Oleh: Dr. Zainab Abdul Aziz
Philo of Alexandria (13-20 SM – 54 M)
Di antara komentar yang paling sengit dan kritis yang dialamatkan
kepada sejarah Kristen adalah hilangnya naskah dan sumber asli mereka.
Sangat disayangkan, tidak ada yang tersimpan selain salinan yang
dipenuhi dengan sabotase manusia, dan itu mencakup Injil, buku dan
warisan patriarki lama. Kami akan meniliti poin ini melalui studi
sejarahwan Yahudi klasik di masa-masa Kristen.
Philo adalah seorang filsuf terampil, lahir di masa rezim Herodit I,
dan memahami dengan baik informasi tentang bangsa Yahudi. Dia menulis
sekitar lima puluh tujuh buku yang di antaranya adalah The Age of
Pilatus. Dalam buku ini, jika dia ingin memasukkan sesuatu tentang
Yesus, maka kita akan menemukan banyak hal, namun dia tidak menyebut
Yesus sama sekali.
Ia berasal dari kalangan elit berpendidikan dan paling dihormati di
antara orang-orang seusianya. Ia dikenal subyektif dan jujur, dan ia
tidak pernah mengabaikan suatu kejadian, besar atau kecil, penting atau
tidak penting, berkaitan dengan apa yang ditulisnya. Dan itulah
metodenya ketika ia menulis tentang berbagai agama yang ada pada waktu
itu.
Yang jadi pertanyaan adalah, jika dia seperti ini, mengapa ia tidak
menyebutkan hal apapun tentang Yesus dan para rasul, terutama ketika
kita tahu, sebagaimana dinyatakan sumber resmi, bahwa Yesus dikenal
secara luas dan bahkan pernah mengembara hingga perbatasan Syria. Berita
tentang Yesus tersebar luas dimana mereka membawa orang-orang sakit
kepadanya untuk diobatinya.
Dia juga tidak menyebutkan apapun tentang penyalibannya, tidak
menyebutkan kebangkitannya dari kematian, dan tidak pula menyebutkan
sesuatu tentang orang mati yang datang kembali ke dunia dan berkeliaran
di sekitar kota. Sungguh, semua kejadian itu seharusnya disebutkan oleh
sejarawan kolosal yang cermat seperti Philo, yang tidak pernah diam
terhadap segala kejadian, baik kecil atau besar.
Telah diketahui dengan baik bahwa dia sebagai orang yang pemberani
melakukan perjalanan ke Roma untuk bertemu dengan raja untuk
berargumentasi mengenai orang-orang Yahudi yang menjadi korban dalam
penganiayaan berdarah di Alexandria (39). Dia diterima dengan hangat
walaupun permintaannya ditolak.
Sekembalinya ke Alexandria, kemudian ia menulis bahwa ia, cukup aneh,
tidak menyebutkan Yesus maupun denominasi kaum Kristen yang tinggal di
masa Abollonuis Altwany, yang dikatakan sebagai orang yang penting dan
sangat berpengaruh seperti Yesus.
Ia adalah murid Plato, yang mengeluarkan teori Logos atau yang secara
theologis dikenal sebagai ‘The Word’. Jadi, nanyak tentang ditulis hal
ini dan juga teori tentang hubungan Allah dengan dunia dengan semua
ketidak-sempurnaannya. Jadi, ia telah membuat entitas independen kalimat
yang menciptakan segala sesuatu dengannya, sebagaimana hal tersebut
diklaim, yang mencakup semua sifat-sifat ilahi dan bahwa semua makhluk
telah bersumber darinya dan Jesus sendiri berasal dari Tuhan—sebuah
konsep yang lebih milik permulaan Injil Yohanes ‘ (1) Pada mulanya
adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah. (1:1)
Konsep ‘The Word’ dikenal dalam filsafat dan ia tidak menambahkan apapun selain konsep inkarnasi yang diterima pada abad kedua.
Selain itu, imam Italia Legoy Katchiloly, yang akhirnya meninggalkan
keimaman, berkomentar tentang ini dengan berkata, ‘Philon merupakan
salah satu orang-orang Essene, meskipun ia tidak menyebutkan sesuatu
tentang Yesus dan Kristen, dan bahkan ia mengecualikan mereka sepenuhnya
dari sejarah pada periode antara 50 M. sampai 60 M. Sebagai tambahan,
bahkan ia tertarik terhadap Logos yang kemudian mengambil bentuk
spiritual, sehingga ia menolak ide penjelmaan kedua kedatangan Yesus.
Flavius Joseph (37-100 M)
Dia dilahirkan di 73 M. dalam keluarga Yahudi yang kaya dan ditunjuk
sebagai Gubernur di wiayah yang sekarang dikenal dengan nama Galilea
pada awal Revolusi 66. Ia memimpin perang melawan Roma, dan ditangkap
oleh Flavius Vespasian. Untuk menyelamatkan hidupnya, ia berbelok untuk
bekerja bagi kepentingan Roma dan menjadi intelijen mereka untuk
mengamati perang yang sedang berlangsung. Hal ini membantunya untuk
mendapatkan kewarganegaraan Roma, dan dengan ini dia tetap menjadi salah
satu sejarawan yang paling penting di masa itu.
Dengan jumlah yang begitu besat orang-orang Yahudi lama yang
menceritakan peristiwa masa Kejadian hingga ke waktu perang antara
Romawi dan Yahudi (66 M), kami hanya menemukan paragraf kecil yang
mengatakan, ‘Sekarang, Yesus telah muncul, manusia yang bijaksana, jika
memang dibenarkan untuk memanggilnya manusia, karena dia adalah seorang
yang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang mulia, guru bagi banyak orang,
sebagaimana ia menerima kebenaran dengan senang hati. Dia memikat banyak
orang, baik orang-orang Yahudi atau orang-orang Gentiles. Dia adalah
Kristus. Dan ketika Pilatus, sesuai usulan dari tetua di antara kami,
mengutuknya ke salib, maka orang-orang yang mencintainya sejak awal
tidak meninggalkannya, sebab ia akan muncul kepada mereka dalam keadaan
hidup kembali pada hari yang ketiga, sebagaimana yang diramalkan oleh
para utusan. Dan umat Kristen, yang nama mereka diambil dari namanya,
tidak punah pada hari itu.’
Namun dipastikan para ilmuwan menyepakati suatu fakta bahwa ini
hanyalah sebuah tambahan distorsif yang kemudian disisipkan, karena ia
tidak terdapat pada naskah terkuno buku ‘The Antiquities of Jews ‘ karya
Aourgeen di awal abad ketiga, di mana dia yakin bahwa Joseph menolak
untuk percaya kepada Yesus. Diketahui dengan baik bahwa dia sangat setia
kepada Yudaisme, dan ini terlihat jelas dalam autobiografi dan buku
yang ditulis Apion.
Imam Gelieh, yang juga pustakawan Santo Genfeif dan penerjemah
karya-karyanya (1756), mengatakan kontradiksi dan distorsi tersebut
sangat gamblang. Saya harus mengakui bahwa tulisan-tulisan tersebut
diubah dan dimodifikasi sehingga sebagiannya kontradiksi dengan sebagian
yang lain.
Roger Peytrignet mengafirmasi bahwa umat Kristen lebih dahulu
mendapati karya-karyanya setelah ia bergabung dengan Roma dan mereka
mendistorsinya sesuai dengan kemauan mereka (Jesus-Myth or Historical
person, hlm. 29)
Alfarek dan Koushou dalam bukunya ‘ The problem of Jesus and the
origin of Christianity ‘ menegaskan kemustahilan bahwa Joseph menulis
paragraf di atas karena jika dia berkata demikian, maka dia pasti telah
menjadi orang Kristen, tetapi diketahui bahwa dia adalah Yahudi Persia
dan itu sudah jelas.
Ada konsensus dari para penulis bahwa tambahan-tambahan ini secara
sengaja disisipkan dan, paragraf ini tidak selaras dengan seluruh
konteks yang berbicara tentang penderitaan-penderitaan yang dialami
masyarakat selama rezim Pelate. Jika paragraf ini dihapus, maka aliran
pembicaraan akan menjadi serasi.
Andre Vautier, dalam bukunya yang Mitos Yesus, mengatakan bahwa
Josephus menulis jumlah terjemahan tentang perang orang-orang Yahudi,
baik terjemahan dalam bahasa Aramaik atau translation. Tanggal
terjemahan Yunani kembali ke 79 M. dan tidak mempunyai referensi dalam
bagian pertama dan juga dari bagian no. 300 hingga no. 700. Konteks
mengalir dengan begitu lancar dan harmonis, dan dengan kata-kata yang
begitu sempurna. Sedangkan bagian yang kedua yang berkaitan dan
menceritakan peristiwa yang bertepatan dengan masa di mana Yesus hidup
berisi ungkapan-ungkapan yang sangat buruk. Bahkan isinya tidak
konsisten dan tidak harmonis. Ini merupakan bukti yang pasti bahwa
bagian ini telah tercemah oleh tulisan-tulisan orang Kristen.
Katanya, kita seharusnya tidak lupa bahwa para imam pada waktu itu
adalah orang yang bisa membaca dan menulis dan bahwa bagian-bagian yang
berbicara tentang Yesus dan Yohanes sang pembaptis itu telah diedit dari
salinan yang dibuat dari bahasa Yunani.
Jadi, Andre Vautier menyatakan secara tegas bahwa buku The war of the
Jews dan bagian ke-18 dalam buku Ancient Antiquities of the Jews yang
mencatat peristiwa abad pertama masehi termasuk bukti yang tak diragukan
lagi dan jelas mengenai perubahan dan sisipan, dan mengenai halaman
yang disispkan dan yang dihapus.
Pada bab ketiga dalam bukunya, Andre Vautier mengatakan bahwa kata
pengantar buku The Jews wars was against the Romans berisi out-line
Artikel buku. Sekarang buku, jika kita menelitinya, mengalami
penyimpangan secara massif dari rezim Augustus hingga tahun 12 rezim
Neiron. Misalnya, ada masa enam puluh tahun hilang, dan itu adalah
periode aktivitas Yesus dan Johanes sang pembaptis.
Benar-benar jelas bagi pembaca bahwa seorang laki-laki yang begitu
berhati-hati dan teliti seperti Josephus tidak bisa diam terhadap jeda
sejarah manusia ini, padahal ia merupakan periode yang mencakup berbagai
peristiwa konsekuensial historis. Sarjana yang jujur pasti akan mencaci
gereja yang sejak awalnya itu didasarkan pada kebijakan kecurangan,
sabotase, interpolasi dan distorsi.
Jadi Loegy Katxhyoly mengatakan: Gereja telah mengubah banyak
paragraf dalam karya-karya Josephus, dan menskenario pembakaran Roma
kebakaran di masa Neiron, hanya untuk menciptakan orang-orang yang rela
berkorban demi Essense dan Kristen. Cukup bagi kami untuk merujuk kepada
banyak distorsi yang dibuat Eusebius untuk bergeluar dengan keanehan
dari sumber sejarah Kristen dalam Kitab Suci, yang telah dicemari oleh
para sejarahwan sebagai penipu.
Guy Fau juga mengatakan dalam bukunya yang The Myth of Jesus bahwa
paragraf tentang Yesus pertama kali muncul di abad keempat dalam karya
Euseus, dan ia belum ditemukan namun dalam buku The Hebrew Antiquities
in the Age of Aourgene (185-254).
Sumber:
http://www.eramuslim.com/peradaban/quran-sunnah/kristen-dan-sejarah-lama-2.htm
Rabu, 12 Februari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar