a. PERANG SUKSESI I (1704-1709)
Latar Belakang
Pada tahun 1703, Amangkurat II wafat dan
digantikan oleh puteranya, Amangkurat III. Namun sepertinya terjadi
perselisihan antara Amangkurat III dengan pamannya, Pangeran Puger dan
keluarganya. Hal ini yang akhirnya menyebabkan Pangeran Puger lari
meninggalkan istana. Ia kemudian pergi ke Semarang dan memberi tahu VOC
bahwa Amangkurat III adalah musuh bersama dan merupakan sekutu Surapati.
Pangeran Puger juga mengatakan bahwa kebanyakan pembesar Jawa mendukung
dirinya menjadi raja yang baru, dan meminta agar VOC bersedia mengakui
sebagai raja. Pada Juni 1704, VOC mengakui Puger sebagai Susuhunan
Pakubuwana I (1704-1709), dan meletuslah konflik yang terkenal sebagai
Perang Suksesi Jawa I (1704-1708).
Jalannya Perang
- Oktober-November 1704: Perlawanan utama wilayah pesisir terhadap Pakubuwana I yang datang dari Demak berhasil ditaklukkan.
- Agustus 1705: Suatu kekuatan yang
terdiri dari oaring-orang Jawa dan Madura serta serdadu-serdadu VOC
bergerak menuju Kertasura. Pada peprangan ini, Amangkurat III melarikan
diri dari Kartasura dan bergabung dengan Surapati di timur.
- September 1705: Pakubuwana I memasuki Kartasura tanpa mendapatkan perlawanan dan menduduki singgasana
- Oktober 1705: Pakubuwana I dan VOC
mencapai suatu perjanjian baru. Pihak Belanda menghapuskan segala utang
dinasti tersebut sebelum tahun 1705, sebagai imbalan atas konsensi besar
yang diberikan Pakubuwana I kepada VOC.
- 1706, 1707, 1708: Pasukan VOC, Madura, dan Kartasura melancarkan serangan besar-besaran di Jawa Timur.
- 1706: Surapati terbunuh di Bangil.
- 1707: Pasuruan berhasil ditaklukkan. Amangkurat III dan putra-putra Surapati melarikan diri ke Malang.
- Amangkurat III menyerahkan diri kepada
VOC berdasarkan kesepakatan bahwa dia diperbolehkan memerintah sebagian
Jawa dan tidak harus tunduk pada Pakubuwana I. Tapi Amangkurat III
ditawan dan dibuang ke Sri Lanka dan wafat disana pada tahun 1734.
Tokoh-Tokoh
Amangkurat III
Pangeran Puger ( Susuhunan Pakubuwana I)
VOC
***
PERANG SUKSESI II (1719-1723)
Latar Belakang
Pada saat Pakubuwana I wafat pada
februari 1719. dia digantikan oleh puteranya, Amangkurat IV (1719-1726)
yang pada masa awal pemerintahannya, hampir seluruh dunia Jawa
memusuhinya, termasuk adik-adiknya, Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya
yang melancarkan serangan terhadap istana pada tahun 1719. Begitu juga
paman mereka, Arya Mataram yang juga tidak menyukai Amangkurat IV, namun
ia tidak ikut serta dalam pemberontakan awal ini. Kemudian Arya Mataram
meninggalkan istana menuju pesisir utara dan memproklamasikan dirinya
sebagai raja tandingan. Dengan demikian, dimulailah perang suksesi II.
Jalannya Perang
- Juni 1719: Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya melancarkan serangan terhadap istana.
- Oktober 1719: Pangeran Arya Mataram menyerah dan dicekik di Jepara
- November 1719: VOC melakukan serangan
dan berhasil menghalau serangan dari tokoh-tokoh pemberontak dari kubu
pertahanan mereka di Mataram.
- 1720: Mereka (para pemberontak) melarikan diri ke arah timur.
- Mei-Juni 1723: sisa-sisa pemberontak
menyerah, termasuk beberapa keturunan Surapati, Surengrana dari
Surabaya, Pangeran Purbaya, serta Pangeran Dipanegara.
Tokoh-Tokoh
Amangkurat IV
Pangeran Arya Mataram
VOC
***
PERANG SUKSESI III (1746-1757)
Latar Belakang
Pada saat Pakubuwana II meninggalkan
istana Kartasura yang sudah kacau, ia kemudian mendirikan sebuah istana
baru di tepi sungai Sala. Ternyata, istana baru tersebut sama tidak
stabilnya dengan istana lama. Mas Said, Pangeran Singasari dan
sedikitnya empat pangeran lainnya masih memberontak. Untuk meredam
pemberontakan, akhirnya Raja mengumumkan akan memberikan bahwa siapapun
yang dapat mengusir mereka dari Sukowati aka diberi hadiah berupa tanah
sejumlah 3.000 cacah. Pangeran Mangkubumi menerima tantangan tersebut
dan pada tahun 1746, ia berhasil mengalahkan Mas Said dan menuntut
hadiahnya. Akan tetapi, musuh lamanya di istana, Patih Pringgalaya
(1742-1755) membujuk Pakubuwana II untuk menahan hadiah tersebut.
Ditengah situasi sulit semacam itu, gubernur jenderal Van Imhoff datang
ke istana untuk menangani masalah pesisir. Menurut perjanjian tahun
1743, VOC mempunyai hak atas daerah yang sempit disepanjang wilayah
pesisir dan semua sungai yang mengalir ke laut. Van Imhoff ingin agar
semua daerah pesisir beserta wilayah pedalaman diserahkan kepadanya.
Karena tak mampu melawan tekanan Van Imhoff, Raja akhirnya menyetujui
hal itu dan meminta sewa 20.000 real pertahun. Ketika hal tersebut
diberitahukan kepada para penasehatnya, Mangkubumi merasa keberatan
karena menurutnya jumlah 20.000 real terlalu sedikit jika dibandingkan
pendapatan ketika wilayah tersebut disewakan kepada para saudagar.
Mangkubumi merasa tindakan Raja terlalu gegabah dengan mengambil
keputusan sepenting ini tanpa mengkonsultasikannya terlebih dahulu
kepada para pembesar keraton. Kemarahan Mangkubumi semakin bertambah
ketika Van Imhoff ikut campur dalam percekcokan mengenai hadiahnya yang
berjumlah 3.000 cacah. Gubernur Jenderal meyakinkan Raja bahwa hadiah
tersebut akan memberikan mangkubumi kekuatan terlalu besar dan mendesak
agar hadiah tersebut tidak diserahkan. Bahkan, disebuah pertemuan di
istana, van Imhoff menegur Mangkubumi terlalu ambisius. Mangkubumi
merasa sangat terpukul atas kejadian itu dan pada bulan Mei 1746, dia
melancarkan pemberontakan, dan meletuslah Perang Suksesi Jawa III
(1746-1757).
Jalannya Perang
- Mei 1746: Mangkubumi melancarkan pemberontakan.
- 1747: Mangkubumi memimpin pasukan yang diperkirakan berjumlah 13.000 prajurit.
- 1748: Mangkubumi dan Mas Said menyerang Surakarta dan untuk beberapa waktu malah mengancam istana.
- 1749: Pakubuwana II jatuh sakit dan
atas usulnya kepemimpinan kerajaan diserahkan kepada Von Hohendorff,
seorang Gubernur VOC untuk wilayah timur laut. Pada tanggal 11 Desember
1749 ditandatanganilah sebuah kesepakatan yang isinya menyerahkan
seluruh kedaulatan kerajaan kepada VOC.
- 15 Desember 1749: Van Hohendroff mengumumkan pengangkatan putra mahkota sebagai Susuhunan Pakubuwana III (1749-1788).
- 12 Desember 1749: di markas besarnya
di Yogyakarta, Mataram, Mangkubumi juga memakai gelar Susuhunan
Pakubuwana (1749-1792). Tapi kemudiamn Mangkunegara memakai gelar
Hamengkubuwana (I), yang kemudian dipakai oleh semua penerusnya. Dengan
demikian, sejak akhir 1749, Jawa sekali lagi terbagi antara seorang
orang raja pemberontak dan seorang raja yang disukung oleh VOC.
- 1750: Mas Said, yang kini menjabat
sebagai patih Mangkubumi menyerang Surakarta dan menimbulkan kerugian
yang besar dipihak VOC.
- 1752: Timbul perpecahan antara Mangkubumi dan Mas Said
- 1753: Putra mahkota Surakarta bergabung dengan pihak pemberontak.
- 1754 : Mangkubumi mengusahakan perundingan-perundingan
Gubernur baru untuk wilayah pesisir
timur laut, Nicolas Hartingh, diberi wewenang menenangkan Mangkubumi
dengan menawarkan sebagian Jawa kepadaya.
- 13 Februari 1755: Ditandatangani
Perjanjian Gianti, dan VOC mengakui Mangkubumi sebagai Sultan
Hamengkubuwono I, penguasa separuh wilayah Jawa Tengah.
- 1755: Hamengkubuwono I pindah ke yogya
dan mendirikan sebuah istana disana pada tahun 1756, dan memberikan
nama baru kepada kota ini, Yogyakarta.
- Oktober 1755: Mas Said berhasil mengalahkan satu pasukan VOC.
- Februari 1756: Mas Said hampir berhasil membakar istana baru di Yogyakarta.
- Feruari 1757: Mas Said menyerah kepada Pakubuwana III.
- Maret 1757: Mas Said mengucapkan sumpah setia pada Surakarta, Yogyakarta, dan VOC
Tokoh-Tokoh
Pakubuwana II
Mangkubumi
Hamengkubuwana I
Pakubuwana III
Mas Said
VOC
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar