Anggap saja al-Mahdi pernah dilahirkan, maka tidak ada manfaatnya ia bersembunyi sekian lama di dalam gua. Orang-orang Syiah jika ditanya hikmah persembunyian al-Mahdi di dalam gua dan tidak menampakkan diri di hadapan khalayak, mereka akan beralasan karena ia mengkhawatirkan dirinya terbunuh. Itu saja. (!)
Alasan yang dikemukakan ath-Thusi ini dan orang-orang yang serupa dengannya jelas sangat lemah sekali. Kebatilan alasan mereka tampak pada beberapa point berikut:
1. Telah disebutkan dalam kitab-kitab referensi utama mereka bahwa al-Mahdi insan yang ditolong dan dibantu Allah, ia akan menguasai belahan bumi barat dan timur. Jika al-Mahdi akan ditolong dan dimenangkan oleh Allah, mengapa ia harus menyembunyikan diri dan tidak muncul di hadapan khalayak?!. Menghilangnya al-Mahdi dengan bersembunyi di sirdaab dalam jangka tempo yang sangat lama menyisakan dan memunculkan pertanyaan mengapa harus sembunyi? Bila al-Mahdi meyakini berita-berita kemenangannya terhadap musuh-musuhnya, mengapa ia harus takut?
2. Keyakinan Syiah bahwa Imam Mahdi Syiah khawatir akan terbunuh sehingga menyembunyikan diri, berkonsekuensi gugurnya imamahnya. Sebab, menurut Syiah, seorang imam haruslah manusia yang paling berani. Disebutkan dalam referensi mereka, “Seorang imam memiliki beberapa tanda: ia adalah orang yang paling alim, paling bijak, paling bertakwa dan paling berani”. (Al-Anwâr an-Nu’mâniyyah 1/34 , Ni’matullâh al-Jazâiri)
Sementara orang yang khawatir dirinya akan dibunuh sehingga menghilang dan menyembunyikan diri bukanlah manusia pemberani.
3. Keyakinan aneh tersebut juga berarti bahwa al-Mahdi tidak akan pernah muncul sampai negara-negara zhalim dan perusak lenyap, sehingga ia baru bisa merasa aman dari ancaman bunuh. Karena kezhaliman akan tetap ada berarti kemunculannya tidak dibutuhkan.
4. Sejarah mencatat, Syiah telah memiliki kekuasaan dan pemerintahan, seperti Iran sebagai contoh nyata. Negara itu tentu pasti akan berusaha melindungi al-Mahdi kalau mau memunculkan diri, akan tetapi kenapa tidak muncul-muncul juga?
5. Orang yang tidak bisa membela diri dan melindungi dirinya dari ancaman pembunuhan maka jelas tidak akan sanggup melindungi orang lain. Apakah masuk akal, orang-orang Syiah menunggu kedatangan orang yang katanya akan memberangus musuh-musuh mereka dengan gemilang?
Dengan demikian, alasan mereka untuk menutupi keanehan menghilang dan sembunyi Imam Mahdi mereka gugur dan selanjutnya hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Imam Mahdi mereka pada hakekatnya memang tidak ada dan tidak pernah ada.
KETIKA BERSEMBUNYI, UMAT TIDAK MENDAPATKAN MANFAAT APA-APA
Petunjuk lain yang menandakan kebatilan aqidah sembunyinya Imam Mahdi Syiah, bahwa tidak ada satu maslahat dan manfaat secuil pun yang didapatkan umat manusia termasuk kaum Muslimin, dan para penganut Syiah, baik berhubungan dengan maslahat duniawi atau agama yang didapatkan dari persembunyiaan Imam Mahdi Syiah itu.
Bisa dihitung sampai sekarang, Imam Mahdi Syi’ah sudah bersembunyi tidak kurang dari 1173 tahun lamanya (?!), karena menurut mereka ia memasuki gua pada tahun 260H saat berusia 5 tahun. Apakah manfaat dari keberadaannya yang bersembunyi kalau memang ia benar-benar ada dan masih hidup? Bagaimana bila ia sebenarnya tidak pernah ada. Bagi siapa saja yang meyakini dengan imam ke-12 ini, manfaat apakah yang ia dapatkan untuk agama dan dunianya. Maka, hanya ada dua kondisi, imam itu hilang atau memang tidak pernah ada. Dalam dua kondisi ini, tidak ada manfaat untuk agama atau dunia seseorang.
Berdasarkan pandangan Syiah yang menganggap imamah sebagai rukun agama, maka ketidakmunculan Imam Mahdi Syiah ini – bila dianggap ada – mengakibatkan lumpuhnya pelaksanaan syariat dan kemaslahatan agama lainnya. Pantas saja, shalat Jum’at dan jamaah tidak dilakukan di kantong-kantong Syiah, dengan alasan ketiadaan imam. (?!)
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa kisah fiktif (khurofat) Imam Mahdi Syiah digulirkan untuk menutupi kekeliruan aqidah mereka yang memang sudah rusak sebelumnya dari asasnya. Walillâhil hamdi wal minnah ‘alal Islâm wal hidâyah.
KETIKA AKAL SEHAT HILANG, YANG PALING ANEH SEKALIPUN DIBENARKAN
Setelah secara yakin dapat disimpulkan bahwa Imam Mahdi Syiah memang tidak ada, dan keyakinan tentang itu lebih tepat masuk kategori cerita khurofat, ada baiknya kita simak komentar beberapa Ulama Islam tentang keyakinan rusak ini.
Usai mengungkap sifat-sifat Imam Mahdi Ahli Sunnah yang diterangkan oleh Rasûlullâh Muhammad dalam hadits-hadits shahihnya, Imam Ibnu Katsîr rahimahulla , seorang pakar tafsir, sejarah dan fikih, (wafat tahun H) menyimpulkan tentang Imam Mahdi Syiah yang telah bersembunyi lebih dari 100 tahun dalam gua dengan berkata, “Sesungguhnya (wujud Imam Mahdi Syiah) itu tidak ada hakekatnya, tidak ada mata yang pernah menyaksikannya juga tidak ada bukti yang menjelaskannya”. (al-Fitan wal Malâhim 1/23-24)
Di tempat lain beliau menyatakan, “Sesungguhnya keyakinan tersebut termasuk hadzayân (igauan belaka), bukti sangat jauh dari hidayah, sangat kuat kedekatannya dengan setan. Sebab, tidak ada dalil dan petunjuk (yang membenarkannya) baik dari al-Qur`an, Hadits (shahih), akal sehat dan istihsaan”. (al-Fitan wal Malâhim 1/29)
Sementara ‘Allamah Syaikh as-Safârîni rahimahullah juga menyebut keyakinan itu sebagai igauan belaka yang tidak ada hakekatnya. (Lawâmi’ul Anwâr 2/71)
Demikian pula, Syaikh Khâlid Muhammad ‘Ali al-Hâjj menyatakan, “Ringkasnya, klaim Syiah (bahwa Imam Dua Belas mereka bersembunyi) itu tidak ada dasarnya sama sekali. Tidak ada satu orang ulama besar (Ahli Sunnah) yang meriwayatkannya. Tidak ada unsur kebenarannya sedikit pun. Akan tetapi, bila akal (sehat) telah hilang, maka segala sesuatu (yang aneh) pun mungkin terjadi”. (al-Kasysyâful Farîdi ‘an Ma’âwil Hadmi wa Naqâidhi at-Tauhîd 1/123-124)
PENUTUP
Aqidah Imam Mahdi ala Syiah ini memperlihatkan dengan jelas sekali betapa merupakan aqidah yang rapuh, ganjil sekaligus aneh, tidak sepantasnya orang yang berakal meyakininya. Orang yang berakal sehat dan mencintai al-haq akan menolaknya mentah-mentah.
Kebenaran haqiqi sangat jelas, dan tidak kabur bagi orang yang mengetahuinya, sebagaimana seorang ahli emas tidak akan sulit membedakan antara emas murni dan emas palsu. Sementara bagi orang yang bodoh, buta, atau kurang tahu, bisa saja menganggap kesesatan, kemungkaran, dan penyimpangan sebagai al-haq yang harus diyakini, diamalkan dan dibela mati-matian.
Inilah yang mengakibatkan sebagian orang terjerumus dalam penyimpangan dan kesesatan yang terkadang tampak jelas tidak bisa diterima oleh akal sehat. Oleh karena itu, kebatilan akan mudah menyebar dan laku di tengah orang-orang yang tidak berilmu, bodoh dan buta terhadap ilmu syar’i dan ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , serta pengamalan Islam oleh para Sahabat.
Semoga Allâh Azza wa Jalla senantiasa menetapkan hidayahNya pada kita dan mewafatkan kita di atas Sunnah. Wallâhu a’lam. []
MARAJI.
1. Badzlul Majhûdi fî Itsbâti Musyâbahati Râfidhati lil Yahûdi, ‘Abdullâh al-Jumaili, Maktabah al-‘Ghurâbâ al-Atsariyyah Madinah
2. Muqaddimah tahqîq kitab al-Imâmah fir raddi ‘alâ Râfidhah al-Hâfizh Abu Nu’aim al-Asfahâni oleh DR. ‘Ali Muhammad Nâshir al-Faqîhi
3. Ash-Shawârifu ‘anil haqqi, Hamd al-‘Utsmân Cet. II Th1426H
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XV/1433H/2012. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196/Sumber:Almanhaj.or.id]
HABIS
0 komentar:
Posting Komentar