Oleh: Fahmi Amhar
Miris mendengar bahwa di Suriah yang tengah bergolak, senjata kimia
telah disebarkan ke tengah-tengah penduduk. Senjata itu telah membantai
ribuan warga sipil – termasuk ribuan anak-anak, wanita dan lansia –dalam
waktu singkat. Gas syaraf yang terhirup orang-orang yang sedang tidur
di malam hari itu telah mematikan syaraf yang mengatur pernafasan,
sehingga korban seperti tercekik, dan akhirnya menemui ajalnya.
Andaikata para ilmuwan Islam di masa lalu mengetahui bahwa teknologi
yang dikembangkannya digunakan untuk tujuan laknat seperti itu, tentu
mereka akan menyesal, dan memusnahkan ilmu itu sebelum jatuh ke tangan
orang-orang durjana. Manusia tanpa iptek akan terjajah. Manusia tanpa
Islam akan menjajah. Hanya manusia yang dipimpin oleh Islam dan
menguasai iptek akan membebaskan dunia dari penjajahan.
Para ilmuwan Islam mengembangkan ilmu dan teknologi kimia untuk mengubah
peradaban. Sebelumnya, ilmu kimia dipraktekkan campur aduk dengan
mistik oleh para tukang sihir. Berabad-abad para tukang sihir dari
segala penjuru juga mencari “batu bertuah” yang konon berkhasiat dari
untuk membuat ramuan yang dapat memperpanjang umur sampai untuk mengubah
belerang menjadi emas. Andaikata para alkimiawan (demikian julukan ahli
kimia berbau sihir pada masa itu) berhasil, niscaya dinar emas tidak
berharga lagi, karena mudah dibuat dari benda-benda lain.
Namun pada masyarakat Islam, profesi tukang sihir semacam itu lambat
laun tersingkir. Nabi mengatakan, “barangsiapa mendatangi tukang sihir
lalu membenarkan kata-katanya, maka tertolak shalatnya 40 hari”.
Muncullah para kimiawan yang bekerja dengan cara-cara rasional dan
eksperimental serta dapat dirunut segala langkahnya dalam menciptakan
material yang baru.
Jabir ibn Hayyan (Geber, 715-815) diakui oleh banyak orang sebagai
“Bapak Ilmu Kimia”, karena jasanya memperkenalkan metode ilmiah
eksperimental dan juga lebih dari 20 macam peralatan laboratorium
seperti alat destilasi, kristalisasi, purifikasi, oksidasi, evaporasi,
filtrasi dan kristalografi, seperti dalam bukunya Kitab al-Istitmam.
Jabir adalah juga orang pertama yang menemukan berbagai jenis asam,
ketika sebelumnya orang hanya mengenal cuka. Jabir menemukan asam
nitrat, asam sulfat, asam klorida, asam asetat, asam citrat dan
sebagainya. Beberapa unsur juga ditemukan oleh Jabir, seperti Arsen,
Antimon dan Bismuth. Dialah orang pertama yang menggolongkan belerang
dan air raksa sebagai unsur kimia.
Dalam Buku tentang Mutiara yang Tersembunyi, Jabir menuliskan 46 resep
untuk membuat gelas berwarna, juga 12 resep tentang produksi mutiara
buatan dan penghilangan warna dari batu mulia.
Pada 864-925 Muhammab bin Zakariya ar-Razi (Rhazes) menulis berbagai
alat yang ditemukan olehnya dan pendahulunya (Calid, Geber, al-Kindi)
seperti pembakar, tabung reaksi, pelebur substansi dan sebagainya.
Dialah yang pertama kali menuliskan rincian berbagai proses kimia
seperti kalsinasi (al-tasywiya). Pelarutan atau solusi (al-tahlil),
sublimasi (al-tas’id), amalgamasi (al-talghim), cerasi (al-tasymi), dan
metode untuk mengubah substansi menjadi pasta atau padatan lunak.
Ar-Razi menggolongkan bahan kimia dalam: empat-spirits (air raksa,
sal-amoniak, arsenik dan belerang), empat logam (emas, perak, tembaga,
besi, timah, timbal dan air raksa), tiga belas batuan, tujuh borates dan
tiga belas garam-garaman. Dia juga menulis berbagai substansi buatan
seperti timbal-oksida, tembaga-asetat, tembaga-oksida, besi-asetat
(bahan baja), sodium-hydroksida, dan sebagainya. Dalam bukunya Kitab
sirr al-asrar (Buku tentang rahasia dari rahasia) Ar-Razi juga menulis
tentang nafta atau minyak bumi dan cara menyulingnya menjadi minyak
bakar atau minyak lampu.
Ar Razi juga seorang dokter. Ketika memilih tempat untuk membangun rumah
sakit di Baghdad, dia meletakkan beberapa potong daging di berbagai
lokasi. Lokasi di mana daging itu paling lambat membusuk adalah lokasi
ideal untuk dipilih sebagai tempat rumah sakit. Dalam bukunya itu ia
juga menulis tentang teknik membuat antiseptik dan sabun.
Pada tahun 1000-1037 dunia kimia diwarnai oleh Ibnu Sina (Avicenna) yang
menemukan proses kimia untuk mengekstrak esensi dari zat wangi
(fragrances) atau dari minyak. Teknik ini digunakan di pabrik parfum dan
minuman. Dia juga menemukan termometer udara yang dipakai dalam
laboratoriumnya.
Sementara itu teori transmutasi logam (yang berabad-abad dipercaya para
penyihir sehingga mereka mencari batu bertuah untuk mengubah besi
menjadi emas), ditolak oleh Al-Kindi, juga Al-Biruni, Ibnu Sina dan Ibnu
Khaldun. Teori transmutasi itu memang tidak ilmiah.
Pada abad-13, Nasiruddin al-Tusi memaparkan versi awal dari hukum
konservasi massa (sering salah disebut hukum kekekalan massa), dengan
menuliskan bahwa materi mungkin berubah wujud, tetapi tidak akan musnah.
Will Durant menulis dalam The Story of Civilization IV: The Age of Faith: “Chemistry
as a science was almost created by the Moslems; for in this field,
where the Greeks (so far as we know) were confined to industrial
experience and vague hypothesis, the Saracens introduced precise
observation, controlled experiment, and careful records. They invented
and named the alembic (al-anbiq), chemically analyzed innumerable
substances, composed lapidaries, distinguished alkalis and acids,
investigated their affinities, studied and manufactured hundreds of
drugs. Alchemy, which the Moslems inherited from Egypt, contributed to
chemistry by a thousand incidental discoveries, and by its method, which
was the most scientific of all medieval operations.”
(Kimia adalah ilmu yang hampir seluruhnya diciptakan oleh kaum muslim;
ketika untuk bidang ini orang-orang Yunani tidak memiliki pengalaman
industri dan hanya memberikan hipotesis yang meragukan, sementara itu
para ilmuwan muslim mengantar pada pengamatan teliti, eksperimen
terkontrol, dan catatan yang hati-hati. Mereka menemukan dan memberi
nama alembic (al-anbiq), menganalisis substansi yang tak terhitung
banyaknya, membedakan alkali dan asam, menyelidiki kemiripannya,
mempelajari dan memproduksi ratusan jenis obat. Alkimia yang diwarisi
kaum Muslim dari Mesir, menyumbangkan untuk kimia ribuan penemuan
insidental, dari metodenya, yang paling ilmiah dari seluruh kegiatan di
zaman pertengahan).[][www.al-khilafah.org]
Sumber
Jumat, 21 Maret 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar