Masa kini mayoritas penduduk wilayah Palestina-Israel terdiri dari
orang-orang Arab. Di dalam sejarah Timur Tengah ditemukan
istilah-istilah Arab Yahudi, Arab Kristen dan Arab Muslim. Proses
Arabisasi kebudayaan dan bahasa di wilayah itu telah mulai dari tahun
638M, dan berangsur-angsur terjadi selama 1360 tahun. Walaupun proses
itu sering disamakan dengan proses Islamisasi hal itu tidak tentu benar.
Arabisasi terutama adalah berkaitan dengan kebudayaan dan bahasa namun
dampak perkembangan Islam juga merupakan suatu pengaruh yang sangat
besar.
Dalam bukunya, “Arab and Jew in the Land of Canaan”
dijelaskan oleh Ilene Beatty bahwa ada pelbagai suku bangsa yang datang
di Kanaan dan mereka “merupakan tambahan, kelompok-kelompok yang
dicangkokkan pada pohon silsilah penduduk Palestina. Para penyerbu Arab
di abad ke-7M telah mengislamkan sebagian besar penduduk asli dan sejak
itu telah bermukim sebagai penduduk, dan kawin-campur dengan penduduk
asli sehingga semua orang di sana kemudian mengalami Arabisasi sampai
kita tidak dapat menyatakan kapan peradaban Kanaan berakhir dan kapan
peradaban Arab mulai.”
Orang-orang Yahudi dibagikan antara
Yahudi Arab, Yahudi Eropa, Yahudi Asia dan Yahudi Afrika. Kenapa ada
sekelompok yang disebut ’Yahudi Arab’? Ini terjadi karena di sepanjang
sejarah Timur Tengah ada sejumlah besar orang Yahudi yang mengalami
Arabisasi bahasa dan kebudayaan walaupun mayoritas orang Yahudi tidak
menjadi penganut agama Islam.
Kemenangan dan Pemerintahan Arab di Israel (635M-638M)
Sesudah
kematian Muhammad, Islam telah mulai berekspansi ke negara-negara yang
lain dengan tujuan akhir, menggenapi seruan jihadnya untuk menghancurkan
kekuasaan Kerajaan Bizantium dan Kekristenan dan merebut kota
Konstantinopel. Tentara-tentara jihad telah masuk dan menguasai kota
Yerusalem sekitar tahun 635-638. Namun pada masa itu kota Yerusalem
lebih dikenal dengan nama Romawi, Aelia, sampai abad ke-10 ketika diberi
nama bahasa Arab, al-Quds (Kota Kudus). Wilayah Yerusalem ataupun
wilayah Palestina-Israel tidak pernah dipimpin bangsa-bangsa Arab
sebagai sebuah ’bangsa’. Ketua Delegasi Syria di Konferensi Perdamaian
Paris, Februari 1919 mengatakan: "Satu-satunya dominasi Arab sejak
dikuasai pada tahun 635M hanya bertahan, pada dasarnya, 22 tahun".
Wilayah
it hanya didominasi secara "politik" saja sehingga dapat dikatakan
bahwa orang-orang Yahudi “kehilangan tanahnya”, karena tidak pernah
mereka meninggalkannya sehingga kosong secara fisik, ataupun
meninggalkan klaimnya atas wilayah itu sebagai bangsanya.
Selanjutnya
kota Yerusalem adalah kota kudus untuk tiga agama keturunan Abraham
(Yahudi, Kristen dan Islam). Waktu tentara-tentara Arab mengambil alih
kota Yerusalem, mereka telah menduduki lokasi-lokasi sakral yang telah
menjadi tujuan ziarah Kristen dan Yahudi. Mulai dari waktu itu sudah
ditanam benih-benih konflik tentang hak milik semua lokasi sakral yang
kemudian diperebutkan umat Kristiani selama Perang Salib bahkan sampai
masa kini oleh kaum Yahudi, khususnya Bukit Moria, tempat Abraham
mempersembahkan anaknya kepada Tuhan, yang juga adalah lokasi Bait Suci
Solomo dan hari ini lokasi Quba Emas dan Mesjid Al-Aqsa.
Membangun Mesjid Umar, atau Quba Emas
Umar
(kalif pertama), waktu tiba di Yerusalem meminta agar diantar ke Bukit
Bait Suci, suatu pengakuan bahwa agama Islam menerima dan mengakui
tradisi para nabi Ibrani. Setelah mencapai puncak Bukit itu, Kalif Umar
merasa mual melihat daerah itu telah menjadi daerah pembuangan sampah
oleh orang-orang Kristen sebagai penghinaannya terhadap agama
orang-orang Yahudi. Umar, karena telah menghormati orang-orang Yahudi,
telah memberi perintah agar lokasi itu dibersihkan. Tindakan tersebut
menjadi langkah pertama untuk mempersiapkan lokasi sakral Yahudi menjadi
lokasi ibadah Muslim.
Pada awal zaman Arab, mayoritas penduduk
Yerusalem beragama Kristen. Konstruksi Dome of the Rock, Quba Emas itu,
pada tahun 691, gedung sakral Muslim pertama di Israel, bertujuan
menyaingi Gereja Makam Kudus. Baik Quba Emas, yaitu Dome of the Rock dan
Gereja Makam Kudus dibangun berdasarkan gambar bentuk dan ukuran yang
sama, tetapi Dome of the Rock dihiasi dengan ayat-ayat anti
Ketritunggalan Allah dari Al-Qur’an. Awalnya, orang-orang Muslim seperti
yang dilakukan orang-orang Yahudi di Arab Saudi, telah menghadap ke
Yerusalem waktu berdoa. Namun, pada waktu orang-orang Yahudi yang adalah
mayoritas penduduk Medina telah menolak kerja sama secara agama dan
politik dengan umat Islam bahkan menolak klaim kenabian Muhammad, maka
ada pewahyuan baru yang turun dari Allah yang memerintahkannya
memindahkan arah doa, kiblat, dari Yerusalem ke Mekka (John L. Esposito;
Islam: the Straight Path; Oxford University Press: New York, 1991;
hal.16).
Quba Emas dibangun di atas lokasi Bait Suci Herodes dan
dekat dengan Tembok Ratapan, satu-satunya bagian dekat Bait Suci Solomo
yang masih ada. Ajaran tradisi-tradisi Islam menunjukkan bukit batu
kudus itu sebagai tempat awal kenaikan Muhammad ke Surga untuk menerima
pewahyuan akhir Allah dalam bahasa Arab.
Dalam membangun Quba
Emas, para pemimpin Arab di Palestina telah menyampaikan respek mereka
untuk kota Yerusalem, sebagai kota para nabi dari Abraham ke Musa ke
Yesus, dan berakhir dengan Muhammad, “meterai para nabi.” Quba Emas
adalah monumen Islam tertua di dunia dan untuk kebanyakan orang adalah
yang terhebat. Pembangunan Quba Emas telah menjadi simbol kemenangan
Islam atas agama Yahudi, agama Kristen, dan rasa tidak aman umat Islam
di dalam sebuah kota yang mayoritas Kristen sampai Salah al-Din mengusir
para Laskar Salib dari Yerusalem pada tahun 1187. Dalam membuat Quba
Emas sebagai kopian Gereja Makam Kudus yang lebih tinggi dan lebih mulia
agar menjadi saksi nyata kepada semua orang Yahudi dan Kristen, tentang
kuasa dan keabadian agama Islam di Kota Kudus (Idinopulos, Thomas A.;
Jerusalem Blessed, Jerusalem Cursed; Ivan R. Dee: Chicago; 1991; pg.
207).
Kalif Umar juga telah memenuhi aspirasi umat Yahudi dengan
menolak permintaan para pemimpin Gereja untuk menolak izin untuk
orang-orang Yahudi memasuki kota Yerusalem. Kebencian umat Kristen
terhadap orang Yahudi di zaman itu sangat kuat karena umat Yahudi
dianggap pembunuh Mesias. Pada tahun 638, setelah hampir 500 tahun
orang-orang Yahudi dilarang masuk Yerusalem, maka komunitas Yahudi
diizinkan lagi masuk dan tinggal di Yerusalem. Lalu sebagian kota
Yerusalem dibangun kembali oleh masyarakat Yahudi di kota Solomo dan
kota Daud (Idinopulos, Thomas A.; Jerusalem Blessed, Jerusalem Cursed;
Ivan R. Dee: Chicago; 1991; pg. 214).
Orang Yahudi di Palestina-Israel di sepanjang zaman
Di
balik propaganda bahwa orang-orang Yahudi setelah 1900 tahun
meninggalkan tanah itu dan hanya belakangan “kembali lagi” ke
Palestina-Israel dan menemukan tanah itu sekarang diduduki "Arab
Palestina" adalah asumsi yang tidak benar. Walaupun mayoritas orang
Israel telah mengungsi dari daerah Palestina-Israel, fakta sejarah
menunjukkan bahwa ada seratus ribu orang Yahudi yang tidak pernah
meninggalkan daerah itu bahkan ada banyak orang Yahudi yang menjadi
penduduk di bangsa-bangsa lain di kawasan itu, seperti di Syria, Arab
Saudi, Mesir, Yaman, Irak, Iran, Turki dan Etiopia, selain yang
mengungsi ke Eropa dan Afrika (Palestine Royal Commission Report
(London, 1937), pp. 2-5, 7, 9, khususnya hal. 11, para. 23).
James
Parkes, seorang ahli tentang hubungan Yahudi/non-Yahudi di Timur Tengah
telah menganalisa “hak milik tanah” masyarakat Yahudi sebelum tahun
1948 dalam bukunya Whose Land? A History of the Peoples of Palestine
(Harmondsworth, Middlesex, Great Britain: Penguin Books, 1970, p.
26,31,266). Diungkapkannya bahwa ternyata sejarah orang Yahudi setelah
perlawanan Bar-Cochba di Masada tidak berakhir tetapi mereka telah
mempertahankan eksistensi mereka di sepanjang sejarah walaupun ada
banyak perlawanan terhadap kehadiran mereka secara fisik dan rohani di
tanah tersebut, bahkan mereka tidak pernah menyerahkan klaim dan hak
milik mereka yang dimilikinya sejak zaman eksodus (keluaran) dari Mesir
dan masuknya Kanaan sekitar tahun 1500 sM.
Pada tahun 438M
orang-orang Yahudi dari Galilea dengan optimis mendeklarasikan bahwa,
"masa pembuangan kami sudah berakhir" ketika Ratu Eudokia mengizinkan
orang Yahudi berdoa di lokasi Bait Suci, tetapi tak lama kemudian mereka
dibuang kembali dari Yerusalem (Avraham Yaari, Igrot Eretz Yisrael (Tel
Aviv, 1943), p. 46).
Penemuan arkeologi telah membuktikan bahwa
orang-orang Yahudi telah menyambut dengan senang bahkan bergabung
dengan tentara Persia pada tahun 614M dan "telah mengalahkan pasukan
Byzantium, penjaga Yerusalem," dan telah menguasai kota itu selama lima
tahun (A. MaIamat, H. Tadmor, M. Stern, S. Safrai, Toledot Am Yisrael
Bi'mei Kedem (Tel Aviv, 1969), p. 348, dikutip oleh Katz, Battleground,
p. 88). Dua dekade kemudian, tahun 635-638, waktu tentara Arab masuk
ternyata orang-orang Yahudi “telah menderita intoleransi dan kekerasan
rejim Kristen selama tiga abad.” (Parkes, Whose Land? p. 72.) Karena
itu, harapan orang-orang Yahudi adalah mereka menjadi bebas dari
dominasi rejim Kristen sehingga mereka menyambut tentara Arab sebagai
tentara pemerdeka.
Tentara Arab Muslim yang masuk Yerusalem pada
abad ke-7 telah menemukan masyarakat Yahudi yang sangat nyata. Pada
waktu itu, "kita memiliki bukti bahwa orang-orang Yahudi telah tinggal
di berbagai sudut bangsa itu dan di kedua tepi Sungai Yordan, dan bahwa
mereka mendiami baik kota-kota dan desa-desa, dengan tetap melakukan
perkebunan dan berbagai kerajinan tangan." Sejumlah orang Yahudi juga
telah tinggal di Lydda dan Ramle.”Masyarakat besar dan penting”
orang-orang Yahudi telah tinggal juga di "Askalon, Kaesaria dan lebih
lagi di Gaza, yang dijadikan sejenis Ibu Kota setelah mereka diusir dari
Yerusalem."( Parkes, Whose Land? P.72 dan A Mediterranean Society, 3
vols. Berkeley, Los Angeles, London, 1971, vol. 2, p. 61).
Al-Waqidy,
ahli sejarah Arab abad ke-9 mengatakan bahwa Yerikho juga punya
masyarakat Yahudi. Pada abad ke-7 ada juga bukti masyarakat Yahudi di
Yerikho (Itzhak Ben-Zvi, The Exiled and the Redeemed, Philadelphia,
1961, p. 146). Al-Waqidy yang datang dari Medina, dan telah mengunjungi
Khaibar tak lama setelah terjadi suatu tragedi pembantaian Yahudi di
situ pada abad ke-9. Dia mengatakan bahwa masyarakat Yahudi di Khaibar
adalah mereka yang telah diusir dari Medina, dan sejak waktu itu
orang-orang Yahudi tidak pernah lagi diizinkan tinggal di Medina.
Dasarnya adalah implementasi dekrit Muhammad oleh Kalif Omar, “Jangan
mengizinkan dua agama berada di Semenanjung Arabia” (Ibid., hal. 146).
Masyarakat Yahudi yang pada waktu itu bergabung dengan Islam diizinkan
tinggal di Medina sampai abad ke-13 (Dikutip dari Sheikh Abd Allah Al
Meshad, dalam D.F. Green, ed., Arab Theologians on Jews and Israel
(Geneva, 197 1), p. 22).
Zaman Khilafah Umayyad dan Abbasid
Khilafah
Umayyad, telah meluas di seluruh Timur Tengah. Spanyol, Portugal bahkan
sampai ke perbatasan Perancis dan India. Memang abad ke-7 dan ke-8
telah menyaksikan kemajuan teratorial Islam yang memulai zaman emas
Islam dalam berbagai bidang. Kemajuannya telah melihat Syria jatuh pada
tahun 634, Yerusalem 638, Mesir 638, Persia (Iran) 640, Afrika Utara
689, Portugal dan Spanyol 711 sampai Khilafah Umayyad diganti dengan
Khilafah Abbasid pada tahun 750.
Setelah Khilafah Abbasid
berkuasa di wilayah Palestina-Israel, peranan kota Yeruslem menurun
drastis. Damaskus yang adalah ibu kotanya Khilafah Umayyad lalu Bagdad
menjadi ibu kota Khilafah Abbasid. Daerah Palestina-Israel tidak lagi
menjadi perhatian besar para sejarawan sampai muncul Perang Salib yang
telah mulai tanggal 27 Nopember 1099. Masa Perang Salib itu akan dibahas
di dalam artikel berikut.
Akhirnya, di sepanjang sejarah, sejak
Israel menduduki wilayah Palestina di bawah pimpinan Yosua pada tahun
1500sM sampai masa jaya Islam di Timur Tengah tak pernah putus ada
masyarakat Yahudi yang tetap menduduki wilayah itu, telah mengklaimnya
sebagai Tanah Airnya, bahkan yang mengklaim mereka adalah korban
jajahan, dari zaman Asyur, Babelonia, Yunani, Romawi, Kristen Bizantin
bahkan sampai ke zaman Arab.
Sumber
Minggu, 06 April 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar