Hudzaifah Ibnul Yaman lahir di rumah tangga Muslim, dipelihara dan
dibesarkan dalam pangkuan kedua orang tuanya yang telah memeluk agama
Allah, sebagai rombongan pertama.
Oleh sebab itu, Hudzaifah
telah Islam sebelum dia bertemu muka dengan Rasulullah. Setelah
Rasulullah hijrah ke Madinah, Hudzaifah selalu mendampingi beliau
bagaikan seorang kekasih. Hudzaifah turut bersama-sama dalam setiap
peperangan yang dipimpinnya, kecuali dalam Perang Badar.
Dalam
Perang Uhud, Hudzaifah ikut memerangi kaum kafir bersama dengan ayahnya,
Al-Yaman. Dalam perang itu, Hudzaifah mendapat cobaan besar. Dia pulang
dengan selamat, tetapi bapaknya syahid oleh pedang kaum Muslimin
sendiri, bukan kaum musyrikin. Kaum Muslimin tidak mengetahui jika
Al-Yaman adalah bagian dari mereka, sehingga mereka membunuhnya dalam
perang.
Rasulullah menilai dalam pribadi Hudzaifah Ibnul Yaman
terdapat tiga keistimewaan yang menonjol. Pertama, cerdas, sehingga dia
dapat meloloskan diri dalam situasi yang serba sulit. Kedua, cepat
tanggap, berpikir cepat, tepat dan jitu, yang dapat dilakukannya setiap
diperlukan. Ketiga, cermat memegang rahasia, dan berdisiplin tinggi,
sehingga tidak seorang pun dapat mengorek yang dirahasiakannya.
Kesulitan
terbesar yang dihadapi kaum Muslimin di Madinah ialah kehadiran kaum
Yahudi munafik dan sekutu mereka, yang selalu membuat isu-isu dan
muslihat jahat. Untuk menghadapi kesulitan ini, Rasulullah memercayakan
suatu yang sangat rahasia kepada Hudzaifah Ibnul Yaman—dengan memberikan
daftar nama orang munafik itu kepadanya. Itulah suatu rahasia yang
tidak pernah bocor kepada siapa pun hingga sekarang.
Dengan
memercayakan hal yang sangat rahasia itu, Rasulullah menugaskan
Hudzaifah memonitor setiap gerak-gerik dan kegiatan mereka, untuk
mencegah bahaya yang mungkin dilontarkan mereka terhadap Islam dan kaum
Muslimin. Karena inilah, Hudzaifah Ibnul Yaman digelari oleh para
sahabat dengan "Shahibu Sirri Rasulullah (Pemegang Rahasia Rasulullah).
Pada
puncak Perang Khandaq, Rasulullah memerintahkan Hudzaifah melaksanakan
suatu tugas yang amat berbahaya. Beliau mengutus Hudzaifah ke jantung
pertahanan musuh, dalam kegelapan malam yang hitam pekat.
"Ada
beberapa peristiwa yang dialami musuh. Pergilah engkau ke sana dengan
sembunyi-sembunyi untuk mendapatkan data-data yang pasti. Dan laporkan
kepadaku segera!" perintah beliau.
Hudzaifah pun bangun dan
berangkat dengan takutan dan menahan dingin yang sangat menusuk. Maka,
Rasulullah berdoa, "Ya Allah, lindungilah dia, dari depan, dari
belakang, kanan, kiri, atas, dan dari bawah."
"Demi Allah,
sesudah Rasulullah selesai berdoa, ketakutan yang menghantui dalam
dadaku dan kedinginan yang menusuk-nusuk tubuhku hilang seketika,
sehingga aku merasa segar dan perkasa," tutur Hudzaifah.
Tatkala
ia memalingkan diri dari Rasulullah, beliau memanggilnya dan berkata,
"Hai Hudzaifah, sekali-kali jangan melakukan tindakan yang mencurigakan
mereka sampai tugasmu selesai, dan kembali kepadaku!"
"Saya siap, ya Rasulullah," jawab Hudzaifah.
Hudzaifah
pun pergi dengan sembunyi-sembunyi dan hati-hati sekali, dalam
kegelapan malam yang hitam kelam. Ia berhasil menyusup ke jantung
pertahanan musuh dengan berlagak seolah-olah anggota pasukan mereka.
Belum lama berada di tengah-tengah mereka, tiba-tiba terdengar Abu
Sufyan memberi komando.
"Hai, pasukan Quraisy, dengarkan aku
berbicara kepada kamu sekalian. Aku sangat khawatir, hendaknya
pembicaraanku ini jangan sampai terdengar oleh Muhammad. Karena itu,
telitilah lebih dahulu setiap orang yang berada di samping kalian
masing-masing!"
Mendengar ucapan Abu Sufyan, Hudzaifah segera memegang tangan orang yang di sampingnya seraya bertanya, "Siapa kamu?"
Jawabnya, "Aku si Fulan, anak si Fulan."
Sesudah
dirasanya aman, Abu Sufyan melanjutkan bicaranya, "Hai, pasukan
Quraisy. Demi Tuhan, sesungguhnya kita tidak dapat bertahan di sini
lebih lama lagi. Hewan-hewan kendaraan kita telah banyak yang mati. Bani
Quraizhah berkhianat meninggalkan kita. Angin topan menyerang kita
dengan ganas seperti kalian rasakan. Karena itu, berangkatlah kalian
sekarang dan tinggalkan tempat ini. Sesungguhnya aku sendiri akan
berangkat."
Selesai berkata demikian, Abu Sufyan kemudian
mendekati untanya, melepaskan tali penambat, lalu dinaiki dan
dipukulnya. Unta itu bangun dan Abu Sufyan langsung berangkat.
Seandainya Rasulullah tidak melarangnya melakukan suatu tindakan di luar
perintah sebelum datang melapor kepada beliau, tentu ia akan membunuh
Abu Sufyan dengan pedangnya.
Hudzaifah Ibnul Yaman sangat cermat
dan teguh memegang segala rahasia mengenai orang-orang munafik selama
hidupnya, sampai kepada seorang khalifah sekali pun. Bahkan Khalifah
Umar bin Khathtab, jika ada orang Muslim yang meninggal, dia bertanya,
"Apakah Hudzaifah turut menyalatkan jenazah orang itu?" Jika mereka
menjawab, "Ada," Umar turut menyalatkannya.
Suatu ketika, Khalifah Umar pernah bertanya kepada Hudzaifah dengan cerdik, "Adakah di antara pegawai-pegawaiku orang munafik?"
"Ada seorang," jawab Hudzaifah.
"Tolong tunjukkan kepadaku siapa?" kata Umar.
Hudzaifah menjawab, "Maaf Khalifah, saya dilarang Rasulullah mengatakannya."
Walau
demikian, amat sedikit orang yang mengetahui bahwa Hudzaifah Ibnul
Yaman sesungguhnya adalah pahlawan penakluk Nahawand, Dainawar,
Hamadzan, dan Rai. Dia membebaskan kota-kota tersebut bagi kaum Muslimin
dari genggaman kekuasaan Persia. Hudzaifah juga termasuk tokoh yang
memprakarsai keseragaman mushaf Alquran, sesudah kitabullah itu beraneka
ragam coraknya di tangan kaum Muslimin.
Ketika Hudzaifah sakit
keras menjelang ajalnya tiba, beberapa orang sahabat datang
mengunjunginya pada tengah malam. Hudzaifah bertanya kepada
mereka,"Pukul berapa sekarang?"
Mereka menjawab, "Sudah dekat Subuh."
Hudzaifah berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari Subuh yang menyebabkan aku masuk neraka."
Ia bertanya kembali, "Adakah kalian membawa kafan?"
Mereka menjawab, "Ada."
Hudzaifah
berkata, "Tidak perlu kafan yang mahal. Jika diriku baik dalam
penilaian Allah, Dia akan menggantinya untukku dengan kafan yang lebih
baik. Dan jika aku tidak baik dalam pandangan Allah, Dia akan
menanggalkan kafan itu dari tubuhku."
Sesudah itu dia berdoa
kepada Allah, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu, aku lebih suka fakir
daripada kaya, aku lebih suka sederhana daripada mewah, aku lebih suka
mati daripada hidup."
Sesudah berdoa demikian, ruhnya pun pergi
menghadap Ilahi. Seorang kekasih Allah kembali kepada Allah dalam
kerinduan. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya.
Sumber
Jumat, 17 Januari 2014
Filled Under:
PARA SAHABAT NABI SAW
Hudzaifah Ibnul Yaman, Pemegang Rahasia Rasulullah
Posted By:
Unknown
on 22.56
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar