Potongan Buku Henokh atau sebagian sejarawan menyebutnya kitab Henokh yang ditemukan akhirnya sedikit demi sedikit bisa menjawab keberadaan benua yang hilang, peradaban Lemuria yang menjadi wilayah maju dan sombong hingga Tuhan harus menenggelamkannya kedalam Samudera Pasifik. ‘Fallen Angels and the Origins of Evil‘ karya Elizabeth Clare, setidaknya menjelaskan secara rinci tentang asal usul Benua Lemuria, Atlantis, dan Dunia Bawah dengan menerjemahkan Kitab Henokh dan Alkitab yang ada saat ini.
Ada juga sumber lain yang diperoleh dari seorang penulis Arab di abad pertengahan, Al Masoudi. Mungkin, artikel kali ini terdengar seperti sebuah ‘keyakinan’ tapi nantinya lebih mendekati ‘mitos’ yang terdengar seperti ‘kenyataan’.
Kitab Henokh, Kunci Misteri Peradaban AwalAhli Alkitab dan beberapa arkeolog menganggap kisah Henokh (Enoch) berada di Timur Tengah, ada kemungkinan Henokh (ataupun Idris) hidup di peradaban kuno Lemuria ataupun Atlantis.
Henokh adalah generasi ke-7 keturunan Adam, hidup di Taman Eden yang terletak di Lemuria (Mu) Samudera Pasifik (dan Nusantara ?). Benua Lemuria yang menghilang 250.000 tahun lalu akibat ledakan gas di bawah benua. Pada tahun 2004, beberapa studi ilmiah independen telah mengkonfirmasi ledakan ini. Salah satu ilmuwan benar-benar mengatakan ada ledakan saat ini. Yang lainnya mengatakan ada bencana lain yang didasarkan adanya penurunan oksigen dalam jumlah besar di planet bumi.
Henokh diperkirakan lebih dekat dengan generasi Nabi Nuh yang mungkin menempatkan dirinya di wilayah yang sama dengan Nuh. Secara umum diakui oleh para ilmuwan dan mereka yang akrab dengan sejarah esoterik bumi, bahwa banjir terjadi sekitar 12.000 tahun yang lalu. Banyak yang percaya bahtera itu mendarat di timur tengah, tapi bukan berarti bahwa Atlantis dekat dengan Mediterrenean.
Sebagian arkeolog menempatkan Atlantis dekat dengan Yunani tetapi tidak semua, mereka yang tidak dibatasi ortodoksi seperti John Anthony West, Robert Shoch, Graham Hancock, Robert Bauval, Michael Cremo dan ilmuwan lain yang mengetahui bahwa sejarah Mesir kuno dan legenda Atlantis sangat jauh berbeda.
Plato menulis bahwa benua Atlantis berada di luar Pilar Hercules, ilmuwan masih belum memberikan gambaran peradaban kuno yang mampu membangun piramida Mesir dengan batu dan saat ini manusia tidak sanggup membangunnya. Selama ini, Gereja Katolik menolak Plato dan mendukung Aristoteles karena Plato lebih bersifat mistis. Mistisisme menyiratkan bahwa individu memiliki kemampuan untuk memasuki arus Ilahiyah atau memiliki hubungan langsung dengan Tuhan. Hal ini tentu saja dianggap ‘laknat’ oleh Gereja Katolik yang takut tergerus kekuasaan dan otoritasnya.
Dalam penerjemahan secara Islami, naskah Aristoteles yang diterjemahkan Roger Bacon perlahan mulai terungkap. Tapi polemik dan perbedaan pendapat terjadi, Roger Bacon adalah seorang alkemis yang dianggap mistik dan hal itu lebih selaras dengan filosofis Plato.
Literatur esoteris dan metafisik selama lebih dari 120 tahun terakhir menyatakan bahwa Atlantis berada di tengah Samudra Atlantik. A Dweller on Two Planets (1, 2) karya Phylos, adalah buku yang menceritakan tentang Atlantis dan diterbitkan sekitar waktu yang sama.
Edgar Cayce tidak hanya menggambarkan Atlantis tapi juga mengatakan bukti akan ditemukan sekitar Bimini.
Tradisi esoterik lainnya seperti ‘The Bridge to Freedom and The Summit Lighthouse‘ telah memberikan gambaran yang dimulai dari tradisi-tradisi yang tersisa. Taylor Caldwell diusia 12 tahun menulis tentang legenda peradaban kuno di benua Atlantik dalam buku ‘The Romance of Atlantis’. Dalam bukunya menyatakan tentang kejatuhan dan penurunan moral serta spiritual. Pada puncaknya mengalami bencana banjir besar seperti yang diceritakah cucu Henokh (Nuh) dalam Alkitab.
KETURUNAN ADAM MENDIRIKAN PERADABAN LEMURIA
Berkembangnya manusia di Bumi melalui beberapa tahap yang akhirnya mendirikan peradaban kuno yang dibentuk anak-anak Adam. Keturunan Adam sebagian besar sejarahnya hampir tidak bisa ditelusuri. Bumi tenggelam hingga ke level paling rendah dan ketika itu kesadaran spiritual padam. Adam dan Hawa hidup di muka bumi dengan berbagai perkembangan yang kurang maju. Ketika Cain (Qabil) membunuh Habel (keturunan Adam yang saling membunuh), dia diusir untuk mencari istri dari keturunan lain, Cain pergi ke daratan Lemuria untuk menemukan pasangan.Adam dan Hawa bukan makhluk pertama di Bumi, mereka memiliki tetangga meskipun jauh. Misteri yang melahirkan keturunan Cain dan berkembang di Lemuria, keturunan yang kehilangan moral dan spritual hingga Tuhan memberikan bencana besar.Beberapa sejarawan memiliki anggapan berbeda dalam konsep penerjemahan Adam dan Hawa sebagai manusia yang pertama kali diciptakan Tuhan. Adam lebih berkaitan dengan Roh yang pertama kali diciptakan, kemudian mereka ditemani oleh banyak ‘pasangan’ yang juga hidup di planet bumi. Logikanya, ketika Cain diusir dari lingkaran Adam, bagaimana dia bisa mendapatkan pasangan? Yang menjadi pertanyaan, apakah fisik pasangannya sama seperti Hawa?
KITAB HENOKH MENCERITAKAN KEHANCURAN LEMURIA DAN ATLANTIS
Kitab Henokh memiliki banyak misteri yang bisa mengungkap keberadaan peradaban kuno Lemuria dan Atlantis. Berikut beberapa isi kitab Henokh yang diterjemahkan Elizabeth Clare.
Kitab Henokh berbicara tentang alam yang tidak jelas di mana sejarah dan mitologi saling tumpang tindih, serta huruf-huruf rahasia tak terduga tentang pengetahuan kuno. Ketika para malaikat surgawi dan pemimpin mereka bernama Samyaza mengembangkan nafsu tak terpuaskan atas ‘anak perempuan dari manusia’ di bumi dan keinginan tak tertahankan untuk melahirkan anak dengan wanita-wanita ini. Samyaza takut untuk turun sendiri, maka dia meyakinkan 200 malaikat yang disebut ‘Penjaga’ untuk menemaninya dalam misi kenikmatan. Kemudian para malaikat mengambil sumpah dan terikat diri melalui ‘kutukan bersama’. Para malaikat turun dan mengambil istri di antara anak perempuan manusia. Mereka mengajarkan sihir kepada wanita, mantra, dan ramalan versi rahasia surga.
Para wanita itu mengandung anak dari para malaikat, raksasa-raksasa jahat. Raksasa yang melahap semua makanan manusia di bumi, mereka membunuh dan memakan burung, reptil, dan ikan. Tidak ada yang sakral, tak lama kemudian Homo Sapiens menjadi hidangan mewah (7:1-15). Azazyel menciptakan perlengkapan tidak wajar untuk istrinya seperti riasan mata dan gelang mewah untuk meningkatkan daya tarik seks. Sedangkan untuk pria, Azazyel mengajarkan mereka ‘setiap jenis kejahatan’ termasuk sarana untuk membuat pedang, pisau, perisai, pakaian perang dan semua peralatan perang (8:1-9).
Ketika manusia di bumi berseru menentang kekejaman ditimpakan pada mereka, Surga mendengar permohonan manusia. Para malaikat perkasa Mikail, Jibril, Raphael (Israfil), Suryal, dan Uriel banding atas nama manusia di hadapan Yang Mahatinggi, Raja segala raja (9:1-14). Tuhan memerintahkan Raphael untuk mengikat tangan dan kaki Azazyel. Jibril dikirim untuk menghancurkan anak-anak hasil perzinahan, keturunan dari para Penjaga. Mikail kemudian mengikat Samyaza dan keturunannya yang jahat selama 70 generasi di dunia bawah (bumi), bahkan sampai hari penghakiman. Dan Tuhan mengirimkan Banjir Besar untuk melenyapkan raksasa jahat, anak-anak dari para Penjaga.
Disini dijelaskan bahwa peradaban Lemuria dan Atlantis yang diyakini pengikut NAZI dan segala bentuk organisasi Rosicrucian, mereka meyakini Taman Eden di benua yang hilang, meyakini dunia bawah (yang diceritakan sebagai tempat ‘pengurungan’ Samyaza), adalah bangsa yang menginginkan pemusnahan masal terhadap manusia sebagai pembalasan ‘nenek moyang’ mereka yang terbuang.Tapi penerjemahan naskah ini masih menjadi misteri, bagaimana mungkin kitab Henokh bisa menjelaskan tentang Banjir Besar, sementara bencana itu terjadi di masa Nabi Nuh? Dalam Alkitab, Henokh ataupun Idris diangkat ke langit dan mungkin saja Kitab Henokh ditulis kembali sesudah bencana banjir besar.
PERADABAN MAJU, ASAL USUL PEMBANGUNAN PIRAMIDA MESIR
Dalam narasi yang ditemukan, Henokh (Idris) melihat visi masa depan tentang zaman nabi Nuh. Seorang penulis Arab dari abad ke-10 AD bernama Al Masoudi menulis sebuah catatan sejarah berjudul ‘Fields of Gold-Mines Of Gems‘. Di dalamnya, Masoudi menceritakan kisah Raja Saurid Ibnu Salhouk, seorang penguasa Mesir yang hidup 300 tahun sebelum banjir.
Saat bumi itu sedikit lebih muda, Saurid Ibnu Salhouk, tidurnya terus-menerus terganggu oleh mimpi buruk yang mengerikan. Dia melihat bahwa ‘seluruh bumi diserahkan’ beserta penghuninya. Dia melihat pria dan wanita jatuh di atas mereka dan ‘bintang jatuh ke bawah dengan suara mengerikan’. Akibatnya ‘mengambil’ semua manusia yang hidup di masa itu. Setelah satu malam lebih mimpi itu terus berlanjut, ia memanggil para imam yang datang dari semua provinsi di Mesir kuno. Tidak kurang dari 130 imam berdiri di depannya, salah satu pemimpin mereka mempelajari dan mencoba menafsirkan mimpi itu.
Masing-masing imam berkonsultasi dengan mempelajari ketinggian bintang di angkasa. Mereka mengatakan kepada raja bahwa mimpi buruknya mengisyaratkan bahwa banjir besar akan menutupi bumi. Kemudian api besar akan datang dari arah konstelasi bintang Leo. Mereka meyakinkan bahwa setelah bencana ini ‘dunia akan kembali ke awal’.“Apakah akan datang ke negara kami” tanya raja, dan mereka menjawab dengan jujur. “Ya, dan itu akan menghancurkannya?”Setelah menerima nasib masa depan kerajaannya, Saurid memutuskan untuk membangun tiga piramida Mesir yang menakjubkan serta lemari besi yang sangat kuat. Semua itu harus diisi dengan ‘pengetahuan tentang ilmu rahasia’ termasuk semua ilmu astronomi, matematika dan geometri yang telah mereka pelajari. Semua pengetahuan ini akan tetap tersembunyi, dan suatu hari akan datang seseorang yang membuka tempat-tempat rahasia itu.
Tulisan Al Masoudi masih menjadi misteri, apakah Idris (Henokh) menjadi pemimpin para imam yang meramalkan kehancuran bumi? Etimologi menyebutkan bahwa Idris seorang yang pintar, penemu tulisan dan alat tulis, dan ahli astronomi (perbintangan). Dia juga pernah disebut sebagai Singa dari segala singa karena keberanian dan kegagahannya.
Masih banyak rahasia Buku Henokh yang belum terselesaikan, misteri-misteri peradaban kuno mungkin akan terjawab melalui naskah kuno dan alkitab yang ada saat ini. Di lain waktu, kita akan membahas masalah makhluk asing atau alien yang diyakini (juga disinggung dalam kitab Henokh) muncul di zaman nabi Idris, apakah Henokh berhasil dalam rekayasa genetik?
PIRAMID BERASAL DARI NUSANTARA?.
Sebelum saya meneruskan topik di atas saya ingin menyampaikan kekesalan saya terhadap beberapa pihak terutama Kerajaan, Universiti-Universiti tempatan, ahli-ahli sejarah dan yang penting ahli-ahli arkeologi di Malaysia.Apakah yang dilakukan oleh ahli-ahli arkeologi di Malaysia? Mengapa perkembangan kajian mereka begitu lembab berbanding dengan rakan se bidang mereka di negara- negara jiran?
Saya pernah bertanya soalan ini dengan Professor saya dahulu, beliau menjawab bahawa ini semua kerana kurangnya support dari kerajaan Malaysia. Sampai bila mereka hendak duduk menggali di tempat yang sama? Balik-balik lembah Bujang sahaja yang digali cari sedangkan banyak lagi tapak-tapak lain yang tidak kurang hebatnya ada di seluruh hutan belantara Negara ini.
Jika mereka masih berada di bawah tempurung dan sentiasa mengharapkan bantuan kerajaan dalam segala hal saya rasa rahsia-rahasia besar ketamadunan Melayu di semenanjung ini takkan terbongkar dalam masa 50 tahun lagi. Kemanakah semangat mereka? Selama ini tesis-tesis yang saya baca di rak-rak tesis di universiti juga amat mengecewakan. Kebanyakan tesis hanya membincangkan tentang manik-manik serta artifak-artifak porselin dan tidak adanya penemuan agung seperti di negara jiran. Apakah nasib bidang arkeologi di negara kita agaknya?
Alasan demi alasan mereka berikan. Tiada bujet, susah, tiada alat, memerlukan masa, tiada kepakaran dan sebagainya. Jika ini berterusan maka bidang arkeologi akan terkubur. Nak mujurlah ada penemuan penting di sungai batu sebelum ini , kalau tidak tak siapa didunia ini tahu bahawa Malaysia juga ada tapak arkeologi.
Berbalik kepada topik kita, sebenarnya sudah ada kajian yang dibuat oleh para arkeologis barat dan dari negara jiran sendiri yang menunjukkan bahawa budaya piramid sebenarnya berasal dari Nusantara. Lebih tepat lagi ianya dikaitkan dengan sebuah benua yang telah tenggelam iaitu Sundaland.
Sudah lama sebenarnya saintis-saintis barat mengeluarkan teori mereka mengenai Sundaland dan kebanyakan teori ini memang benar. Namun demikian sebahagian besar ahli-ahli arkeologi, geologi dan Sejarah aliran perdana masih meraguinya kerana menurut mereka ini semua pseudoscience dan arkeologi terlarang. Seperti yang kita tahu sebenarnya banyak penemuan arkelologis yang terpaksa dirahsiakan oleh kerajaan-kerajaan tertentu kerana ia bercanggah dengan teori-teori ilmuan perdana.
Namun yang benar tetap akan tersingkap walau bagaimana carapun kita menutupnya bak kata orang Melayu bangkai gajah kalau ditutup akan berbau juga.Di negara jiran kita Indonesia beberapa Ahli arkeologi dan geologi ternama mereka sedang giat untuk membuktikan bahawa sememangnya tanah Nusantara ini wujud sebuah ketamadunan purba yang tinggi teknologinya. Salah satu teknologi tamadun purba ini adalah pembinaan piramid.
Professor Robert Schoch dalam kajian beliau ada menyatakan bahawa sebenarnya ilmu pembinaan piramid bukanlah asli dari Mesir tetapi sebaliknya milik bangsa yang lebih tua yang berasal dari timur di sebuah benua yang telah tenggelam.
Menurut beliau lagi Sundaland yang tenggelam lebih kurang 70000 tahun yang lalu telah memperlihatkan penghijrahan satu kaum yang maju yang membawa ilmu pembinaan piramid ke serata dunia termasuklah Mesir.Kajian yang dibuat beliau bukan sahaja menyetuh tentang bukti-bukti arkeologi tetapi juga bukti linguistik, antropologi, DNA, dan geologi.
Oleh karena itu adalah sukar untuk menyangkal teori yang dibuat beliau tanpa pengetahuan dalam bidang-bidang tersebut. Tambah beliau lagi tamadun-tamadun utama dunia seperti Sumer, China, Bolivia, Peru dan lain-lain mendapat ilmu mereka dari orang-orang Sundaland yakni Nusantara. Menurutnya lagi manusia dari Sundaland ini mempunyai ilmu pelayaran yang hebat dan telah berlayar ke seluruh pelusuk dunia untuk menyebarkan tamadun mereka.
Adakah anda pernah menonton filem 10 000 b.c? jika belum sila tonton kerana dalam filem itu ada maksud tersembunyi. Jika kita teliti betul-betul dalam babak akhir filem tersebut setelah kesemua hamba-hamba itu memberontak para penguasa yang mengarah untuk membina piramid tersebut cuba melarikan diri dengan sebuah kapal besar yang disembunyikan di belakang Piramid. Filem ini dengan jelas cuba memberi clue kepada kita bahawa Pembina piramid datang dari wilayah asing yang jauh.
Mungkin maklumat ini terlalu asing bagi kalian semua namun sebenarnya kenyataan Prof Robert ini ada asasnya. Seperti yang telah saya katakana Ahli-ahli arkelologi Indonesia sedang giat mencari piramid-piramid di seluruh Nusantara dan hasilnya mereka berjaya menemui beberapa buah piramid dan step piramid yang berusia beribu-ribu tahun lebih tua dari piramid Mesir!
Salah satu tapak yang telah dikenal pasti oleh geologis dan arkelologis Indonesia ialah di gunung Lalakon, Bandung. Menurut mereka setelah mereka mengadakan unjian batuan secara saintifik mereka mendapati dibawah permukaan Gunung lalakon terdapat bentuk batu-batuan yang seakan-akan dibina manusia dan bukan terbentuk secara semulajadi. Jika ini benar bermakna Gunung Lalakon adalah salah satu piramid yang terbesar dan tertinggi di dunia. Pasukan yang digelar Turangga Seta ini mengklaim masih ada ratusan piramid lain yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka mengatakan bahwa piramid-piramid itu tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Secara geomorfologis, bentuk Gunung Lalakon di Bandung mahupun Gunung Sadahurip di Garut memang memiliki bentuk yang mirip dengan piramid. Mereka memiliki empat sisi yang ternyata simetri.
BENTUK GUNUNG LALAKON ADALAH TIDAK UBAH SEPERTI PIRAMID. MAMPUKAH ALAM SEMULAJADI MEMBENTUK PIRAMID SEBEGINI?
Adakah penemuan ini sama seperti penemuan di Bosnia. Saya juga mendapat maklumat bahawa penggalian di Bosnia telah dihentikan kerana kurang bukti ditemui dan dihalang oleh lembaga Arkeologi yang berpengaruh di dunia. Mengapa mereka betul-betul takut jika piramid ditemui di Bosnia atau di Indoneisa agaknya?
PUNDEN BERUNDAK DI JAWA BARAT YANG BERBENTUK PIRAMID
Selain daripada Gunung-gunung yang disebutkan diatas sebenarnya ada banyak lagi tapak lain terutama tapak megalitik di Indonesia yang mempunyai binaan berupa piramid dan step piramid. Antaranya ialah Candi Sukuh yang amat terkenal itu. Jika kita lihat betul-betul Candi ini tidak ubah seperti piramid kaum Maya dan Aztec di Amerika tengah! Selain Candi Sukuh satu lagi candi yang hampir serupa ialah Candi Cheto. Semua ini terletak di Pulau Jawa.
Sebenarnya jika kita membuat kajian lebih mendalam ciri-ciri pembinaan candi-candi di Nusantara adalah amat unik. Hal ini kerana ianya berasaskan kepada binaan step piramid. Contoh yang paling nyata ialah candi Borobudur sendiri. Selain Borobudur candi-candi lain seperti Candi pasemah di Sumatera selatan dan Candi Prambanan terutama di bahagian atasnya yang melambangkan Gunung Mahameru juga mempunyai asas step piramid. Jadi pada pendapat saya adalah logik sekiranya kita katakan bahawa pembinaan piramid adalah tidak asing sebenarnya di Nusantara.
CANDI SUKUH SALAH SATU CANDI UNIK YANG BERBENTUK PIRAMIDCANDI CHETO JUGA BERBENTUK SEPERTI PIRAMID AMERIKA TENGAHPUNDEN BERUNDAK, SALAH SATU TAPAK MRGALITIK BERBENTUK STEP PIRAMIDCANDI BORUBUDUR JUGA DIBINA DENGAN ASAS PIRAMID
Masjid kampung laut.
Masjid Minang.
Rumah kaum Melayu Merina di Madagaskar juga mengekalkan bentuk 3 segi dan piramid.
Para pengkalji dari UKM sendiri pernah membuat kesimpulan bahawa di sekitar Tasik Chini ada bukit-bukit yang berbentuk seperti piramid yang mempunyai empat bucu yang lurus. Tambahan lagi jika kita lihat senibina rumah-rumah Melayu di seluruh nusantara maka akan kita lihat tidak hilangnya tradisi piramid dalam masyarakat kita. Apakah yang saya maksudkan? yang saya maksudkan adalah senibina bumbungnya yang berbentuk piramid dan antara contohnya ialah Masjid kampung laut. Apakah semua ini? adakah benar piramid berasal dari Nusantara? Adakah benar Sundaland adalah Atlantis yang dicari-cari selama ini? Saya tinggalkan persoalan ini untuk anda semua fikirkan. Wallah hu a’lam.
This entry was posted in Peninggalan Sejarah on 18 October 2012.KEARIFAN BUDAYA LOKAL YANG TERCERMIN DALAM SITUS Situs Astana Gede KawaliLeave a reply
Abstrak
Kawali adalah sebuah kota kecamatan yang berada di kabupaten Ciamis propinsi Jawa Barat-Indonesia. Kawali merupakan aset yang sangat berharga bagi kabupaten Ciamis. Dari kota kecil ini kita akan banyak menemukan peninggalan-peninggalan sejarah yang sangat penting. Karena peninggalan-peninggalan tersebut menyangkut sejarah peninggalan akar budaya Sunda, baik berupa makam-makam petinggi Kerajaan Sunda sebelum Kawali jadi pusat ibukota kerajaan (yang berada di Winduraja Kawali) maupun peninggalan-peninggalan raja-raja yang pernah bertahta di Kawali yang berada di Astana Gede Kawali.Kawali tidak akan menjadi tempat penting dalam sejarah sunda jika di tempat ini tidak terdapat peninggalan sejarah yang sudah diakui keabsahannya. Baik sumber primer seperti prasasti dari abad 14 M yang terdapat di Astana Gede, maupun sumber sekunder lainnya berupa catatan atau naskah yang ditulis dengan cara ditoreh atau digores dalam daun lontar atau nipah dengan menggunakan peso pengot. Kegiatan menulis dengan menggunakan daun lontar dan pisau pengot rupanya sudah menjadi budaya pada waktu untuk melahirkan karya-karya sastra sunda buhun.
Kata Kunci: Sejarah, Pengembangan, Pelestarian, dan Nilai Budaya
Sejarah Kerajaan Kawali
Kerajaan Kawali tidak diketahui secara pasti pada zaman pemerintahan siapakah pusat Kerajaan Sunda mulai berada di Kawali. Akan tetapi, berdasarkan prasasti-prasasti yang terdapat di Astanagede (Kawali), dapat diketahui bahwa setidaknya pada masa pemerintahan Rahyang Niskala Wastu Kancana, pusat kerajaan sudah berada di sana. Istananya bernama Surawisesa.
Disebutkan dalam prasasti-prasasti tersebut bahwa baginda raja telah membuat selokan di sekeliling kerajaan dan desa-desa untuk rakyatnya.Astana Gede Kawali dijadikan sebagai pusat pemerintahan yaitu pada masa pemerintahan: Prabu Ajiguna Linggawisesa, Prabu Ragamulya, Prabu Linggabuana, Rahyang Niskala Wastukancana dan Dewa Niskala.
Pada masa pemerintahan Prabu Linggabuana terjadi peristiwa berdarah. Peristiwa berdarah tersebut merupakan sejarah pahit bagi Kerajaan Sunda, dimana telah terjadi penghianatan yang dilakukan oleh Mahapatih Gajahmada Dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan Sunda merupakan satu-satunya kerajaan di Nusantara yang tidak bisa ditundukan oleh Kerajaan Majapahit, sehingga sumpah dari Mahapatih Gajahmada yang disebut Sumpah Palapa belum bisa diwujudkan. Niat Raja Majapahit yang pada waktu itu rajanya Prabu Hayam Wuruk untuk mempersunting Putri dari Kerajaan Sunda (Dyah Pitaloka / Citraresmi / Candra Kirana) dijadikan sebagai alat untuk mewujudkan agar sumpahnya bisa tercapai.
Suatu waktu rombongan dari Kerajaan Sunda yang dipimpin langsung oleh Prabu Linggabuana untuk menikahkan putrinya dengan Prabu Hayam Wuruk sampai di lokasi Bubat. Rombongan diminta oleh Patih Gajahmada untuk menyerahkan Putri Kerajaan Sunda sebagai upeti kepada Kerajaan Majapahit sebagai tanda bahwa Kerajaan Sunda telah takluk kepada Kerajaan Majapahit. Prabu Linggabuana tidak bisa menerima perlakuan itu, akibatnya terjadilah perang di Bubat itu.
Rombongan dari Kerajaan Sunda gugur dimedan Bubat, termasuk Putri Kerajaan Sunda yang memilih untuk mati daripada dijadikan sebagai upeti bukan permaisuri.Dengan adanya peristiwa itu maka pemerintahan di Kerajaan Sunda Kawali sementara waktu dipegang oleh Prabu Bunisora adik dari Prabu Linggabuana. Setelah putra mahkota Rahyang Niskala Wastukancana dewasa dan dinobatkan menjadi Raja Kawali pemerintahan dipegang oleh beliau.
Selanjutnya dilanjutkan oleh putranya Prabu Dewa Niskala. Penerus dari Prabu Dewa Niskala yaitu Jayadewata memindahkan pemerintahan dari Kawali ke Pakuan Pajajaran.Niskala Wastu Kencana memiliki dua orang putra dari istri yang berbeda. Keduanya mewarisi tahta yang sederajat, yakni Sunda di Galuh dan Sunda di Pakuan. Setelah Wastu Kancana wafat pada tahun 1475, kerajaan Sunda dipecah, Sunda Galuh yang berpusat di Keraton Surawisesa diperintah oleh Ningrat Kencana dengan gelar Prabu Dewa Niskala sedangkan Sunda Pakuan yang berpusat di Keraton Sri Bima diperintah oleh Sang Haliwungan dengan gelar Prabu Susuktunggal (Pakuan).Kisah penyatuan kerajaan Sunda warisan Wastu Kancana tidak terlepas dari adanya peristiwa di Galuh. Pada masa tersebut, tahta Sunda di Kawali sudah diwariskan kepada Dewa Niskala, dan ia di anggap ngarumpak larangan yang berlaku di keraton Galuh. Mungkin pada waktu dikatagorikan dengan pelanggaran moral.
Masalah moralitas di wilayah Galuh sangat mewarnai perubahan jalannya sejarah Sunda, ditenggarai dari kisah Smarakarya Mandiminyak (Amara) dengan Pwah Rababu, istri Sempakwaja yang membuahkan perebutan tahta Galuh. Kisah selanjutnya adalah Kisah Dewi Pangrenyep. Di dalam versi cerita tradisional, seperi pantun dan babad, kisah ini diabadikan di dalam lalakon Ciung Wanara. Demkian pula didalam kisah Dewa Niskala yang dianggap ngarumpak tabu keraton dengan cara menikahi putri hulanjar dan sekaligus istri larangan.
Dari masing-masing kisah tersebut sebenarnya dapat disimpulkan, bahwa keraton Galuh memiliki tradisi yang sangat menghormati moralitas, pada masa itu diatur dalam suatu bentuk etika hidup dan kenegaraan, yang disebut Purbatisti – Purbajati, bahkan memiliki sanksi yang tegas, dikucilkan dari lingkungan atau diturunkan dari tahtanya.
Keyakinan dan ketaatan Keraton Galuh demikian menjadikan suatu hal yang lumrah ketika nyusud kagirangna, karena Cikal Bakal Galuh adalah Kendan yang didirikan oleh Resi Manikmaya, resi sekaligus penguasa. Pada periode berikutnya para keturunan Galuh menciptakan keseimbangan dengan membentuk negara Galunggung sebagai negara agama (kabataraan) yang memiliki kekuatan untuk mengontrol perilaku penguasa Galuh. Ketaatan Galuh terhadap Galunggung nampak pula ketika masa Demunawan menginisiasi Perjanjian Galuh, sehingga pada periode berikutnya sangat wajar, ketika Dewa Niskala dipaksa untuk mengundurkan diri karena dianggap ngarumpak larangan.
Peristiwa Dewa Niskala didalam sejarah resmi sangat terkait pula dengan eksodusnya keluarga Keraton Majapahit ke Kawali, pasca huru hara di Majapahit yang menjatuhkan Brawijaya V. Pada masa tersebut Majapahit mendapat serangan beruntun dari Demak dan Girindrawardana. Keluarga keraton Majapahit mengungsi ke Pasuruan, Blambangan dan Supit Udang, namun tak kurang pula yang mengungsi ke Kawali disebelah barat Majapahit.
Kisah pelarian keluarga keraton Majapahit yang menuju wilayah Galuh tiba di Kawali. Mereka dipimpin oleh Raden Baribin, saudara seayah Prabu Kretabhumi. Mereka disambut dengan senang hati oleh Dewa Niskala. Raden Baribin kemudian di jodohkan dengan Ratu Ayu Kirana, putri Prabu Dewa Niskala. Putri ini adiknya Banyakcatra atau Kamandaka, bupati Galuh di Pasir Luhur dan Banyakngampar bupati Galuh di Dayeuh Luhur.
Sayangnya Dewa Niskala dianggap ‘ngarumpak larangan’ karena menikahi seorang rara hulanjar dan istri larangan (wanita terlarang) dari salah satu rombongan para pengungsi. Rara hulanjar sebutan untuk wanita yang telah bertunangan. Masalah hulanjar sama halnya dengan aturan di Majapahit, yakni perempuan yang masih bertunangan dan telah menerima Panglarang, tidak boleh diperistri kecuali tunangannya telah meninggal dunia atau membatalkan pertunangannya.
Wanita terlarang (Istri larangan) di dalam tradisi Sunda pada masa itu ada tiga macam. Hal ini sebagaimana rujukan dari Carita Parahyangan dan Siksa Kandang Karesian, yaitu : (1) gadis atau wanita yang telah dilamar dan lamarannya diterima, gadis atau wanita terlarang bagi pria lain untuk meminang dan mengganggu, (2) Wanita yang berasal dari Tanah Jawa, terlarang dikawin oleh pria Sunda dan larangan tersebut dilatar belakangi peristiwa Bubat, dan (3) ibu tiri yang tidak boleh dinikahi oleh pria yang ayahnya pernah menikahi wanita tersebut.
Sejatinya suatu larangan akan ditaati jika mengandung sanksi, karena suatu larangan tanpa sanksi hanya bersifat himbauan maka tidak memiliki alat pemaksa. Demikian pula di dalam hukum adat, seseorang akan dikenakan sanksi jika ia melanggar keseimbangan adat, dalam hal ini ada ketentuan adat yang dilanggar Dewa Niskala, yakni Purbatisti Prbajati (tradisi) keraton Galuh yang selalu diamanatkan oleh Wastu Kencana dan leluhur sebelumnya.
KEBERADAAN SITUS ASTANA GEDE DAN PENINGGALANNYA
Astana Gede Kawali merupakan pusat pemerintahan kerajaan Sunda-Galuh.Raja-raja yang pernah bertahta di tempat ini adalah Prabu Ajiguna Linggawisesa,yang dikenal dengan sebutan sang lumah ing kiding,kemudian Prabu Ragamulya atau Aki Kolot,setelah itu Prabu Linggabuwana yang gugur pada peristiwa bubat,Rahyang Niskala Wastukancana yang meninggalkan beberapa prasasti di Astana Gede, dan Dewa Niskala anak dari Rahyang Wastukancana.
Secara administrasi Situs Astana Gede berada di Kampung Indrayasa, Desa Kawali, Kecamatan kawali, Kabupaten Ciamis. Situs ini berada di kaki Gunung Sawal bagian timur. Tanah situs ini berstatus tanah desa. Jarak dari ibukota Ciamis kurang lebih 21 km ke arah utara menuju Cirebon. Sedangkan untuk mencapai lokasi Situs Astana Gede Kawali dari ibukota Kecamatan Kawali dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat kurang lebih 1,5 km ke arah barat dengan kondisi jalan yang telah diaspal dan baik.
Situs Astana Gede berada pada ketinggian kurang lebih 365 meter dari permukaan air laut dengan luas kurang lebih 5 Ha. Sebelah barat Situs tersebut terdapat sumber mata air Cikawali yang tidak pernah kering walau musim kemarau. Batas situs ini yaitu, sebelah utara Sungai Cikadondong, sebelah timur parit kecil dari Sungan Ciguntur, sebelah selatan Sungai Cibulan, dan sebelah barat Sungai Cigarunggung. Lingkungan situs ini berupa hutan lindung yang ditumbuhi oleh berbagai vegetasi cukup rapatsehingga kelembaban situs cukup tinggi dengan suhu kurang lebih 22 derajat celcius. Kondisi lingkungan tersebut akan berakibat pada pelestarian objek warisan budaya bangsa yang mempunyai nilai historis-arkeologis.
Situs ini diduga kuat pada awalnya merupakan Situs Prasejarah dari kronologi megalitik. Indikasi yang dapat dilihat adalah berupa tinggalan, Punden Berundak dengan teras-terasnya dan menhir (batu tegak). Tetapi selanjutnya area situs digunakan pada masa Klasik (Hindu-Budha) dengan indikasi temuan prasasti sejumlah enam buah.
Punden Berundak diduga memiliki tiga teras dengan susunan batu, antar teras tidak begitu tampak jelas karena terdapat susunan batu sudah banyak yang hilang terutama pada teras bawah. Teras Utama merupakan teras teratas dengan ukuran 15meter x 13,5 meter dan tinggi teras 50-70 cm. Teras 1 ini berpagar bambu yang dianyam, dibagian tengahnya terdapat makam yang dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai makam Kiai Adipati Singacala seorang tokoh penyebar Agama Islam pertama di daerah Kawali. Sekelilingnya makam menggunakan jirat dengan susunan batu empat persegi panjang, membujur utara-selatan. Melihat dari bentuk nisan dapat diduga bahwa makam ini kemungkinan baru, tidak sejaman dengan tinggalan punden berundak ataupun prasasti. Sedangkan susunan batu yang membatasi makam tersebut dengan menyusun susunan batu yang ada di bangunan punden tersebut.
Teras 2 memiliki ketinggian 20-40 cm, berpagar besi. Pada teras ini terdapat sejumlah peninggalan yang diberi cungkup sebagai pelindung, dengan pagar dari kayu. Teras berbentuk empat persegi dengan ukuran panjang sisi utara 27,6 meter; sisi barat 25,65 meter; sisi selatan 27,6 meter; dan sisi timur 26,15 meter. Adapun jenis peninggalan yang di Teras 2 ini, terdiri dari pelinggih (batu datar), menhir, Prasasti 1 (1a dan 1b), Prasasti 2, Prasasti 5 dan Prasasti 6.
Teras 3 memiliki selisih ketinggian dengan Teras 2 kurang lebih 20-30 cm dan yang masih tampak sisa-sisa susunan terasnya yaitu pada sisi baratlaut. Di Teras 2 inilah Prasasti 3 dan Prasasti 4 ada.
Sumber