Kartosoewirjo yang Ditulis Sejarah Indonesia
islampos.com—SESEORANG di situs jejaring sosial menulis, “Dulu, ketika SD, saya benci setengah mati kepada Kartosoewirjo. Itu karena buku-buku sejarah menuliskannya demikian buruk. Sekarang, membaca sisi lain beliau, saya jadi merinding dan banyak menangis…”Demikianlah, memang tidak salah apa yang ada dalam kalimat tersebut. Buku-buku sejarah zaman dulu memang menggambarkan betapa benisnya Kartosoewirjo bersama tentara DI/TII-nya.
Berikut adalah penggambaran sejarah Indonesia akan satu sosok yang sekarang tengah banyak dibicarakan itu.
1. tentara DI/TII Kartosoewirjo diklaim tidak berakhlak dan berperilaku kurang tidak islami. Mulai dari berperilaku arogan kepada masyarakat hingga membuat air kencing di sembarang tempat. Namun banyak dari masyarakat yang sekarang masih hidup keturunannya bahwa hal-hal seperti itu merupakan operasi intelijen. Masuknya orang-orang PKI juga menjadi akses besar pembentukan imej bahwa DI/TII jauh dari nilai-nilai Islam.
2. Kartosoewirjo adalah seorang penjahat kemerdekaan yang besar. Menurut Wibisono, seseorang yang telah bekerja selama 32 tahun pada Badan Inteligen Negara (BIN), sosok Kartosoewirjo adalah seorang pahlawan Indonesia. Kepentingan Kartosoewirjo mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) adalah aset dari sejarah Indonesia.
Menurut Wibisono, kala itu negara Indonesia sedang lemah. Indonesia barat, tengah dan timur sedang carut marut. Padahal kondisi Belanda saat itu sedang terdesak. Untuk menjaga beberapa kekuatan teritorial dibeberapa titik vital di Indonesia.
Perjanjian Linggarjati, menurut Wibisono membuat daerah Indonesia hanya tersisa Jawa, Madura dan Sumatera. Sedangkan Perjanjian Renville telah membuat teritorial Indonesia di pulau Jawa hanya sebatas Jogyakarta. Untuk menjaga sisa teritorial Indonesia, maka pemerintah Indonesia berpikir untuk mengirim Lukas Kustario untuk menjaga daerah utara. Sedangkan daerah selatan justru dimandatkan ke Kartosoewirjo oleh pemerintah.
Karenanya, cukup aneh bagi Wibisono, tiba-tiba Kartosoewirjo yang banyak jasa distigmakan seorang yang kurang baik oleh sejarah.
3. Kartosoewirjo dinilai mempunyai ilmu “kanuragan” alias tidak mempan ditembak. Secara kata lain, Kartosoewirjo mempunyai ilmu hitam. Padahal, menurut Putra bungsunya yang ketika dieksekusi masih berumur 5 tahun, ayahnya mati ditembak peluru. [sa/pz/islampos]
Sumber
========================================================================
Siapakah Kartosoewirjo?
KARTOSOEWIRJO, seorang pejuang Islam dengan nama lengkap Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo ini lahir di Cepu, Jawa Tengah, pada tanggal 7 Januari 1905. Seorang ulama karismatik yang memproklamirkan Negara Islam Indonesia pada tahun 1949 di Tasikmalaya.Pada tahun 1901, Belanda menetapkan politik etis (politik balas budi). Penerapan politik etis ini menyebabkan banyak sekolah modern yang dibuka untuk penduduk pribumi. Kartosoewirjo adalah salah seorang anak negeri yang berkesempatan mengenyam pendidikan modern ini. Hal ini disebabkan karena ayahnya memiliki kedudukan yang cukup penting sebagai seorang pribumi saat itu.
Pada umur 8 tahun, Kartosoewirjo masuk ke sekolah Inlandsche School der Tweede Klasse (ISTK). Sekolah ini menjadi sekolah nomor dua bagi kalangan bumiputera. Empat tahun kemudian, ia masuk ELS di Bojonegoro (sekolah untuk orang Eropa). Orang Indonesia yang berhasil masuk ELS adalah orang yang memiliki kecerdasan yang tinggi.
Di Bojonegoro, Kartosoewirjo mengenal guru agamanya yang bernama Notodiharjo, seorang tokoh Islam modern yang mengikuti alur pemikiran Muhammadiyah. Ia menanamkan pemikiran Islam modern ke dalam alam pemikiran Kartosoewirjo. Pemikiran Notodiharjo ini sangat memengaruhi sikap Kartosoewirjo dalam merespon ajaran-ajaran Islam.
Setelah lulus dari ELS pada tahun 1923, Kartosoewirjo melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi KedokteranNederlands Indische Artsen School. Pada masa ini, ia mengenal dan bergabung dengan organisasi Syarikat Islam yang dipimpin oleh H. O. S. Tjokroaminoto.
Ia sempat tinggal di rumah Tjokroaminoto dan menjadi murid sekaligus sekretaris pribadi H. O. S. Tjokroaminoto. Tjokroaminoto sangat memengaruhi perkembangan pemikiran dan aksi politik Kartosoewirjo. Ketertarikan Kartosoewirjo untuk mempelajari dunia politik semakin dirangsang oleh pamannya yang semakin memengaruhinya untuk semakin mendalami ilmu politik.
Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila nanti Kartosoewirjo tumbuh sebagai orang yang memiliki integritas keIslaman yang kuat dan kesadaran politik yang tinggi. Tahun 1927, Kartosoewirjo dikeluarkan dari Nederlands Indische Artsen School karena ia dianggap menjadi aktivis politik serta memiliki buku sosialis dan komunis.
Kartosoewirjo juga bekerja sebagai Pemimpin Redaksi Koran harian Fadjar Asia. Ia membuat tulisan-tulisan yang berisi penentangan terhadap bangsawan Jawa (termasuk Sultan Solo) yang bekerjasama dengan Belanda. Dalam artikelnya nampak pandangan politiknya yang radikal. Ia juga menyerukan agar kaum buruh bangkit untuk memperbaiki kondisi kehidupan mereka, tanpa memelas. Ia juga sering mengkritik pihak nasionalis lewat artikelnya.
Kariernya kemudian melejit saat ia menjadi sekretaris jenderal Partai Serikat Islam Indonesia (PSII). PSII merupakan kelanjutan dari Sarekat Islam. Kartosoewirjo kemudian bercita-cita untuk mendirikan negara Islam (Daulah Islamiyah). Di PSII ia menemukan jodohnya. Ia menikah dengan Umi Kalsum, anak seorang tokoh PSII diMalangbong. Ia kemudian keluar dari PSII dan mendirikan Komite Pembela Kebenaran Partai Sarekat Islam Indonesia (KPKPSII).
Menurut Kartosoewirjo, PSII adalah partai yang berdiri di luar lembaga yang didirikan oleh Belanda. Oleh karena itu, ia menuntut suatu penerapan politik hijrah yang tidak mengenal kompromi. Menurutnya, PSII harus menolak segala bentuk kerjasama dengan Belanda tanpa mengenal kompromi dengan cara jihad.
Ia mendasarkan segala tindakkan politiknya saat itu berdasarkan pembedahan dan tafsirannya sendiri terhadap Al-Qur’an. Ia tetap istiqomah pada pendiriannya, walaupun berbagai rintangan menghadang, baik itu rintangan dari tubuh partai itu sendiri, rintangan dari tokoh nasionalis, maupun rintangan dari tekanan pemerintah Kolonial.
Pada masa perang kemerdekaan 1945-1949, Kartosoewirjo terlibat aktif tetapi sikap kerasnya membuatnya sering bertolak belakang dengan pemerintah, termasuk ketika ia menolak pemerintah pusat agar seluruh Divisi Siliwangi melakukan long march ke Jawa Tengah.
Perintah long march itu merupakan konsekuensi dari Perjanjian Renville yang mempersempit wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Kartosoewirjo juga menolak posisi menteri yang ditawarkan Amir Sjarifuddin yang saat itu menjabat Perdana Menteri.
Kekecewaannya terhadap pemerintah pusat semakin membulatkan tekadnya untuk membentuk Negara Islam Indonesia. Kartosoewirjo kemudian memproklamirkan NII pada 7 Agustus 1949. Tercatat beberapa daerah menyatakan menjadi bagian dari NII terutama Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Aceh.
Akhirnya, perjuangan panjang Kartosuwiryo selama 13 tahun pupus setelah Kartosoewirjo sendiri tertangkap di wilayah Gunung Rakutak di Jawa Barat pada tanggal 4 Juni 1962. Pengadilan Mahadper, 16 Agustur l962, menyatakan bahwa perjuangan suci Kartosoewirjo dalam menegakkan Negara Islam Indonesia itu adalah sebuah “pemberontakan”. Hukuman mati kemudian diberikan kepada mujahid Kartosuwiryo.
Tentang kisah wafatnya Kartosoewirjo, ternyata Soekarno dan A.H. Nasution cukup menyadari bahwa Kartosoewirjo adalah tokoh besar yang bahkan jika wafat pun akan terus dirindukan umat. Maka mereka dengan segala konspirasinya, didukung Umar Wirahadikusuma, berusaha menyembunyikan rencana jahat mereka ketika mengeksekusi Imam Negara Islam ini. [wikipedia/kabarnet]
Sumber
========================================================================
Pesan Kartosoewirjo kepada Anak-Anaknya untuk Merawat Ibu & Tidak Takut Mati
TAHMID Basuki Ahmad, anak kedua tokoh DI / TII Kartosoewirjo bahwa keluarganya memang telah menduga bahwa ayahnya akan dieksekusi mati.Tahmid mengatakan bahwa kematian ayahnya, yang dieksekusi oleh regu tembak yang terdiri dari 12 prajurit, adalah risiko perjuangan.
“Ya, itulah risiko perjuangan,” kata Tahmid yang hadir pada saat makan bersama dengan ayahnya di Kejaksaan Agung yang dikutip dari yahoonews.
Awalnya ia dan anggota keluarga lainnya, tidak berpikir pertemuan tersebut adalah pertemuan untuk terakhir kalinya dengan sang ayah.
Sebelum eksekusi, menurut Tahmid, ayahnya mengatakan anak-anaknya untuk tidak takut mati.
“Sebenarnya, pesan-pesan terakhir hanya untuk keluarga. Pertama, anak-anak diminta untuk merawat ibu dan pesan kedua adalah semua makhluk akan mati,” katanya.
Tahmid ingat, ayahnya kemudian menjelaskan bahwa semua makhluk di dunia akan mati. Termasuk ayahnya. [sa/islampos/yahoonews]
Sumber
=========================================================================
‘Rawatlah Ibu & Jangan Takut Mati,’ Pesan Kartosoewirjo Kepada Anak-Anaknya
islampos.com—KETIKA ditangkap, kondisi kesehatan Kartosoewirjo sangat buruk. Kurang darah, kurang makan, dan bengkak pada lambung, terjadi padanya.Demikian menurut buku berjudul ‘Hari Terakhir Kartosoewirjo: 81 Foto Eksekusi Imam DI/TII’ karya Fadli Zon.
Tentu, hal ini tidak lepas dari usianya yang sudah menginjak 57 tahun.
Perjuangannya bersama DI/TII tentu tentu membuat tubuh dan pikirannya tersita. Ia berpindah dari satu hutan ke hutan lainnya.
Perjuangan Kartosoewirjo yang terus bergerilya, berpindah dari hutan satu ke hutan lainnya, membuat kondisi kesehatannya memburuk.
Pun begitu, dalam foto-foto lainnya, tak terlihat sedikit pun kegelisahan di wajahnya. Ketika ia bertemu dengan keluarganya dalam makan siang terakhir, Kartosoewirjo selalu terlihat tenang.
Begitu juga dengan istri dan anak-anaknya—yang walaupun sudah tahu bahwa suami dan ayahnya akan dieksekusi mati, tidak tampak sedih ataupun ketakutan. “Rawatlah ibu dan jangan takut mati,” demikian pesan Kartosoewirjo kepada anak-anaknya. [sa/pizaro/islampos]
Sumber
========================================================================
Kartosoewirjo, Bersekolah di HIS & Pelaku Sumpah Pemuda
Soempah PemoedaPertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoewa
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
islampos.com—SIAPA yang menyangka bahwa Kartosoewirjo, sosok yang diklaim sebagai penjahat kemerdekaan itu, ikut terlibat dalam gelegar momen Sumpah Pemuda. Demikian ditulis olehFadli Zon dalam bukunya ‘Hari Terakhir Kartosoewirjo’.
Kartosoewirjo merupakan anak dari seorang mantri candu di Cepu, Jawa Tengah. Maka tidak heran jika pria kelahiran 7 Februari 1905 merupakan salah satu anak Indonesia yang beruntung dapat mengenyam pendidikan Eropa waktu itu.
Ia bersekolah di HIS (Holland Inlandsche School) di Rembang, yang merupakan sekolahan elit khusus anak-anak Eropa totok (asli) dan Indo.
Setelah beranjak dewasa, Kartosoewirjo bersekolah di NIAS (Nederlands Indische Artsen School) atau sekolah dokter di Surabaya. Saat kuliah, Kartosoewirjo terlibat dalam berbagai organisasi pergerakan nasional. Salah satunya adalah Jong Java dan sempat menjadi ketua cabang Surabaya, dan Jong Islamieten Bond.
Pada 1927, Kartosoewirjo dianggap terlibat pergerakan politik dan dikeluarkan dari NIAS. Ia kemudian tinggal di rumah Tjokroaminoto, yang merupakan tokoh sentral pergerakan nasional, lantas menjadi guru politik sekaligus mentor Islamismenya.
Di Jakarta, ia semakin aktif dalam pergerakan dan menjadi pelaku sejarah Sumpah Pemuda. [sa/pizaro/islampos]
Sumber
Allahuakbar...,, berjuang mati,, diam juga bakal mati...!!! jadi lebih baik berjuang untuk islam mati nya pun syahid/mulia, dari pada diam, karna kalau kita diam kita hanya akan mati sia-sia... "kullu nafsin daaiqotul maut"
BalasHapusAllahuakbar...,, berjuang mati,, diam juga bakal mati...!!! jadi lebih baik berjuang untuk islam mati nya pun syahid/mulia, dari pada diam, karna kalau kita diam kita hanya akan mati sia-sia... "kullu nafsin daaiqotul maut"
BalasHapus