Meski
penggunaan kertas mulai menyusut di era digital ini, namun kertas telah
berjasa mengantarkan manusia memasuki zaman cyber. Jauh sebelum kertas
ditemukan, manusia kuno mengungkapkan perasaannya di atas batu dan
tulang belulang. Menulis di atas batu telah dilakukan bangsa Sumeria
sejak 3.000 tahun SM. Orang-orang Chaldea dari Babylonia Kuno menulis di tanah liat.
Bangsa
Romawi menggunakan perunggu untuk mencatat. Pada Abad ke-9 SM,
buku-buku besar tersusun dari lembaran-lembaran kayu telah dipakai
sebelum masa Homer. Masyarakat Mesir kuno, menggunakan papirus untuk
menulis dan menggambar. Papyrus sudah menyerupai kertas, dari kata itu
pula orang Barat mengenal paper (kertas).
Papirus
merupakan tanaman yang tinggi tangkainya mencapai 10 hingga 15 kaki.
Tangkainya berbentuk segi tiga secara bersilangan dan di sekeliling
dasarnya tumbuh beberapa daun yang berserabut pendek. Kertas orang Mesir
(papyrus) itu telah berkembang dengan pesat pada abad ke-3 SM hingga 5
SM. Penggunaan papyrus mulai terkikis ketika bangsa Mesir mulai beralih
ke kulit binatang.
Kali
pertama, kertas ditemukan di Cina pada era kekuasaan Kaisar Ho-Ti dari
Dinasti Han. Konon, menurut sejarah lama Cina, cikal-bakal pembuatan
kertas mulai dikembangkan seorang pejabat pemerintah bernama Ts’ai Lun
pada tahun 105 M. Meski begitu, banyak pula yang meragukan Ts’ai Lun
sebagai penemu kertas.
”Meski
dokumen-dokumen sejarah lama Cina secara hati-hati dan eksplisit
menyebut Ts’ai Lun sebagai penemu kertas. Namun, pastinya ide dan produk
kertas tak muncul secara serta merta,” papar Sukey Hughes dalam buku
Washi The World of Japanese Paper. Terlebih, peradaban Cina sudah mulai
mengenal kertas sejak tahun 100 SM. Kertas yang dibuat Tsiau Lun berasal
dari kulit pohon murbei.
Selain peradaban Cina, konon bangsa India
pun pada tahun 400 M sudah mulai mengenal kertas. Lalu sejak kapan
peradaban Islam mulai akrab dengan kertas? Menurut Sardar, pertama kali
kertas diperkenalkan ke dunia Islam pada abad ke-8 M di Samarkand, Irak.
Teknologi industri kertas mulai berkembang pesat di dunia Islam,
setelah terjadinya Pertempuran Talas pada 751 M.
Kaum Muslim berhasil menawan orang Cina yang ulung membuat kertas. ”Para
tahanan itu segera diberi fasilitas untuk memperlihatkan keterampilan
mereka,” papar Sardar. Sayangnya, proses pembuatan kertas yang
diperkenalkan orang-orang Cina itu tak bisa dilajutkan, lantaran tak ada
kulit pohon murbei di negeri Islam.
Para
sarjana Muslim pun memutar otak. Sebuah terobosan spektakuler akhirnya
tercipta. Mereka memperkenalkan penemuan baru dan inovasi yang mengubah
keterampilan membuat kertas menjadi sebuah industri. Kulit pohon murbei
diganti dengan pohon linen, kapas, dan serat.
Selain
itu, para sarjana Islam pun memperkenalkan bambu yang digunakan untuk
mengeringkan lembaran kertas basah dan memindahkan kertas ketika masih
lembab. Inovasi lainnnya proses permentasi untuk mempercepat pemotongan
linen dan serat dengan menambahkan pemutih atau bahan kimiawi lainnya.
Proses
pembuatan kertas juga menggunakan palu penempa besar untuk menggiling
bahan-bahan yang akan dihaluskan. Awalnya, proses ini melibatkan para
pekerja ahli. Namun, seiring ditemukannya kincir air di Jativa, Spanyol
pada 1151 M, palu penempa tak lagi digerakkan tenaga manusia. Sejak itu
penggilingan bahan-bahan menggunakan tenaga air.
Tak
lama kemudian, orang-orang Muslim memperkenalkan proses pemotongan
kertas dengan kanji gandum. Proses ini mampu menghasilkan permukaan
kertas yang cocok untuk ditulis dengan tinta. Sejak saat itu, industri
kertas menyebar dengan cepat ke negeri-negeri Muslim.
Percetakan kertas pertama di Baghdad
didirikan pada tahun 793 M, era Khalifah Harun Al-Rasyid dari Daulah
Abbasiyah. Setelah itu, pabrik-pabrik kertas segera bermunculan di
Damskus, Tiberia, Tripoli, Kairo, Fez, Sicilia Islam, Jativa, Valencia,
dan berbagai belahan dunia Islam lainnya.
Wazir
Dinasti Abbasiyah, Ja’far Ibnu Yahya, mulai mengganti parkemen dengan
kertas di kantor-kantor pemerintahan. Pada abad ke-10, berdiri pabrik
kertas yang mengapung di Sungai Tigris. Kertas pun begitu populer di dunia Islam dari India sampai Spanyol.
Saking populernya kertas, seorang petualang Persia
pada 1040 mencatat: Di Kairo para pedagang sayuran dan rempah-rempah
sudah menggunakan kertas untuk membungkus semua dagangannya. Padahal,
pada saat itu Eropa sama sekali belum mengenal kertas. Eropa yang tengah
dicengkram kegelapan masih memakai parkemen.
Orang
Barat baru mengenal kertas beberapa ratus tahun setelah orang Muslim
menggunakannya. Pabrik kertas pertama di Eropa dibangun pada 1276 M di
Fabrino, Italia. Seabad kemudian, berdiri pabrik kertas di Nuremberg
Jerman. Barat mempelajari tata cara membuat kertas, setelah Kristen
menginvasi Spanyol Islam. Setelah kejayaan Islam redup, Barat akhirnya
mendominasi industri kertas.
Kertas dan Revolusi Budaya
”Produksi
kertas tak hanya memberi rangsangan luar biasa untuk menuntut ilmu,
tetapi membuat harga buku semakin murah dan mudah diperoleh. Hasil
akhirnya adalah revolusi budaya,” cetus Cendekiawan Muslim, Ziauddin
Sardar.
Menurut
dia, produksi buku dalam skala yang tak pernah terjadi sebelumnya
membuat konsep ilmu bertransformasi menjadi sebuah praktik yang
benar-benar distributif.
Bermunculannya
industri kertas pada era kejayaan Islam juga telah melahirkan sejumlah
profesi baru. Salah satunya adalah warraq. Mereka menjual kertas dan
berperan sebagai agen. Selain itu, warraqin juga bekerja sebagai penulis
yang menyalin berbagai manuskrip yang dipesan para pelanggannya. Mereka
juga menjual buku dan membuka toko buku.
Menurut
Sardar, sebagai agen, warraqin juga sering membuat sendiri kertas untuk
mencetak buku. Sebagai penjual buku, warraqin mengatur segalanya, mulai
dari mendirikan kios di pinggir jalan hingga toko-toko besar yang
nyaman jauh dari debu-debu pasar. Kios-kios buku itu umumnya berdiri di
jantung kota-kota besar, seperti Baghdad, Damskus, kairo, Granada, dan Fez.
Seorang sarjana Muslim, Al-Yaqubi dalam catatannya mengungkapkan pada abad ke-9, di pinggiran kota Baghdad
terdapat tak kurang dari 100 kios buku. Di toko-toko buku besar, kerap
berlangsung diskusi informal membedah buku. Acara itu dihadiri para
penulis dan pemikir terkemuka.
Sardar
menuturkan, salah satu toko buku terkemuka dalam sejarah Islam adalah
milik Al-Nadim (wafat 990 M). Dia adalah seorang kolektor buku pada abad
ke-10. Toko buku Al-Nadim di Baghdad dipenuhi ribuan manuskrip dan
dikenal sebagai tempat pertemuan para pemikir, penyair terkemuka pada
masanya. Katalog buku-buku yang terdapat di tokonya Al-Fihrist Al-Nadim
dilengkapi dengan catatan kritis. Katalog itu dikenal sebagai
ensiklopedia kebudayaan Islam abad pertengahan.
Industri
penerbitan yang dipelopori warraqin dilakukan dengan sistem kerja sama
antara penulis dengan penerbit. Seorang penulis yang ingin menerbitkan
bukunya bisa menyampaikan keinginannya secara publik atau menghubungi
satu atau dua warraqin. Buku tersebut nantinya akan ‘diterbitkan’ di
sebuah masjid atau di toko buku terkenal.
Selama
masa yang ditentukan, setiap harinya penulis buku itu akan mendiktekan
isi bukunya. Setiap orang boleh menghadiri acara itu. Biasanya, para
pelajar dan sarjana berkerumun menyimak acara penting itu. Para penulis biasanya menegaskan bahwa hanya warraqin saja yang boleh menulis bukunya.
Ketika
buku selesai ditulis, manuskrip tangan akan diperiksa dan diperbaiki
penulisnya. Setelah sepakat, buku akan diterbitkan dan dijual kepada
pembaca. Sesuai kesepakatan, penulis akan mendapat royalti dari
warraqin. Tumbuh suburnya industri penerbitan membuat gairah membaca
masyarakat Muslim begitu tinggi.
Untuk
menampung buku-buku yang terus terbit, dibangunlah
perpustakaan-perpustakaan. Salah satu perpustakaan terkemuka adalah
Baitul Hikmah yang dibangun Khalifah Harun Al-Rasyid di kota Baghdad.
Perjalanan Industri Kertas
3000 SM: Orang mesir, Romawi dan Yunani kuno menggunakan papirus sebagai media untuk menulis.
105 M: Seorang pejabat Cina bernama Ts’ai Lun dari Dinasti Han pafa masa kepemimpinan Kaisar Ho Ti memproduksi kertas dari kulit pohon murbei. Teknologinya masih sederhana.
400 M: Peradaban India juga sudah mengenal kertas.
610 M: Pembuatan kertas sudah menyebar ke Jepang melalui Korea dari Cina.
751 M: Dunia Islam mulai mengembangkan industri kertas, setelah memenangkan Perang Talas. Pada era itulah industri pertama kertas di dunia dibangun.
900 M: Kertas menyebar ke Mesir menggantikan papirus.
1000 M: Penggunaan kertas menyebar ke Marroko.
1200 M: Industri kertas menyebar ke Spanyol dan Sicilia.
1221 M: Pasukan Kristen menguasai Spanyol Islam dan mulai belajar membuat kertas.
1300 M: Orang-orang Italia memperbaiki teknik membuat kertas yang dikembangkan Arab.
1400 M: Arab mengekspor kertas ke Eropa.
1450-55: Johann Gutenberg mencetak bible.
1491 M: Orang Polandia mulai membuat kertas.
1567 M: Rusia memproduksi kertas.
1690 M: William Rittenhouse memproduksi kertas di Philadelphia, AS.
1854 M: Formula bubur kertas (pulp) dipatenkan.
1860 M: Bubur kertas kain diganti dengan bubur kertas kayu.
(heri ruslan; republika Senin, 10 Maret 2008 ) 105 M: Seorang pejabat Cina bernama Ts’ai Lun dari Dinasti Han pafa masa kepemimpinan Kaisar Ho Ti memproduksi kertas dari kulit pohon murbei. Teknologinya masih sederhana.
400 M: Peradaban India juga sudah mengenal kertas.
610 M: Pembuatan kertas sudah menyebar ke Jepang melalui Korea dari Cina.
751 M: Dunia Islam mulai mengembangkan industri kertas, setelah memenangkan Perang Talas. Pada era itulah industri pertama kertas di dunia dibangun.
900 M: Kertas menyebar ke Mesir menggantikan papirus.
1000 M: Penggunaan kertas menyebar ke Marroko.
1200 M: Industri kertas menyebar ke Spanyol dan Sicilia.
1221 M: Pasukan Kristen menguasai Spanyol Islam dan mulai belajar membuat kertas.
1300 M: Orang-orang Italia memperbaiki teknik membuat kertas yang dikembangkan Arab.
1400 M: Arab mengekspor kertas ke Eropa.
1450-55: Johann Gutenberg mencetak bible.
1491 M: Orang Polandia mulai membuat kertas.
1567 M: Rusia memproduksi kertas.
1690 M: William Rittenhouse memproduksi kertas di Philadelphia, AS.
1854 M: Formula bubur kertas (pulp) dipatenkan.
1860 M: Bubur kertas kain diganti dengan bubur kertas kayu.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar