IDA BHATARA MAHARAJA SAKTI/ KYAI ANGLURAN PEMECUTAN III/COKORDA PEMECUTAN III( 1718 - )
Kerajaan Badung yaitu Puri Agung Pemecutan mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan Kiyai Arya Ngurah Pemecutan, Beliau menggantikan kedudukan Anglurah Pemecutan II sebagai Raja di Kerajaan Badung, abiseka ratu tahun tahun 1718 Masehi bergelar Ida Bhatara Maharaja Sakti. dengan pusat pemerintahan di Puri Agung Pemecutan yang berlokasi di Barat Puri Agung Pemecutan yang sekarang.Ida Bhatara Maharaja Sakti merupakan cikal bakal seluruh keturunan Arya di Badung Pemecutan dan juga merupakan tokoh pemersatu para warih perti sentana dan para pendukung rakyatnya dalam lingkup prasanak -prasanak Pura Tambangan Badung atau dalam Eka Bhandana Pemecutan para Warga Ageng Pemecutan
Uraian Kontrolir Belanda pertama di Bali tahun 1855 disebutkan bahwa Raja yang pertama kali mendirikan Kerajaan Puri Agung Pemecutan secara utuh bernama I Gusti Ngurah Sakti Pemecutan. hal tersebut diperkuat dan dipertegas oleh Prof Dr. Litt, Dr. Gusti Putu Phalgunadi dalam bukunya yang berjudul "Evolution Of Hindu Cunture In Bali yang menyebutkan bahwa Maharaja Bhatara Sakti Pemecutan adalah Wangshakarta (pendiri) Dynasti Pemecutan. Gelar sakti yang diperolehnya karena beliau mempunyai pusaka yang amat bertuah yaitu keris Pusaka Singa Praga yang sangat dimuliakan oleh seluruh keturunan bangsawan dari Puri Pemecutan, disamping sangat teliti dengan catur Kanda (Nyama lahir Beliau bernama I Brego)
Pada suatu hari perwakilan kompeni yang bernama Mr Lange berkunjung ke Puri Agung Pemecutan. Dalam kunjungannya Mr Lange membawa 6 butir telur dan bermaksud menguji sampai dimana kesaktian Ida Bhatara Maharaja Sakti. Mereka memperlihatkan kepinterannya menyusun telur tersebut satu persatu sehingga tersusunlah 6 butir telur keatas.
Ida Bhatara Maharaja Sakti tiada heran melihatnya malahan beliau memanggil pengawal istana untuk mengambil 6 butir telur lagi dan menyusunnya diatas 6 telur tadi sehingga 12 telur akhirnya tersusun keatas. Mr Lange teramat kagum atas kesaktian Ida Bhatara Maharaja Sakti dan menyerah kalah dalam permainan tersebut.
MENDAPAT SEBUTAN IDA BHATARA SAKTI
Apa sebab beliau disebut Bhatara Sakti
ternyata ada sejarahnya. Sebelum beliau kabiseka Ratu beliau bernama
Kiyai Arya Ngurah Pemecutan. Kerajaan Badung pada waktu itu sudah
terbagi 2 yaitu
- Wilayah sebelah Barat sungai - Kiyai Arya Ngurah Pemecutan
- Wilayah sebelah Timur sungai - Kiyai Jambe Haeng.
Sungai yang menjadi patokan pembagian
wilayah ini yaitu sungai Badung. Kedua kerajaan ini hidup rukun dan
saling membantu bila ada musuh dari luar karena pada dasarnya kedua
kerajaan ini masih memiliki hubungan kekeluargaan. Diceritakan kerajaan Buleleng dibawah kekuasaan Ki Panji Sakti memiliki angkatan perang yang sangat kuat yaitu Taruna Gowak. Dengan angkatan perang yang demikian besar kerajaan Buleleng dapat menaklukkan Kerajaan Blambangan dan Jembrana.
Selanjutnya yang menjadi incaran yaitu kerajaan Badung. Pada suatu hari datanglah surat ancaman yang ditujukan kepada Kiyai Jambe Haeng dari Puri Satriya, agar Raja Badung tunduk kepada kekuasaan Ki Panji Sakti, karena bila acaman tersebut tidak dipenuhi maka Kerajaan Badung akan digempur habis habisan.
Mendapat ancaman tersebut Kiyai Jambe Haeng / Kyahi Jambe Satria (Raja Puri Satria) kemudian mengadakan perundingan dengan Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III untuk membahas permasalahan tersebut. Melalui rapat tersebut akhirnya diputuskan bahwa Kerjaan Badung akan dipertahankan mati matian sampai titik darah penghabisan.
Namun untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak maka Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III akan menantang Ki Panji Sakti untuk berperang tanding satu lawan satu dengan taruhan yang kalah akan kehilangan kerajaannya. Ki Panji Sakti menyetujui tantangan tersebut dan diputuskan perang tanding akan diadakan di suatu daerah di Kesiman.
Pada hari yang telah ditentukan Ki Panji sudah siap ditempat untuk menyambut kedatangan Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III. Ki Panji Sakti datang dengan busana perang lengkap dengan keris di pinggangnya, sedangkan Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III juga memakai busana perang namun dipinggangnya tidak terselip sebuah keris, namun sebuah pecut yang biasa dipakai pengembala sapi.
Ki Panji Sakti sangat heran melihat hal tersebut karena bagaimana mungkin Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III menantang perang tanding namun tidak membawa senjata, Menurut beliau itu hanya akan menyerahkan diri namanya. Kedua Kesatria tersebut sudah mengambil tempatnya dan perang tanding akan segera dimulai. Ki Panji Sakti berinisiatip untuk memulai serangan dengan kerisnya yang mengeluarkan sinar gemerlapan yang dapat menyilaukan mata yang memandangnya.
Ki Panji Sakti dapat menusukkan keris tersebut tepat didada Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III, namun keris tersebut tidak mampu menembus dada tersebut sampai berulang kali sehingga Ki Panji Sakti menjadi kepayahan dibuatnya.Tiba giliran Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III untuk melakukan serangan dengan memutar mutar pecut saktinya diatas kepala Ki Panji Sakti.
Tiba tiba datanglah angin topan yang sangat dahsyat yang menghempaskan seluruh busana yang melekat di tubuh Ki Panji Sakti. Dengan keadaan yang sangat menyedihkan Ki Panji sakti akhirya menyerah dan serangan dari Kerajaan Buleleng dapat dipatahkan oleh Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III.
Dengan Kemenangan tersebut mulai saat tersebut Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III mengganti namanya menjadi Kiyai Arya Ngurah sakti atau Ida Bhatara Maharaja Sakti, Demikianlah asal usul nama Bhatara Maharaja Sakti. Dengan kemenangan Kerajaan Badung tersebut menjadikan kerajaan Mengwi lebih bersikap hati hati. Untuk menjaga perdamaian antara Kerajaan Pemecutan dengan Kerajaan Mengwi diadakanlah perkawinan antara Ida Bhatara Maharaja Sakti dengan Ni Gusti Ayu Bongan putri dari Kerajaan Mengwi.
BERDIRINYA PURI KEDATON KESIMAN
Pada Zaman Pemerintahan Dalem Sri Kresna Kepakisan tahun 1350 dari Kerajaan Gelgel maka salah satu patih beliau yang bernama Kirarya Wang Bang Pinatih Mantra atau Arya Demung Wang bang Pinatih mendirikan Puri kertalangu yang berlokasi sekarang di Kantor Bappeda – Balitex. Kertalangu mengandung arti sempurna dan indah.
Pada lokasi yang sama juga dibangun sebuah pura disebelah selatan puri yang sekarang menjadi pura Dalem Kesiman yang terletak di sebelah barat Tukad Ayung. Asal usul Kesiman berawal dari ajaran mendesa dimana Kesiman berasal dari kata Sima yang artinya adat-istiadat. Wilayah yang menjadi kekuasaan Puri Kertalangu adalah Batan Buah, Kedaton sebelah timur, Kebon Kuri dan wilayah sekitarnya termasuk Kehen.
Runtuhnya Puri Kertangu berawal dari perselisihan antara Raja Kertalangu I Gusti Ngurah Agung Pinatih dengan metuanya I Dukuh Pahang. Dalam perselisihannya Raja Kertalangfu tidak percaya bahwa I Dukuh Pahang apabila nantinya meninggal tidak dengan jalan moksah sehingga Raja Kertalangu mengatakan kalau itu benar terjadi maka beliau tidak akan menjadi Raja lagi di Puri kertalangu.
Karena ucapannya tersebut I Dukuh Pahang merasa tersinggung dan mengeluarkan kata kata “ Dumadak I Ratu Kakawonang antuk semut, agelis Ratu Kesah saking panegara Badung, kerebut dening semut ( Semoga raja diserang oleh semut dan segera meninggalkan wilayah Badung ). Semenjak saat itu Puri Kertalangu mengalami kemunduran dan terbukti Puri Kertalangu diserang oleh beribu ribu semut sehingga menyebabkan Raja Kertalangu I Gusti Ngurah Agung Pinatih dengan diiringi oleh rakyatnya yang masih setia meninggalkan Puri Kertangu menuju kearah selatan menuju pantai dan berakhir di desa Tulikup dan Desa Sulang.
Adanya kekosongan kepemimpinan di wilayah Kertangu menyebabkan suasana menjadi kacau balau dan ketidak hadiran seorang pemimpin sangat dirasakan pada saat upacara keagamaan dimana banyak pelinggih pelingih yang rusak karena tidak ada lagi yang bertanggung jawab untuk hal tersebut. Kehancuran Puri kertalangu diperkirakan terjadi pada tahun saka 1527 atau tahun 1604 Masehi.
Melihat kedaan yang demikian maka Raja Badung Ida Bhatara Sakti kemudian memerintahkan salah satu Putra beliau yang bernama Kiyayi Agung Pemayun adik seibu dari Kiyayi Anglurah Pemecutan IV untuk membangun puri di wilayah Kesiman untuk meredakan kekacauan tersebut.
Kiyayi Anglurah Pemayun kemudian mendirikan Puri di Kesiman bertempat disebelah barat Pura Pengerebongan yang disebut Puri Kedaton kesiman. Puri menghadap kesebelah Barat di jalan menuju bukit Buwung dan beliau juga membangun tempat suci untuk persembahyangan di aeral puri di bagian utara-tumur (Kaja Kangin).
Dalam Babad Kiyayi Agung Lanang Dawan disebutkan bahwa Ida Bhatara Sakti pemecutan menugaskan Kiyayi Agung Pemayun untuk mengamankan Desa Petilan Pengerebongan Kesiman karena desa tersebut baru saja dikalahkan oleh Raja Badung karena itu untuk membangun pertahanan di bagian timur sangat penting keberadaanya untuk mengantisipasi serangan dari wilayah Batubulan. Puri kesiman didirikan tahun saka 1539 atau tahun 1617 kurang lebih sekitar 12 tahun sejak terjadinya kekosongan di wilayah kertalangu karena runruhnya Puri kertalangu.
Kiyayi Anglurah Pemayun setelah menempati Puri Kesiman mengambil istri dari warga Pande di Wangaya Kaja dan melahirkan keturunan Anak Agung Lanang Wangaya / A.A Lanang Wayahan Pemayun. Kemudian beliau juga m3ngambil istri kedua dari Puri Gelogor menurunkan 2 orang putra yaitu A.A. Pemayun Putra dan A.A. Ngurah Made dan dari itri ke 3 beliau mempunyai seorang putra yang bernama A.A. Ketut Pagan.
Setelah putra beliau berempat dewasa maka dibuatkan tempat tinggal masing masing Anak Agung Ngurah Pemayun dan adiknya Anak Agung Ngurah Made mewarisi Puri Kedaton KesimanAnak Agung Lanang Wangaya/ A.A.
Lanang Wayahan Pemayun dibuatkan puri disebelah barat sungai yang
bernama Puri Abiantubuh Kesiman
Anak Agung. Ketut Pagan dibuatkan
puri disebelah utara Puri Kedaton Kesiman yang bernama Puri Kajanan
Batan Buah.
PENYERANGAN KE JEMBRANA
Namun demikian walaupun sudah terjalin suatu ikatan perkawinan jajahan Kerajaan Mengwi di Jembrana tidak luput dari gempuran laskar Badung. I Gusti Ngurah Jembrana dapat dikalahkan oleh lascar Badung tahun 1800 M. Para keluarga Ki Gusti Ngurah Jembrana diturunkan kastanya menjadi rakyat biasa dan ada juga yang dibawa ke Badung dan diberikan tempat di tegal linggah Pemedilan.
Setelah mengabdi kepada Pemecutan banyak sekali jasa jasa yang mereka perbuat maka Ida Bhatara Maharaja Sakti memberikan penghargaan dengan gelar Meranggi/ Jembrana. Demikian pula daerah Buduk dan Seseh tidak luput dari gempuran lascar Pemecutan.
CIKAL BAKAL WARGA AGENG PEMECUTAN
Kyai Anglurah Pemecutan III mempunyai istri lebih kurang 500 orang sehingga keturunan beliau empat tingkat ke bawah mencapai 800 orang. Dengan jumlah keluarga yang demikian banyak maka beliaulah yang menjadi cikal bakal Warga Ageng Pemecutan sehingga Kerajaan Pemecutan menjadi semakin kuat.
Selanjutnya yang menjadi incaran yaitu kerajaan Badung. Pada suatu hari datanglah surat ancaman yang ditujukan kepada Kiyai Jambe Haeng dari Puri Satriya, agar Raja Badung tunduk kepada kekuasaan Ki Panji Sakti, karena bila acaman tersebut tidak dipenuhi maka Kerajaan Badung akan digempur habis habisan.
Mendapat ancaman tersebut Kiyai Jambe Haeng / Kyahi Jambe Satria (Raja Puri Satria) kemudian mengadakan perundingan dengan Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III untuk membahas permasalahan tersebut. Melalui rapat tersebut akhirnya diputuskan bahwa Kerjaan Badung akan dipertahankan mati matian sampai titik darah penghabisan.
Namun untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak maka Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III akan menantang Ki Panji Sakti untuk berperang tanding satu lawan satu dengan taruhan yang kalah akan kehilangan kerajaannya. Ki Panji Sakti menyetujui tantangan tersebut dan diputuskan perang tanding akan diadakan di suatu daerah di Kesiman.
Pada hari yang telah ditentukan Ki Panji sudah siap ditempat untuk menyambut kedatangan Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III. Ki Panji Sakti datang dengan busana perang lengkap dengan keris di pinggangnya, sedangkan Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III juga memakai busana perang namun dipinggangnya tidak terselip sebuah keris, namun sebuah pecut yang biasa dipakai pengembala sapi.
Ki Panji Sakti sangat heran melihat hal tersebut karena bagaimana mungkin Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III menantang perang tanding namun tidak membawa senjata, Menurut beliau itu hanya akan menyerahkan diri namanya. Kedua Kesatria tersebut sudah mengambil tempatnya dan perang tanding akan segera dimulai. Ki Panji Sakti berinisiatip untuk memulai serangan dengan kerisnya yang mengeluarkan sinar gemerlapan yang dapat menyilaukan mata yang memandangnya.
Ki Panji Sakti dapat menusukkan keris tersebut tepat didada Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III, namun keris tersebut tidak mampu menembus dada tersebut sampai berulang kali sehingga Ki Panji Sakti menjadi kepayahan dibuatnya.Tiba giliran Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III untuk melakukan serangan dengan memutar mutar pecut saktinya diatas kepala Ki Panji Sakti.
Tiba tiba datanglah angin topan yang sangat dahsyat yang menghempaskan seluruh busana yang melekat di tubuh Ki Panji Sakti. Dengan keadaan yang sangat menyedihkan Ki Panji sakti akhirya menyerah dan serangan dari Kerajaan Buleleng dapat dipatahkan oleh Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III.
Dengan Kemenangan tersebut mulai saat tersebut Kiyai Anglurah Anglurah Pemecutan III mengganti namanya menjadi Kiyai Arya Ngurah sakti atau Ida Bhatara Maharaja Sakti, Demikianlah asal usul nama Bhatara Maharaja Sakti. Dengan kemenangan Kerajaan Badung tersebut menjadikan kerajaan Mengwi lebih bersikap hati hati. Untuk menjaga perdamaian antara Kerajaan Pemecutan dengan Kerajaan Mengwi diadakanlah perkawinan antara Ida Bhatara Maharaja Sakti dengan Ni Gusti Ayu Bongan putri dari Kerajaan Mengwi.
Pada waktu pemerintahan Kyai Anglurah Pemecutan III yang mengambil istri dari Kerajaan Mengwi yaitu Ni Gusti Ayu Bongan
Kerajaan Mengwi dan Badung merupakan suatu keluarga besar, pada waktu
mendapat kesusahan saling membantu sehingga kedua kerajaan hidup rukun
dan keamanan berjalan dengan baik. Demikianlah keadaannya sampai
berjalan lebih kurang 4 keturunan.
BERDIRINYA PURI KEDATON KESIMAN
Pada Zaman Pemerintahan Dalem Sri Kresna Kepakisan tahun 1350 dari Kerajaan Gelgel maka salah satu patih beliau yang bernama Kirarya Wang Bang Pinatih Mantra atau Arya Demung Wang bang Pinatih mendirikan Puri kertalangu yang berlokasi sekarang di Kantor Bappeda – Balitex. Kertalangu mengandung arti sempurna dan indah.
Pada lokasi yang sama juga dibangun sebuah pura disebelah selatan puri yang sekarang menjadi pura Dalem Kesiman yang terletak di sebelah barat Tukad Ayung. Asal usul Kesiman berawal dari ajaran mendesa dimana Kesiman berasal dari kata Sima yang artinya adat-istiadat. Wilayah yang menjadi kekuasaan Puri Kertalangu adalah Batan Buah, Kedaton sebelah timur, Kebon Kuri dan wilayah sekitarnya termasuk Kehen.
Runtuhnya Puri Kertangu berawal dari perselisihan antara Raja Kertalangu I Gusti Ngurah Agung Pinatih dengan metuanya I Dukuh Pahang. Dalam perselisihannya Raja Kertalangfu tidak percaya bahwa I Dukuh Pahang apabila nantinya meninggal tidak dengan jalan moksah sehingga Raja Kertalangu mengatakan kalau itu benar terjadi maka beliau tidak akan menjadi Raja lagi di Puri kertalangu.
Karena ucapannya tersebut I Dukuh Pahang merasa tersinggung dan mengeluarkan kata kata “ Dumadak I Ratu Kakawonang antuk semut, agelis Ratu Kesah saking panegara Badung, kerebut dening semut ( Semoga raja diserang oleh semut dan segera meninggalkan wilayah Badung ). Semenjak saat itu Puri Kertalangu mengalami kemunduran dan terbukti Puri Kertalangu diserang oleh beribu ribu semut sehingga menyebabkan Raja Kertalangu I Gusti Ngurah Agung Pinatih dengan diiringi oleh rakyatnya yang masih setia meninggalkan Puri Kertangu menuju kearah selatan menuju pantai dan berakhir di desa Tulikup dan Desa Sulang.
Adanya kekosongan kepemimpinan di wilayah Kertangu menyebabkan suasana menjadi kacau balau dan ketidak hadiran seorang pemimpin sangat dirasakan pada saat upacara keagamaan dimana banyak pelinggih pelingih yang rusak karena tidak ada lagi yang bertanggung jawab untuk hal tersebut. Kehancuran Puri kertalangu diperkirakan terjadi pada tahun saka 1527 atau tahun 1604 Masehi.
Melihat kedaan yang demikian maka Raja Badung Ida Bhatara Sakti kemudian memerintahkan salah satu Putra beliau yang bernama Kiyayi Agung Pemayun adik seibu dari Kiyayi Anglurah Pemecutan IV untuk membangun puri di wilayah Kesiman untuk meredakan kekacauan tersebut.
Kiyayi Anglurah Pemayun kemudian mendirikan Puri di Kesiman bertempat disebelah barat Pura Pengerebongan yang disebut Puri Kedaton kesiman. Puri menghadap kesebelah Barat di jalan menuju bukit Buwung dan beliau juga membangun tempat suci untuk persembahyangan di aeral puri di bagian utara-tumur (Kaja Kangin).
Dalam Babad Kiyayi Agung Lanang Dawan disebutkan bahwa Ida Bhatara Sakti pemecutan menugaskan Kiyayi Agung Pemayun untuk mengamankan Desa Petilan Pengerebongan Kesiman karena desa tersebut baru saja dikalahkan oleh Raja Badung karena itu untuk membangun pertahanan di bagian timur sangat penting keberadaanya untuk mengantisipasi serangan dari wilayah Batubulan. Puri kesiman didirikan tahun saka 1539 atau tahun 1617 kurang lebih sekitar 12 tahun sejak terjadinya kekosongan di wilayah kertalangu karena runruhnya Puri kertalangu.
Kiyayi Anglurah Pemayun setelah menempati Puri Kesiman mengambil istri dari warga Pande di Wangaya Kaja dan melahirkan keturunan Anak Agung Lanang Wangaya / A.A Lanang Wayahan Pemayun. Kemudian beliau juga m3ngambil istri kedua dari Puri Gelogor menurunkan 2 orang putra yaitu A.A. Pemayun Putra dan A.A. Ngurah Made dan dari itri ke 3 beliau mempunyai seorang putra yang bernama A.A. Ketut Pagan.
Setelah putra beliau berempat dewasa maka dibuatkan tempat tinggal masing masing Anak Agung Ngurah Pemayun dan adiknya Anak Agung Ngurah Made mewarisi Puri Kedaton Kesiman
PENYERANGAN KE JEMBRANA
Namun demikian walaupun sudah terjalin suatu ikatan perkawinan jajahan Kerajaan Mengwi di Jembrana tidak luput dari gempuran laskar Badung. I Gusti Ngurah Jembrana dapat dikalahkan oleh lascar Badung tahun 1800 M. Para keluarga Ki Gusti Ngurah Jembrana diturunkan kastanya menjadi rakyat biasa dan ada juga yang dibawa ke Badung dan diberikan tempat di tegal linggah Pemedilan.
Setelah mengabdi kepada Pemecutan banyak sekali jasa jasa yang mereka perbuat maka Ida Bhatara Maharaja Sakti memberikan penghargaan dengan gelar Meranggi/ Jembrana. Demikian pula daerah Buduk dan Seseh tidak luput dari gempuran lascar Pemecutan.
CIKAL BAKAL WARGA AGENG PEMECUTAN
Kyai Anglurah Pemecutan III mempunyai istri lebih kurang 500 orang sehingga keturunan beliau empat tingkat ke bawah mencapai 800 orang. Dengan jumlah keluarga yang demikian banyak maka beliaulah yang menjadi cikal bakal Warga Ageng Pemecutan sehingga Kerajaan Pemecutan menjadi semakin kuat.
Berdasarkan tulisan Riwayat Kerajaan
Badung disebutkan bahwa Permaisuri dan istri istri beliau serta Putra
putra Kyai Anglurah Pemecutan III sebagai berikut :Dari Puri Tabanan yaitu Ratu Istri Subamia anak dari Raja Tabanan yang bergelar Sri Ngada Sakti – tidak mempunyai keturunan (putung)
- Dari Kerajaan Mengwi yaitu Ratu Istri Bongan, putri dari I Gusti Agung Made Agung Alangkajeng dari Puri Mengwi dan Ni Gusti Ayu Mimba putri dari Kiyayi Tegeh Kori Tegal Badung mempunyai putra I Gusti Ngurah Kaleran/ Kyai Agung Gede Oka – membuat jero di Kaleran Kawan sebelah utara Puri Agung Pemecutan. Beliau merupakan cikal bakal berdirinya Puri Denpasar.
- Dari Tangkeban bergelar Sadampati yaitu anak dari Sri Aji Jambe Ketewel dari Alang Badung mempunyai putra yang bernama Nararya Anglurah Bagus Anulus/ Sang Adi Hyang Anulus (dibuatkan pelinggih No 2 dari gedong Menjang Sluwang di Puri Agung Pemecutan.
- Jero Gelogor yaitu Ratu Istri yang merupakan putri dari Kyai Anglurah Tumbak Bayuh mempunyai putra 2 orang :- I Gusti Ngurah Gede Pemecutan (Dewata di Ukiran) menggantikan kedudukan Anglurah Pemecutan III sebagai Raja Badung.-dan Gusti Ngurah Mayun – membuat jero di Puri Abian Tubuh Kesiman sebelah timur Kesiman kemudian ke Puri Kedaton Kesiman.
- Dari Wangsa Belaluan keturunan Tangkas berputra 2 orang yaitu Kiyayi Agung Lanang Dawan di tempatkan di Jero Dawan Tegal dan Kiyayi Agung Belaluan atau Kiyayi Anglurah Taensiat di tempatkan di Taensiat setelah wafat bergelar Kiyayi Jayengrana karena jaya dalam peperangan
- Dari Wangsa Palasari bernama Jero Palasari berputra Kiyayi Gde Tanjung atau Kiyayi Anglurah Nengah Tanjung ditempatkan di Puri Tanjung Pemecutan sebelah selatan Bale Lantang
- Kiyayi Anglurah Wayahan Munang / Jero Legian Tengah sebelah timur jalan Legian berganti nama Kiyayi Anglurah Lanang Legian
- Kiyayi Anglurah Wayahan Pesaji / Puri Pesaji Tegallinggah Jl Gunung Merapi tidak mempunyai keturunan
- Kiyayi Anglurah Tengah / Puri Tegallantang - Padangsambian Kelod sebelah Barat Jl Gunung Salak
- Kiyayi Lanang Wayahan Celuk/ Jero Kerobokan Kelod - Pemecutan sebelah barat jalan raya Kerobokan
- Kiyayi Lanang Ketut Kerobokan/ Jero Kerobokan Kaja - Pemecutan sebelah Timur jalan raya Kerobokan
- Kiyayi Lanang Kedaton/ Jero Abasan - Pemecutan sebelah utara jalan Sugianyar dibelakang Musium Bali
- Kiyayi Lanang Gulingan / Jero Singgi Sanur - Pemecutan sebelah barat jalan Danau Tamblingan Sanur
- Kiyayi Anglurah Kemoning / Puri Kepaon - jalan P / Jero Pedungan jalan Pulau Bungin Pedungan
- Kiyayi Anglurah Wayahan Busungyeh / Jero Pedungan sebelah Barat Jalan Pulau Bungin
- Kiyayi Anglurah Kca (Keceha) / Jero Kca Celagigendong sebelah selatan jalan gunung Tambora
- Kiyayi Anglurah Wayahan Cerancam / Jero Manik Makeplag Alangkajeng jalan Hasanuddin
- Kiyayi Anglurah Nengah Cerancam / Jero Perubungan Alangkajeng jalan Hasanuddin
- Kiyayi Anglurah Ketut Tegal Wangi / Jero Tegalwangi Meregan sebelah barat jalan Gunung Kawi
- Kiyayi Anglurah Hyang Batu / Jero Tampakgangsul seblah utara jalan Nakula sebelumnya bertempat tinggal di daerah Hyang Batu
- Kiyayi Anglurah Ketut Kalanganyar / Jero Kalanganyar Tegallinggah sebelah timur jalan Merapi
- Kiyayi Anglurah Batan Juwuk / Jero Balelantang sebelah selatan Jalan Hasanuddin
- Kiyayi Anglurah Wayahan Lumintang / Jero Peguyangan sebelah timur jalan Ahmad Yani
- Kiyayi Anglurah Tegeh Lumintang / Jero Lanang Tegeh Lumintang jalan Ahmad Yani
- Kiyayi Anglurah Puseh / Jero Panjer sebelah selatan jalan waturenggong
- Kiyayi Agung Tegallayu / lokasi jero tidak diketahui - tidak mempunyai keturunan
- Kiyayi Belayu / lokasi jero tidak diketahui
- Kiyayi Agung Wayahan Karang / lokasi Jero tidak diketahui - tidak mempunyai keturunan
- Kiyayi Agung Dangin / lokasi Jero tidak diketahui - tidak mempunyai keturunan
- Kiyayi Agung Pupwan / Jero Pemamoran - tidak mempunyai keturunan
- Kiyayi Agung Dawuh / lokasi Jero tidak diketahui - tidak mempunyai keturunan
- Kiyayi Agung Sinapahan / Jero Gemeh camput - tidak mempunyai keturunan
Selain mempunyai putra putra yang
demikian banyak, Kyai Anglurah Pemecutan III juga mempunyai putri –
putri yang dikawinkan di lingkungan wilyaah Bali maupun luar Bali,
diantaranya :
- Saudara Putri dari Kyai Agung Pemayun diambil istri oleh Kiyayi Anglurah Jambe di Alang Badung.
- Dikawinkan dengan Rkyan Anglurah Den Bencingah di Taman Bali
- Dikawinkan dengan Brahmana dari Gria Wanasari Sanur
- Dikawinkan dengan Brahmana dari Geria Bindu Kesiman
- Raden Ayu Dikawinkan ke Bangkalan Madura setelah wafat dibuatkan Pura Keramat Agung Pemecutan.
Saat ini keturunan Ida Bhatara Maharaja
Sakti diperkirakan mencapai 2000 orang tersebar luas di wilayah Badung.
Selain itu beliau juga mengangkat anak dari arya arya di luar Badung
dengan tujuan untuk memperkuat Keberadaan Puri Pemecutan. Anak angkat
beliau antara lain :
- Kiyahi Agung Kedisan bertempat di Jero Kedisan sebelah utara jalan gunung Merapi
- Kiyayi Agung Ketut Badung keturunan dari Arya Pinatih dari Puri Bun Sukawati Gianyar ditempatkan di areal Jabe Tengah Puri Taensiat disebut juga Jeroan Gde Taensiat.
(Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar