Oleh: Drs. H. Faisal Batennie, M.Pd.
A. PENDAHULUAN
Masuknya perdaban Bugis di Kalimantan diperkirakan
sekitar abad ke XVII, ukuran waktu tersebut berdasarkan masa
penulusuran sejarah kehadiran para saudagar-saudagar Bugis di Pisesisr
Kalimantan Selatan seperti di Pasir Kalimantan Timur dan di Pagatan
Kalimantan Selatan. Sebagaimana diketahui bahwa Orang Bugis sejak dulu
kala dikenal sebagai pelaut ulung yang telah mampu mengarungi dan
menjelajah perairan samudera diseluruh wilayah nusantara dari Timur
Perairan Uastralia sampai ke Barat Perairan Madagaskar. Oleh karena itu
kemudian hampir diseluruh wilayah pesisir kepulauan nusantara ini
terdapat perkampungan komonitas suku Bugis, seperi suku Bugis Johor di
Malaysia dan suku Bugis Pagatan di Kalimantan.
Daerah-daerah pesisir
yang akan disinggahi para saudagar bugis, apabila memiliki nilai ekonomi
strategis maka kemudian akan dijadikan perkampungan yang merupakan
cikal balakal berkembangan peradabaan suku bugis diluar Sulawesi
Selatan. Hal tersebut dapat ditelusuri sebagai salah satu kajian sejarah
suku Bugis Pagatan yang ada di Wilayah Banua Orang Banjar Kalimantan
Selatan. Keberadaan suku Bugis Pagatan di Kalimantan Selatan selanjutnya
dapat menambah keunikan peradaban didaerah ini yang menjadi khasana
Budaya yang hermonis dengan peradapan Budaya Orang Banua.
Keberadaan
Kerajaan Pagatan di Banua orang Banjar dalam sejarah tidak pernah
dipersoalkan oleh Kesultanan Kerajaan Banjar, bahkan mendapat restu
untuk mengatur pemerintahan sendiri terhadap daerah yang telah dibangun
oleh suklu Bugis. Oleh karena itu berdirinya kerajaan pagatan hanya
merupakan kerajaan kecil yang berdaulat pada Kerajaan Banjar yang
merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di wilayah Nusantara.
Keberadaan kerajaan Pagatan justeru membantu Kerajaan banjar dalam
mempercepat pembangunan diwilayah pesisir dan penyebaranan Agama Islam
di Kalimantan Selatan.
Berkembangannya peradaban suku Bugis Pagatan
diwilayah pesisir Kalimantan Selatan dikarenakan adanya restu oleh
Penguasa Kerajaan Banjar, didasrkankan pada adanya persamaan keyakinan
dengan menempatkan agama Islam sebagai agama yang dijadikan untuk
membina kerukunan dan mengatur pemerintahan. Oleh karena itu kemudian
terjadilah hubungan yang baik antara kedua suku bangsa ini, terutama
pada penguasa kerajaan dan tokoh agama yang turut serta menyebarkan
agama Islam di Wilayah pesisir Kalimantan. Bahkan selanjutnya kedua
etnis ini bahu-membahu menentang kolonial yang ingin berkuasa didaerah
Kalimantan, dilanjutnya dengan perjuangan pergerakan mempertahan
kemerdekaan RI dibawah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
B. LAGENDA DARI PAGATAN
Sebelum
peradaan Bugis Pagatan berkembang di Pesisir Kalimantan Bagian Tenggara
ini, dulunya hanya merupakan hutan rotan belantara, akan tetapi wilyah
ini memiliki potensi alam yang cukup besar yang ditunjang dengan letak
wilayah yang strategis, yaitu diapit oleh laut dan sungai serta terdapat
selat yang dijadikan para pelaut sebagai tempat perlindungan apabila
terjadi badai di laut jawa. Disekitar Muara Pagatan terdapat sungai yang
membelah wilayah Pagatan menjadi dua wilayah yaitu wilayah pesisir
menghadap Laut Jawa dan wilayah Daratan. Kemudian alur sungai ini
megngalir dari kaki gunung meratus samapi mengalir ke Selat Pulau Laut
sungai ini dulunya dkenal dengan nama sungai Kukusan sekarang sungai
Kusan yang terdapat di Pagatan.
Lagenda Muara Sungai kukusan
sekarang Muara Pagatan telah menjadi perhatiansejak dulu kala, tersebut
salah seorang Datu yang sakti mandra guna telah melakukan pertapaan di
Muara Pagatan, yaitu Bernama Datu Mabrur.
1. Datu Mabrur.
Dalam
catatan sejarah Istilah Datu dikenal dalam tingkatan sosial dalam
masyarakat Melayu seperti di Sumatera, Malaysia, dan Kalimantan
(Banjar). Konon masyarakat Banjar memberikan gelar Datu kepada orang
yang Alim dan Saleh, Kepala Adat, Orang yang dituakan, serta Pahlawan
yang memiliki kesaktian yang mandraguna. (Idwar Saleh: 1978)
Diwilayah
Tanah Bumbu dan Pulau Laut juga ada bebera ceritera rakyat tentang
keberadaan Datu yang memilik kesaktian mandra guna, diantaranya adalah
Datu Mabrur. Datu Mabrur mempunyai tiga saudara dan ketiga saudaranya
telah berkeluarga. Diantara saudaranya ada yang kawin dengan Putri Jawa,
Puteri Bali, dan adapula dengan orang Sumatera. Sementara Datau Mabrur
belum berkeluarga maka memutruskan untuk melakukan pengembaraan, hingga
membawanya samapi di Muara Pagatan di Wilayah Tanah Bumbu. Di Muara
Pagatan tepatnya Muara Sungai Kukukusan Datu Mabrur memtuskan untuk
melakukan pertapaan.
Setelah dalam pertapaan Datu Mabrur
berhasil memunculkan Pulau lengkap dengan gunung yang elok dan cantik
kemudian dikenal dengan Sabak Halimun ada juga menyebutnya Pulau Halimun
sebab dikatakan demikian sebab Pulau Halimun sebab bisa hilang dan bisa
muncul. Kemudian Datu Mabrur berniat untuk berkeluarga dan berhasil
mempersunting seorang putri dari Pulau Dewata (Bali), dari hasil
perkawinan tersebut melahirkan keturunan 7 orang anak terdiri dari 6
anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan. Yang masing-masing
keturunannya tersebut bernama,
1. Datu Belang Ilat.
2. Datu Karang Kabunan.
3. Datu Karang Baingsang.
4. Datu Karang Kintang.
5. Datu Karang Jangkar.
6. Datu Ning Kurung, (perempuan) dan
7. Data.
Seperti
hal itu juga seorang pertapa yang sakti mandra guna bernama Datu Mabrur
setalah berhasil membangun pemukiman dan berkeluarga. Kemudian Datu
Mabrur membangun peradaban yang berlandaskan Idiologi Agama Hindu
sesuai agama yang diyakini. Diawali dengan pengaturan pemerintahan di
Pulau Halimun dengan memberdayakan anak-anaknya terlibat dalam
pemerintahan Pulau Halimun. Konon pemerintahan di Pulau Halimun
Datu-datu yang memegang kekuasaan berada dalam alam gaib tak nampak oleh
manusia biasa.
1. Datu Belang Ilat diangkat menjadi Tumenggung.
2. Datu Karang Kabunan diberi tugas untuk mengurus perkebunan dan segala macam tanam-tanaman supaya menjadi subur.
3. Datu Karang Baingsan dipercayakan untuk mengurusi segala hasil laut seperti ikan dan sejenisnya.
4. Datu Karang Jangkar ditugaskan mengurusi pelayaran.
Pernah
suatu saat penguasaa Kerajaan Banjar berkunjung Pulau Halimun, karena
adanya laporan perjalanan pelayaran pelaut dari Negeri India yang sedang
melewati suatu tempat kemudian kapalnya kandas ditengah laut. Tapi yang
mengheran nakhoda ditempat kandas seperti ada pulau yang ramai dan
kedengaran orang melakukan kegiatan ritual dan aktivitas lainnya,
sementara secara kasat tidak ada pulau dan manusia yang kelihatan,
setalah kapal terlepas dari kandas kemudian melanjutkan perjalanan ke
Bandarmasih dan hal ini disampaikan kepada penguasaan kerajaan.
Raja
Banjar diantara Nakhodal India berhasil sampai ke Pulau Halimun tempat
dimana kapal India tersebut kandas, tetapi semapai ditempat tersebut
Pulau yang dimaksud juga tidak tampak. Kemudian Raja Banjar melaksanakan
sholat meminta pertolongan Allah SWT, doanya dikabulkan dan Pulau
Halimun muncul dengan eloknya namun, kemudian Raja dan pengikutNya
berjalan-jalan mengelilingi Pulau halimun sudah sekian lama berjalan
ternyata tidak melihat seorang manusiapun dipulau tersebut. Kemudia Raja
sholat dan berdoa lagi alhasil kelihatanlah penduduk dipulau itu yang
sedang melakukan berbagai aktivitas. Kemudia Raja bertanya pada salah
seorang penduduk tentang siapa penguasa di Pulau ini, orang tersebut
kemudian menjawab bahwa kami disini tidak mempunyai Raja hanya memeliki
Tumenggung yang berkuasa didaerah ini. Raja Banjar minta diantarkan
untuk bertemu dengan Tumenggung. Selanjutnya kedua pimpinan saling
berkenalan satu dengan yang lain bahkan memperkenalkan agama yang
masing-masing dianutnya.
Raja Banjar bahkan sempat menawarkan
kepada tumenggeng dan masyarakat Pulau Halimun agar masuk dalam agama
Islam. Tumenggungpun menerima dengan baik usulan Raja Banjar, namun
sebelum itu Tumenggung meminta para Pendeta dan petinggi agama di Pulau
Halimun untuk membahas usulan Raja Banjar. Sehingga menghasilkan
kesepakan bahwa sebahagian masyarakat Halimun memelik Islam dan
sebahagian lagi bertahan pada agama yang telah diyakini terutama para
pendeta. Kemedian Tumenggung bertanya kepada pendeta yang bertahan pada
keyakinan agamanya sebelumnya. Salah seorang Pendeta mengatakan bahwa
kalau kami semuanya masuk dalam agama yang ditawarkan oleh Raja Banjar,
maka Pulau Halimun tidak dapat dipertahankan lagi sebagai pulau yang
gaib, keputusan ini dipahami dan dihormati Temunggung dengan baik. Tapi
Tumenggung dan keluarganya menyatakan diri memeluk agama Islam, kemudian
diadakanlah perjanjian dengan Raja Banjar. Temuenggung meminta kepada
Raja Banjar agar dapat mengatur sistem pemerintahan di Pulau Halimun
sebab selema ini Tumenggung mengaturnya hanya sistem kekeluargaan, hal
ini disetujui oleh Raja Banjar.
Inilah latar belakang kemudian
menjadikan lahirnya Negara Dibalik Sumpah di mana terbagai wilayah
kekuasaan di Pulau Halimun menjadi dua wilayah kekekuasaan wilayah gaib
dinyatakan sebagai Pulau Halimun dan wilayah yang tampak kemudian
dinamakan Pulau Laut.
Fahrurraji: (2002) Dilain riwayat juga
diceritakan ketika Sultan Suriansyah memerintahkan Datu Pujung untuk
mencari Kayu Ulin empat batang untuk tiang guru Mesjid yang akan
didirikan di Kuin Kerajaan Banjar. Setelah Datu Pujung menerima titah
Penembahan kemudian segara berangkat ke Timur , sampailah Datu di Muara
Sungai Kukusan Pagatan akan tetapi setelah menulusuri hutan belantara
tidak menemukan kayu yang dimaksud, hingga akhirnya Datu Pujung bertemu
dengan seorang pertaba di Muara Sungai Kukusan yang bernama Datu Mabrur.
Datu Pujung tinggal beberapa saat dengan Datu Mabrur di Muara Sungai
Kukusan. Kemudian terjalinlah persahabatan yang baik antara kedua datu,
hingga suatu hari Datu mabrur minta bantuan kepada Datu Pujung
sahabatnya yang sakti mandra guna untuk mencarikan sebuah gunung yang
indah di Pulau Jawa yang kelak akan diletakan di sekitar Sungai Kukusan.
Tanpa banyak pikir Datu Pujungpun berangkat ke Pulau Jawa, karena
menggunakan ilmu lari cepat sebantar saja sampai ketempat yang dituju,
kemudian diambilnya sebuah gunung lalu diikatkannya diatas punggungnya
dengan tali kemudian dengan cepat pula gunung itu dibawah ke Datu
Mabrur, sesampai sekitar Muara Sungai Kukusan tali pengikat gunung putus
dan gunung tersebut terjatuh di laut sekarang gunung tersebut dikenal
dengan gunung Jambangan yang ada di Pulau Laut.
2. Sungai Kukusan dan Pulau Halimun
Sungai
Kukusan adalah sebuah sungai yang alurnya dipadalam berasal dari kaki
gunung meratus kemudian mengalir kehilir samapai dengan Selat Pulau Laut
dan Laut Jawa. Sungai Kukusan telah membagi dua wilayah Pagatan wilayah
dataran dengan potensi pertanian dan perkebunan dan wilayah pantai
dengan potensi perekinan laut. Kemudian diapit alur laut jawa dan selat
Pulau yang sangat strategis untuk jalur pelayaran yang sampai sekarang
ramai dikunjungi baik belayaran samudera, lokal, dan pelayaran rakyat.
Sebagai
mana telah diuraikan sebelumnya bahwa keberadaan Pulau Halimun buah
hasil pertapaan Datu Mabrur kemudian dapat memculkan Pulau yang elok dan
cantik. Kemudian asal mula keberadaan Datu Mabrur tidak diketahui dari
mana asalnya, yang jelas bahawa beliau seorang pengembara membawanya
samapai di Muara Sungai Kukusan (Sekarang Sungai Kusan terletak di
Pagatan Tanah Bumbu).
Keberadaan Pulau Halimun tidak terlepas
dengan buah hasil pertapaan seorang Datu Saklti Mandra Guna bernama Datu
Mabrur, sebagaiaman persi cerita berikut ini :
Menurut catatan
portopolio Sulaiman Najam: Keberadaan Pulau Halimun ini atas jasa Datu
Mabrur dan 3 saudaranya, semula Datu Mabrur bermukim di Muara Sungai
Kukusan salah satu wilayah di Pagatan. Hingga pada suatu hari Datu
Mabrur duduk bertapa diatas batu besar muara sungai Kukusan yang
kemudian batu besar tersebut mengantarkan datu Mabrur ketengah laut,
bertahun-tahun Datu Mabrur terombang ambing diatas batu namun tidak
mengurangi kekhusuan pertapaanya sehingga atas upaya pertapaan tersebut
batu tempat pertapaanya tadi menjadi sebuah Pulau yang kemudian diberi
nama dengan Pulau Halimun. Ketika kemunculan Pulau Halimun Datu Mabrur
kemudian menjadikan sebagai tempat pemukiman bagi keluarganya. Pada
suatu hari Datu Mabrur mendapat kunjungan dari sahabatnya yaitu Datu
Pujung, dalam pertemuan istimewa ini Datu Mabrur kemudian meminta tolong
kepada Datu Pujung agar mencarikan gunung di Pulau Jawa, agar nantinya
Pulau Haliman menjadi Pulau yang indah dan elok. Datu Pujung dengan
senang hati pula memenuhi keinginan sahabatnya kemudian didatangkannya
sebuah gunung yang kemudian dikenal dengan gunung Jambangan.
Bambang
(1981) Oleh karena merasa bosan tinggal sendirian di Kampun, Datu
Mabrur meninggalkan kampun halaman dengan seorang diri dan akhirnya pada
suatu tempat kemudian diketahui bernama Muhara Pagatan. Datu Mabrur
duduk termenung kemudian melihat sebuah batu besar yang menarik
perhatiannya. Kemudian batu besar tersebut diangkatnya diatas pundaknya
yang kekar dan kuat menunuju ketengah laut, sesa,painya dilaut dalam
kemudian melatekan batu tersebut. Selanjutnya Daru Mabrur naik diatas
duduk bersemedi melakukan pertapaan. Setelah bertahun-tahun lamanya
keadaan batu tersebut telah mengalami perubahan. Batu tersebut menjadi
besar bentuknya karena telah ditumbuhi pasir dan segala benda-benda yang
menyangkut dibatu tersebut yang menjadikan kemudian batu itu menjadi
sebuah Pulau. Pada mulanya pulau itu bernama Sabak Halimun (penuh
diliputi oleh awan) oleh sebab itu pulau tersebut tidak kelihatan.
Pulau Laut dipandang dari Muara Sungai Kukusan
Pada
suatu hari di Sabak Halimun Datu Mabrur di Kunjungi oleh seorang Datu
yang sakti mandraguna berasal dari Kerajaan Banjar bernama Datu Pujung.
Kemudian kedua datu yang sakti ini menjalin persahabatan, sehingga pada
suatu saat Datu Mabrur minta pertolongan Datu Pujung yang memiliki
kesaktian dapat memikul beban seberat apapun dapat dipikul dengan cara
berlari cepat. Untuk dapat mengambil mengambilkan sebuah gunung yang
tinggi di pulau jawa yang akan diletakan sesuai dengan keinginan Datu
Mabrur. Kemudian Datu Pujung Tampa berpikir secepat kilat membawakan
gunung Datu Mabrur, belum sampai ketujuan yang dimaksudkan Datu Mabrur
tiba-tiba gungung tersebut terjatuh dari pikulan Datu Pujung. Namun
walaupun tempat jatuhnya tidak sesuai dengan kehendak Datru Mabrur
ternyata kemudian Datu Mabrur meyakini bahwa tempat jatuhnya gunung
tersebut posisinya lebih baik daripada dimaksudkan rencana sebelumnya.
Gunung inil;ah kemudian dinamakan dengan Gunug Jambangan yang menjadi
simbol Kotabaru yang terletak diselat Pulau Laut berhadapan dengan
Muhara Pagatan.
3. Kerajaan Pagatan di Serang Pasukan Bone
Hal
ini pernah diceritakan ketika pasukan kerajaan Bone ingin menyerang
Kerajaan Pagatan menjelang sebuh sebelum tiba di Pantai Pagatan ditengah
perjalanan tiba-tiba pasukuan kerajaan bone dikejutkan dengan adanya
suara ayam yang berbunyi pada hal ia tidak melihat adanya pulau tempat
ayam berkokok. Sehingga atas kejadian tersebut pasukan Bone membantalkan
untuk menyerang di Kerajaan Pagatan. Setiba di Kerajaan Pagatan yang ia
tanyakan kenapa ada ayam berbunyi ditengah laut pada Arung (Raja)
Pagatan. Kemudian Arung Pagatan secara diplomasi pula memberikan
penjelasan, bahwa untuk memunculkan sebuah Pulau ditengah laut adalah
hal yang muda bagi kami, yang terpenting adalah pasukan kerajaan Bone
dipersilahkan dulu naik Kesoraja (Istana Raja) menikmati hidangan yang
telah kami persiapkan untuk menjami Puang-Puang (Tuan-tuan). Setelah
Arung Pagatan merasa sudah siang dan matahri bersinar tinggi kemudian
pasukan kerajaan Bone di Persilahkan Pantai Pagatan untuk melihat Pulau
yang telah dimunculkan Arung Pagatan. Atas diplomasi Arung Pagatan
inilah kemudian pasukan Kerajaan Bone membantalkan niatnya menyerang
Kerajaan Pagatan. Selanjutnya mengakui Kerajaan Pagatan sebagai kerjaan
yang berdaulat sendiri yang tidak mempunyai hubungan pemerintahan dan
hanya mempunyai hubungan kekerabatan dengan Kerajaan Bone.
Sebenarnya
Pulau Halimun kalau malam hari menjelang subuh selalu diselimuti dengan
awan mega yang putih bersih yang menyelimuti dan membungkus Pulau
Halimun, sehingga yang tampat hanya awan mega yang terapun diatas laut.
Menjelang siang dan mata hari bersinar secara berlahan-lahan selimut
awan mega menguap memunculkan Pulau Halimun yang indah, cantik dan elok.
Pulau HalimunTerapung Ditengah Laut
4. Puanna Dekke.
Pagatan
dulunya merupan hutan rotan belantara, kemudian dibuka dan dibangun oleh
seorang saudagar bangsawan dari Wajo bernama Puanna Dekke. Sebelum
sampai dimuara sungai Kukusan rombongan Puanna Dekke yang berlayar
penyisir Pulau Kalimantan sebanarnya terdiri tiga perahu masing dipimpin
oleh tiga bersaudara yaitu Puanna Dekke, Pua Janggo, dan La Paggala.
Perahu Pua Janggo, La Paggala serta pengikutnya masing mampir di Muara
Sungai Samaranda dan Mara Sungai Pasir. Selanjutnya Puanna Dekke
melanjutkan pelayarannya sampai di Selaut Pulau Laut.
Ketika mau
menuju laut Jawa Puanna Dekke terhalangan dengan badai kemudian
perahunya mampir di Muara Sungai Kukusan. Tertarik dengan Sungai Kukusan
perahu Puanna Dekke masuk menyelusuri sungai tersebut dimana dalam
perjalannya ia tidak menemukan perkampungan yang terlihat hanya hutan
belantyara. Tiba pada suatu tempat melihat sekelompok orang yang sedang
melakukan aktivitas ditebing sungai, kemudian iapun mampir menemui
sekelompok orang tersebut dan mananyakan nama daerah yang disinggahinya.
Dari jawaban sekolompok orang memberitahukan bahwa disini jauh
perkampungan dan tempat kita sekarang ini adalah biasanya dinamai
sebagai tempat pemagatan, yaitu tempat orang disekitar sini memgambil
rotan. Merasa tidak ada penghuninya kemudian Punna Dekke membangun dan
membuka pemukiman ditempat itu sebagai tempat pemukiman komunitas Puanna
Dekke, selanjutnya setelah menjadi pemukiman yang layak untuk dihuni
Puanna dekke memberikan nama pemukiman barunya itu dengan nama Kampung
Pagatang.
5. La Penggewa Kapitan Laut Polu.
La Penggewa adalah
Raja Pagatan yang pertama yang dikenal sebagai seorang yang gagah
berani, Ketika suatu saat La Pengewa diutus oleh Kakeknya Paunna Dekke.
Untuk membantu Kerajaan banjar mengusir para perompak yang menggangu
stabilitas keamanan perairan di Muara Sungai berita. Niat baik Puanna
Dekke disambut dengan baik Panembahan sehingga La Penggewa diberikan
kepercayaan memimpin pasukan untuk mengusir perompak. Atas kepercayaan
penembahan La penggewa berhasil mengusir para perompak sehingga perompak
tersebut lari masuk kepedalaman sungai sampai didaerah Biajuo. Atas
keberhasilan ini kemudian Penambahan menganugerahkan kepada La penggewa
suatu gelar kehormatan yaitu Kapitan Laut Pulau, oleh karena itu raja
Pagatan ini dinamakan dengan La Penggewa Kapitan Laut Pulau.
La
Penggewa Kapitan Laut Pulo juga pernah membantu Pengeran Amir yang
disingkirkan oleh iparnya Pengeran Nata Mangkubumi dari Kerajaan Banjar.
Oleh karena itu kemudian ketika Sultan Sulaeman berkuasa di Kerajaan
Banjar, keberadaan La Penggewa Kapitan Laut Pulu yang memimpin Kerajaan
Pagatan mendapatkan pengakuan sebagai Raja Pagatan yang berdaulat kepada
kerajaan Banjar.
(Bersambung)
Senin, 20 Januari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar