diadakan acara Masola ( mencucu perut )
atau mandi – mandi kembang sepasang suami isteri.
Tata cara
pelaksanaannya adalah sepasang suami isteri dipersilakan duduk
bersanding masing – masing diatas sebiji kelapa muda dan menghadapi
tempat air yang berisikan aneka kembang yang punya aroma yang harum,
kemudian diatas kepalanya terdapat sehelai kain putih sebagai penyaring
air saat dimandikan. Sebelum dimandikan dengan air kembang terlebih
dahulu Sandro ( pemimpin upacara ) mencucu perur isteri yang hamil tadi
dank e duanya dipercikan air Passili. Setelah itu barulah dimandikan air
kembang melalui saringan sehelai kain putih yang empat ujungnya
dipegang masing – masing keluarga yang turut menyaksikan acara Masola.
Setelah
mandi – mandi baju yang dikenakan sepasang suami isteri tadi dilepas
diganti dengan pakaian yang kering, dan pakaian yang basah tadi
deberikan kepada Sandro. Setalah ke duianya telah mengenakan busana atau
berdandan, maka dipersilan lagi untuk mengikuti acara berikutnya, yaitu
Manggolo manghadapi aneka suguhan yang lezat, seperti ketan ( sokko )
yang berwarna merah, hitam, kuning, dan putih serta terdapat juga
panggang ayam, telur masak, pisang raja dan aneka kue tradisional Bugis
Pagatan.
Acara Masola ini juga mengundang keluarga dan handaitaulan
yang turut menyaksikan, dan ikut mencicipi suguhan yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Setelah pembacaan doa syukuran dan selamat para
undangan akan dipersilakan menikmati suguhan penyelenggara.
3. Pelaksanaan Mappenretojang
Mappenretojang
adalah suatu penyelenggaraan acara bagi suami isteri yang baru saja
mendapat keturunan atau acara syukuran menyambut kelahiran bayi. Aacara
Mappenretojang biasanya dilaksanakan pada saat anak berumur tujuh hari,
empat belas hari atau empat puluh hari.
Tatacara melaksanakan
Mappenretojsng setelah dilaksanakan pembacaan doa syukuran, kemudian
bayi tadi diberikan nama yang sesuai untuk dipergunakan dimasa akan
datang. Lalu diarak keliling untuk diperlihatkan dan dipegang kepada
undangan yang berhadir, setalah itu barulah anak tadidimasukkan kedalam
ayunan untuk pertama kalinya, sebab sebelum Mappebretojang anak tadi
tidak diperkenankan untuk diayun terlebih dahulu, baru bisa di ayun
setelah diselengarakan mappenretojong.
Selama bayi tadi belum tumbuh
giginya tidak boleh bersentuhan dengan bayi lain yang juga belum tumbuh
giginya, konon dikhawatirkan salah seoarang kemungkinan nanti ada yang
bisu. Setelah bayi sudah dapat berjalan dengan baik, barulah diadakan
lagi acara makkalejja tanah. Makkalejja tanah adalah suatu acara
menurunkan anak ketanah untuk menjajak tanah, sebelum dilakukan acara
ini orangtua si balita harus betul – betul manjga agar jangan sampai
turun ketanah.
4. Pelaksanaan Masunna dan Makkatte
Massunna
dan Makkatte adalah melaksanakan sunatan bagi anak yang sudah cukup
umur, sesuai dengan anjuran agama islam bagi anak laki – laki dinamakan
Massunna dan bagi anak perempuan dinamakan Makkatte.
Acara ini juga
melibatkan undangan untuk mengikuti acara selamatan, dam menyaksikan
acara sunatan bagi keluarga yang menyelenggarakan. Bagi anak laki – laki
dulu, disunat dilakukan seorang Sandro dengan menggunakan alat pemotong
dari sembilu. Selesai penyunatan maka dibacakan syalawat. Kemudian para
keluarga yang hadir disitu secara serantak masing – masing mengambil
air dan sepotong bamboo yang digunakan saling menyemprotkan air dengan
bamboo, sehingga pada saat itu terjadi gegap gempita masing – masing
berusaha untuk saling menyemburkan air sampai semuanya basah kuyup.
Demikian juga dengan acara Makkatte abgi anak perempuan, terlebih dahulu
Sandro Maccera ( memotong sedikit alir ayam ) dan darahnya itu
digunakan untuk dioleskan terhadap Vulpa sesuatu yang dipotong atau
diiris pada anak perempuan.
5. Pelaksaan Mappanrelebbe
Penyelenggaraan
Mapenrelebbe adalah suatuacara yangdilaksakan sebagai syukuran terdap
beberapa oaring anak yang telah menyelesaikan atau khatam membaca 30 juz
Al Qur’an. Bberapa anaka yang khatam akan didandani dengan busana
pakaian haji, stelah itu pihak pelaksana menyiapkan juga Lasoji sebagai
perlengkapan upacara tamatan Manrelenne. Lasoji adalah seperangkat
bendera yang terbuat dari belahan bamboo dan kertas kemudian terdapat
telur masak yang dicucuk pada bamboo, stelah itu baru ditancapkan dalam
Lasoji yang terbuat dari batang pisang. Stiap satu orang anak garus
menyiapkan dua atau tiga Lasoji.
Cara melaksakan Maparelebbe setiap
anak yang khatam berpakain haji duduk berdampingan mengahadapi guru
mengajinya, kemudian dengan dipandu gurunya dia membacakan beberapa ayat
disaksikan para undangan yang berhadir. Setalah itu masing – masing
anak bersujud pada grunya juga pada orangtua dan keluarganya. Kemudian
dilanjutkan pembacaan doa selamat dan seterusnya menikmati sajian tuan
rumah. Pada saat undangan hendak pulang akan dibagi – bagikan bemdera
Lasoji, dan sisa bendera diberikan pada guru mengajinya yang nantinya
bendera Lasoji itu diarak bersama anak yang Manrelebbe kerumah gurunya.
Semantara kayu manis yang dipergunakan si anak menunjuk ayat- ayat Al-
Qur’an pada saat Manrelebbe dibagi – bagikan pada anak – anak yang ada
dirumah itu dengan cara dipotong – potong, dengan harapan anak – anak
yang menerima potongan kayu manis tadi juga dapat segera khatam Al –
Qur’an, potongan kayu manis yang diberikan pada si anak untuk dikunyah
sampai habis rasa manis dan pedasnya baru dibuang.
6. Pelaksaan Maddojarateng
Madorajateng
dalah suatu acara yang dilaksanakan oleh keluarga yang ingin memulai
mendirikan tiang –tiang utama rumah. Acara ini dilaksanakan semalam
suntuk dengan melakukan berbagai kegiatan sebelum tiang rumah didirikan
menjelang waktu pagi.
Acara atau kegiatan yang dilaksanakan oleh
oemilik rumah adalah ; pembacaan Al Barzanji, Masukkiri, dan pembacaan
doa selamat agar rumah yang hendak didirikan tidak mendapat rintangan.
Disamping itu membungkus kain kuning di salah satu tiang utama yang
dinamakan dengan Posibola. Posibola inilah yang dilengkapi berbagai
barang material yang bermakna tersirat, seperti dipercikan kembang yang
dinamakan Passili dilakukan oleh Sandro diletakkan dibawahnya tempat
tertancapnya Posibola emas atau intan agar rumah itu dapat nyaman dan
indah ditempati pemiliknya, kemudian juga terdapat gula merah, nangka,
dan kelapa yang digantung didekat tiang itu. Sebelum didirikan tiang
rumah Posibola selalu dijaga oleh pemilik rumah, pada saat akan
didiriakan maka Posibola dulu yang merupakan tiang utama yang didirikan
baru diikuti tiang – tiang yang lain. Selesainya pendirian tiang – tiang
rumah diharapkan sebelum fajar menyingsing atau matahari tampak. Dalam
mengirikan tiang – tiang rumah dilakukan secara bergotong royong oleh
para keluarga atau undangan yang telah diundang.
7. Pelaksanaan Menrebola Baru
Menrebola
Baru adalah suatu acara selamatan dilakukan suatu keluarga untuk
memulai menempati rumah yang telah selesai pembangunan atau sudah bisa
ditempati oleh penghuninya. Dalam acara ini juga diadakan pembacaan Al
Barzanji dan doa selamatan, agar penghuni pemilik rumah dapat tinggal
dengan tenang dan nyaman sebagai rumah peristirahatan keluarga.
Tatacara
pelaksanaannya sebelum berlangsungny acara pemilik rumah meletakan tebu
yang masih punya daun pada masing – masing tiang utama, semantara
Posibola Dilengkapi lagi dengan pisang, gula merah, nangka, kelapa dan
beberapa batang tebu. Sementara pada pelafon rumah dihiasidengan
berbagai kue atau gula gula ( Perman ) yang digantung secara rapi
memadati pelafon rumah. Setelah berlangsung acara pada saat pembacaan
syalawat sampai pada asrakal semua yang hadir ditempat itu berdiri, dan
berebut merampas tebu dan gula – gula tadi kecuali yang ada pada
Posibola tidak boleh diambil. Selasai itu dilanjutkan kembali pembacaan
Al Barzanji dan doa selamatan sebelum menerima suguhan dari pemilik
rumah. Setiap malam jum’at pemilik rumah masih mengadakan pembacaan Al
Barzanji dengan mengundang keluarga dan tetangga dekat, hal ini
dilakukan tiga jum’at.
Demikianlah beberapa penyelenggaraan acara
yang dilakukan dilingkungan keluarga Bugia Pagatan. Barangkali dengan
seringanya mengumpulkan orang banyak untuk melakukan berbagai acara maka
rumah - rumah Bugis Pagatan ruangan utamanya cukup luas dan sedikit
kamarnya. Dengan ruangan utama yang luas memudahkan untuk mengadakan
berbagai penyelenggaraan acara sehubungan mengumpulkan orang banyak.
Bentuk
keluarga terpentingb bagi Bugis pagatan adalah keluarga Batih. Keluarga
Batih terdiri dari suami isteri dan anak yang didapatkan melalui
perkawinan. Adat sesudah nikah pada prinsipnya neolokal. Hubungan social
diantara keluarga Batih sangat erat, keluarga Batih merupakan tempat
paling aman bagi anggopta – anggotanya ditengah – tengah hubungan
kerabat yang lebih besar dan masyarakat.
B. BUDAYA KEMASYARAKATAN
Lapisan
masyarakat di Pagatan dari jaman sebelum pemerintahan colonial Belanda,
dulu ada tiga lapisan pokok. Yaitu ; ( 1 ) Anak arung adalah lapisan
kaum kerabat raja – raja, ( 2 ) To’maradeka adalah lapisan orang
merdeka, dan ( 3 0 Ata adalah lapisan orang budak ialah orang yang tidak
dapat membayar hutang atau orang yang melanggar pantangan adat.
Pada
mulanya lapisan masyarakat hanya dua, dan bahwa la[isan ata itu
merupakan suatu perkembangan kemudian yang terjadi dalam jaman
perkembangan dari organisasi – organisasi orang bugis pagatan. Lapisan
Ata mulai hilang karena larangan dari kolonial dan desakan dari agama.
Kemudian itu pula setelah penghapusan system kerajaan di Pagatan arti
dari perbedaan antara anakarung dan to maradeka dalam kehidupan
masyarakat secara bertahap mulai berkurang. Adapun gelar bangsawan
seperti arung, andi, puatta, dan daeng. Walupun masih dipakai, toh tidak
lagi mempunyai arti seperti dulu, dan sekarang malahan sering dengan
sengaja diperkecilkan artinya dalam proses perkambangan sosialisasi dan
dalam demokratisasi dari masyarakat Indonesia.
Berikut ini akan
digambarkan pola tingkah laku Bugis Pagatan yang tercermin dalam realita
kehidupan yang erat hubungannya dengan unsure budaya dalam menjalin
interaksi social. Serta digambarkan pula bagaimana sikap dan
solaidaritas meraka dalam menjaga hubungan social yang tercermin dalam
beberapa penyelenggaraan upacara kemasyarakatan.
1. Filsapah Siri’
Kosepsi
sri mengintekrasikan secara organis semua unsure pokok dari
penganderreng. Konon dalam masyarakat Bugis peristiwa bunuh membunuh
dengan Jallo ( Hamuk ) itu dengan latar belakang siri’. Secara lahir
sering tampak seolah – olah orang Bugis itu merasa siri’, sehingga rela
membunuh atau terbunuh kerana alasan yang sepele, atau karena
pelanggaran adat perkawinan. Pada hakekatnya alasan yang sepele yang
menimbulkan rasa siri, hanya merupakan salah satu alasan lahir saja dari
suatu kompleks sebab – sebab lain yang menjadikan ia kehilangan
martabat dan rasa harga diri dan demikian juga identitas sosialnya.
Ada
tiga pengertian konsep siri’ itu ialah : malu, daya pendorong untuk
membinasakan siapa saja yang telah menyinggung harga diri secara tak
berprikemanusiaan terhadap diri seseorang, atau dengan daya pendorong
utuk bekerja atau berusaha sebanyak mungkin. Selain itu dapat
dikemukakan bahwa siri’ adalah perasaan malu yang memberi kewajiban
moral untuk membunuh pihak yang melanggar adat, terutama dalam soal –
soal hubungan perkawinan.
Dalam kesusastraan Paseng yang memuat
amanat – amanat dari nenek moyang terdagulu, ada contoh – contoh dari
ungkapan yang diberikan kepada konsep siri’, seperti termaktub berukut
ini :
a. Siri’mi rionroang ri – lino artinya ; hanya utuk siri; itu
sajalah kita tanggal di dunia. Dalam ungkapan ini termaktup arti siri’
sebagai hal yang memberi identitas social dan martabat kepada seorang
Bugis. Hanya kalau ada martabat itulah maka hidup itu ada artinya.
b.
Mate ri siri’na artinya; mati dalam siri’, atau mati untuk menegakan
martabat diri yang dianggap suatu hal yang terpuji dan terhormat.
c.
Mate siri’ artinya ; mati siri’, atau orang yang sudah hilang martabat
diri, adalah seperti bangkai hidup. Demikian orang Bugis yang mate siri’
akan melakukan Jallo atau Amuk sampai ia mati sendiri. Jallo’ yang
demikian itu disebut nappaentengi siri’na, artinya ; ditegakkannya
kembali martabat dirinya. Kalau ia mati dalam Jallo’nya itu, maka ia
sebut worowane to – engka siri’na, artinya ; jantan yang ada martabat
dirnya.
Siri’ merupakan pola tingakah laku orang Bugis yang tercermin
dalam realita kehidupan dan juga merupakan suatu perujudan tingkah laku
yang berkaitan erat dengan unsur budaya di dalam menjalin interaksi
social.
2. Acara Mappanretasi.
a. Pengertian Mappanretasi
Mappanretasi
adalah suatu acara ritual ungkapan rasa syukur nelayan Bugis Pagatan
kepada Tuhan atas kesejahteraan yang didapatkan melalui hasil tangkapan
ikan dilaut oleh nelayan. Acara ini dilaksanakan setiap tahun sekali
pada bulan April mana kala Musim Ikan atau Musim Barat sudah mulai
berahir. Pelaksanaan acara ritual styukuran Mappanretasi berlangsung
ditengah laut dipimpin oleh sandro, digiring dan diikuti oleh
kapal-kapal para nelayan. Setelah acara ritual syukuran dilaut selesai
kemudian rumbongan sandro kembali kedarat untuk menjalin silaturrahim
dengan para undangan yang hadir, sekalgus menerima ucapan selamat atas
terlaksananya upacara Mappanretasi dari para undangan.
Selanjutnya
penyelenggaraan Mappanretasi tidak saja menyajikan acara ritual syukuran
Mappanrertasi, juga diadakan berbagai pegelaran atraksi budaya daerah
baik atraksi budaya bugis Pagatan maupun budaya etnis suku bangsa lain
yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu.
b. Kapan pertama kali Mappanrettasi
Tidak
ada catatan yang dapat dijadikan bukti sejarah tentang kapan pertama
kali acara Mappanretasi dilaksanakan. Namun yang pasti bahwa acara ini
dilakukan setiap tahun sekali oleh masyarakat nelayan Bugis Pagatan,
adapun waktu pelaksanaannya setiap bulan april dimana masa tertsebut
kegiatan nelayan dilaut sudah mulai berkurang atau dengan kata lain
musim ikan (Musim Barat Oktober-April) sudah berahir dan menunggu musim
ikan tahun depan.
Pada masa pemerintahan Lasuke (1920-1955) Kepala
Kampung Pejala penyelenggaraan Mappanretasi setiap tahun selalu memotong
kerbau untuk disuguhkan kepada siapapun orang yang berkunjung
menghadiri Mappanretasi. Rumah Lasuke dan rumah-rumah para ponggawa
terbuka untuk siapapun, demikian juga perahu-perahu nelayan dipenuhi
makanan yang akan disuguhkan bagi pengunjung yang berkenanan naik
menumpang diatas perahu mengikuti acara ritual Mappanretasi.
Pada
tahun 1960-1985 masa kejayaan masyarakat nelayan di Pagatan, setiap
penyelenggaraan Mappaneretasi juga digelar berbagai pertunjukan baik itu
perlombaan perahu nelayan maupun hiburan pada malam-malam menjelang
pelaksaan Mappanretasi. Selanjutnya acara sukses digelar sehingga
menarik perhatian pemerintah khususnya petugas pegawai perikanan yaitu
Bapak Sukmaraga kemudian Bapak Masguel untuk meningkatkan
penyelenggaraan Mappanretasi lebih terorganisasi. Oleh karena itu
Mappanretasi kemudian ditetapkan waktunya yaitu 6 April bertepatan
dengan hari Nelayan Nasional, kemudian penyelengaraan Mappanretasi
digelar berbagai acara sebelumnya hingga hari puncak, maka dari itu
kemudian penyelenggaraan Mappanretasi dikenal dengan nama Pesta Laut
Mappanretasi.
Acara Mappanretasi setiap tahun mendapat kunjungan
banyak wisatawan, sehingga pada tahun 1991 Mappanretasi ditetapkan
sebagai Event Wisata Visit Indonesia Year 1991 dan Visit Asean Year
1992. Atas dukungan Kakanwil Deparpostel Kalsel Bapak A. Khalik, sebab
beliau menilai Mappanretasi mempunyai daya tarik pengujung yang selalu
membeludak setiap kali penyelenggaraan sampai sekarang ini, masih tetap
dilestariakan bahkan selalu dikembangan dengan membumbuhi berbagai
atraksi baik budaya maupun kesenian tradisional dan modern.
c. Prosesi Mappanretasi.
1. Penetapan waktu Mappanretasi.
Sesepuh
Nelayan atau pemangku adat mengadakan pertemuan dengan melibatkan para
Ponggawa, Pua Sandro dan Pua Imang untuk bermusyawarah untuk bermufakat
mempersiapkan penyelenggaraan dan menetapkan waktu mappanretasi, acara
ini berlangsung dikediaman Pambakala Kampoeng sekarang rumah Kepala Desa
Wirittasi atau disekretarat Lembaga Adat Mappanretasi.
2. Pelaku Mappanretasi.
Dalam
penyelenggaraan Mappanretasi ada dua unsur kepanitian ada yang sifatnya
umum dan khusus. Panitia umum adalah menyiapkan penyelenggaraan
pegelaran atraksi budaya Mappanretasi, sedangkan panitia khusus seksi
Penata Adat mempersiapkan pelaksanaaan acara ritual syukuran
Mappanretasi. Adapun mereka yang mempunyai peranan pada acara syukuran
Mappanretasi, yaitu :
a. Pua Sandro, yang terdiri dari tiga orang
berpakaian kuning tugasnya adalah memimpin berlangsung acara ritual
Mappanretasi di laut.
b. Sesepuh Adat adalah para Kepala Desa di
empat desa pesisir Pantai Pagatan yaitu Gusungnge, Wirittasi, Juku Eja,
dan Pejala selaku pihak pelaksana Mappanretasi.
c. Penggowa, Juru
Mudi dan Jurubatu yang mempersiapan pasilitas baik biaya penyelenggaraan
maupun memandu sandro untuk sampai pada titik acara Mappenretasi
dilaut.
d. Ibu-ibu nelayan juga turut ambil bagian untuk mendampingi
Pua Sandro. Tugas mempersiapkan segala macam keperluan acara ritual
mappanretasi kemudian mengaturnya sedemikian rupa.
e. Sepasang pengantin adat Bugis.
f. Sejumlah penari mappakaraja.
g. Penata Adat sebagai pemandu acara.
3. Rangkaian acara Mappanretasi.
a.
Acara pemberangkatan Rombongan Sandro dari rumah Kepala Kampoeng menuju
panggung adat tempat berkumpulnya para undangan, diarak dengan
menggunakan perahu Pejala dipandu oleh Juru Mudi dan Juru Batu.
b.
Pua Sandro tiba didermaga panggung adat disambut oleh Sesepuh nelayan
para ponggwa kemudian segera naik kepanggung adat untuk mengambil
perlengakapan acara ritual Mappanretasi. Disini dilaksanakan acara
penyerahan olo sandro dari sesepuh adat kepada sandro.
c. Selanjutnya
Sandro segera turun kelaut membawa olo sandro diiringi Sesepuh Adat,
Ponggawa, Juru Mudi, Juru Batu, dan Para Undangan dengan menggunakan
perahu pejala melaju ketengah laut untuk melaksanakakan acara ritual
Mappanretasi.
d. Upacara inti Mappanretasi berlangsung dilaut
ditandai dengan pemotongan ayam hitam (Manu Tolasi) kemudian darahnya
ditaburkan didalam air laut sekitar perahu sandro berlabuh. Setelah
diadakan acara doa bersama menadai selesainya prosesi acara ritual
Mappanretasi.
4. Mereka Yang Mengembangkan Mappanretasi
a. Pembakala Suke Bin Laupe.
Lasuke
adalah Kepala Kampoeng Wirittasie Tahun 1920-1955. Sebagai Kepala
kampoeng bagi para nelayan di Pesisir Pantai Pagatan, konon dirumah
Lasuke dilaksanakan penyelenggaraan Mappanretasi setiap tahunnya
memotong kerbau untuk disuguhkan kepada para tamu yang hadir dalam acara
Mappanretasi. Bentuk penyelenggaraan Mappanretasi setelah melaksanakan
acara ritual dilaut kemudian naik dan berkumpul dirumah Kepala Kampong
Lasuke.
b. Pambakala Saing.
Setelah Lasuke wafat digantikan
oleh Lasaing 1955-1970, pada jaman Lasaing teknologi perikanan alat
tangkap ikan mulai berkembang seiring meningkatnya kesejahteraan nelayan
pada masa ini ada petugas perikanan yang mendampingi nelayan yaitu
Menteri Sukmaraga. Dengan adanya petugas perikanan ini Mappanretasi
dilaksanakan secara kepanitiaan dengan mengelar. Sehingga Mappanretasi
pada saat diberikan nama Pesta Laut sebab panitia disamping melaksanakan
acara ritual Mappanretasi juga mengadakan berbagai acara seperti
hiburan dan olah raga. Sekaligus juga memperingati hari nelayan yang
jatuh pada setiap tanggal, 6 April oleh karena itu acara puncak
Mappanretasi dilaksanakan setiap tanggal 6 april disesuaikan hari
nelayan nasional.
c. Kemudian mereka yang juga telah berjasa adalah :
Bapak
Sukmaraga petugas perikanan, yang pernah memberikan gagasan pelaksanaan
Mappanretasi disesuai dengan hari perikanan nasional pada setiap 6
April. Kemudian hari perikanan ini dirayakan berbagai kegiatan kesenian
sehingga kemudian dikenal dengan nama perayaan Pesta Laut mappanretasi.
Bapak Masguel petugas perikanan yang mengantikan Bapak Sukmaraga yang
telah memasuki masa pensiun. Penyelenggaraan Mappanretasi kemudian lebih
terorganisasi melelaui pembentukan kepenitiaan.
1. Takoh-tokon pada
permulaan penyelengaraan Mappanretasi dalam bentuk kepenitiaan tahun
1965- 1980 adalah : Pembakal Saing, Zainuddin S, H. Nakip, Nurdin BT,
Abdul Syukur, Masgoel, H. Mahdin, Pua Kidang, M. Santari, dll. Kemudian
tempat penyelenggaraan kegiatan pekan (Pasar Malam) berlangsung di
Komplek Juku Eja.
2. Sandro Rahim dan Sandro Ladeka beberapa dekade
terahir ini adalah orang yang dipercayakan oleh masyarakat nelayan
memimpin pelaksanaan acara ritual syukuran Mappanretasi.
3. Masry
Abdulganie, Mohammad Jabir, Fadly Zour, Ismail, BT, M. Ikrunsyah,
Musaid AN, Andi Amrullah, Hamsury, Abdul Azis Hasboel, Burhansyah,
Machmud Mashur, Faisal Batennie dan lain-lain yang berjasa memberikan
warna atraksi budaya setiap penyelenggaraan Mappanretasi. Salah satu
gagasan adalah adanya pekan Mappanretasi, diadakan berbagai pegelaran
budaya kesenian berbagai daerah untuk tampil mengisi pekan Mappanretasi.
Kemudian telah dibakukannya naskah Prosesi Mappanretasi sejak tahun
1991. (Nama tersebut diatas sebagian masih dapat memberikan keterangan
informasi Mappanretasi).
4. Abdul Gani Habbe, ulama yang telah
berperanan mengubah unsur-unsur mistik Mappanretasi, seperti pembacaan
mantera-mantera dalam bahasa bugis diganti dengan doa-doa yang diajarkan
dalam agama Islam.
5. Deparpostel Kalsel 1990-1995.
Sejak
ditetapkan Mappanretasi sebagai Even Wisata Nasional tahun 1991 dengan
dimasukan agenda Visit Asean Year, Mappanretasi dilaksanakan setiap
bulan april akan tetapi tanggalnya disesuaikan dengan pasang surut air
laut dibibir Pantai Pagatan, seperti sekarang mana kala air laut surut
pada pagi hari menjelang siang maka waktu ini sesuai untuk dilaksanakan
acara ritual Mappanrtetasi maksudnya agar orang dapat berkumpul dibibir
pantai.
Salah seorang yang serius mempromosikan Mappanretasi sampai
ke Mancanegara adalah A. Khalik (1991) mantan Kakanwil Deparpostel
Kalimantan Selatan. Sejak tahun 1991 Mappanretasi diselenggarakan dengan
baik dengan melibatkan unsur pemerintah baik Propinsi, Kabupaten,
maupun pihak sponsor dan masyarakat itu sendiri sebagai pelaku
Mappanretasi. Acara Mappanretasi dikemas dengan melakukan berbagai
pegelaran atraksi budaya sebelum acara inti Mappanretasi dilaksanakan.
C. SENI BUDAYA
1. Madede Anabiccu
2. Macurita
3. Mappatepuang.
4. Sitampu-tampu
5. Makkacapi
6. Masukkiri
7. Mappoca-poca
D. OLAHRAGA KETANGKASAN
1. Mappakkalaring Lopi
2. Ketangkasan Malogo
3. Magoli Lobangtellu
4. Mabenteh
5. Mappancang
6. Sirekko
7. Sapeda Pamangkih
8. Mappeda
9. Mappeleng
10. Membal Kitasie
11. Mamenca
(Bersambung)
Senin, 20 Januari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar