Sloka |
Terjemahan |
Ngkā Sang Dharmasutā təgəg mulati tingkahi gəlarira nātha Korawa,
āpan tan hana Sang Wrəkodara Dhanañjaya wənanga rumāmpakang gəlar.
Nghing Sang Pārthasutābhimanyu makusāra rumusaka gəlar mahā dwija,
manggəh wruh lingirāng rusak mwang umasuk tuhu i wijili rāddha tan tama
|
Pada saat itu Yudistira
tercengang melihat formasi perang Raja Korawa, sebab Bima dan Arjuna
tak ada padahal merekalah yang dapat menghancurkannya. Hanya Putera
Arjuna, yaitu Abimanyu yang bersedia merusak formasi yang disusun
pendeta Drona
itu. Ia berkata bahwa ia yakin dapat menggempur dan memasuki formasi
tersebut, hanya saja ia belum tahu bagaimana cara keluar dari formasi
tersebut.
|
Sāmpun mangkana çighra sāhasa masuk marawaça ri gəlar mahā dwija.
Sang Pārthātmaja çūra sāra rumusuk sakəkəsika linañcaran panah, çirṇa
ngwyuha lilang təkap Sang Abhimanyu təka ri kahanan Suyodhana. Ḍang
Hyang Droṇa Krəpāpulih karaṇa Sang Kurupati malayū marīnusi.
|
Setelah demikian, mereka segera membelah dan menyerang formasi
pendeta Drona tersebut dengan dahsyat. Sang Abimanyu merupakan kekuatan
yang membinasakan formasi tersebut dengan tembakan panah. Sebagai akibat
serangan Abimanyu, formasi tersebut hancur sampai ke pertahanan
Duryodana. Dengan ini Dona dan Krepa mengadakan serangan balasan, sehingga Duryodana dapat melarikan diri dan tidak dikejar lagi.
|
Ṇda tan dwālwang i çatru çakti mangaran Krətasuta sawatək
Wrəhadbala. Mwang Satyaçrawa çūra mānta kəna tan panguḍili pinanah
linañcaran. Lāwan wīra wiçesha putra Kurunātha mati malara kokalan
panah. Kyāti ng Korawa wangça Lakshmanakumāra ngaranika kaish Suyodhana.
|
Dengan ini tak dapat dipungkiri lagi musuh yang sakti mulai
berkurang seperti Kretasuta dan keluarga Wrehadbala. Juga Satyaswara
yang berani dan gila bertarung tertembak sebelum dapat menimbulkan
kerusakan sedikit pun karena dihujani panah. Putera Raja Korawa yang
berani juga gugur setelah ia tertusuk panah. Putera tersebut sangat
terkenal di antara keluarga Korawa, yaitu Laksmanakumara, yang disayangi
Suyodhana.
|
Ngkā ta krodha sakorawālana manah panahira lawan açwa sarathi.
Tan wāktān tang awak tangan suku gigir ḍaḍa wadana linaksha kinrəpan.
Mangkin Pārthasutajwalāmurək anyakra makapalaga punggəling laras.
Dhīramūk mangusir ỵaçānggətəm atễn pəjaha makiwuling Suyodhana.
|
Pada waktu itu seluruh keluarga Korawa menjadi marah, dan dengan
tiada hentinya mereka memanahkan senjatanya. Baik kuda maupun kusirnya,
badan, tangan, kaki, punggung, dada, dan muka Abimanyu terkena ratusan
panah. Dengan ini Abimanyu makin semangat. Ia memegang cakramnya dan
dengan panah yang patah ia mengadakan serangan. Dengan ketetapan hati ia
mengamuk untuk mencari keharuman nama. Dengan hati yang penuh dendam,
ia gugur di tangan Suyodhana.
|
Ri pati Sang Abhimanyu ring raṇāngga. Tənyuh araras kadi çéwaling
tahas mas. Hanana ngaraga kālaning pajang lèk. Çinaçah alindi
sahantimun ginintən.
|
Ketika Abimanyu terbunuh dalam pertempuran, badannya hancur. Indah
untuk dilihat bagaikan lumut dalam periuk emas. Mayatnya terlihat dalam
sinar bulan dan telah tercabik-cabik, sehingga menjadi halus seperti mentimun.
|
0 komentar:
Posting Komentar